The Secret to Hatred

By mybabyjy

67.3K 5.2K 340

"Betapa mirisnya hidupku, di penuhi dengan rahasia. Rahasia yang membuatku membenci segala yang ada." -Jaebum More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 34
Part 35

Part 33

1.2K 107 9
By mybabyjy

1 bulan kemudian

Jaebum dan Junior semakin lengket, setiap jam istirahat mereka selalu pergunakan waktu untuk bersama. Begitu juga dengan teman teman mereka, kadang mereka melakukan triple date. Hubungan persahabatan mereka pun semakin membaik.

Jaebum baru saja tiba dirumahnya, ia baru pulang kencan dengan Junior. Ia merasa ia sudah kembali seperti dulu, kembali memiliki sahabat yang lengkap. Begitu juga dengan kekasih yang ia cintai.

Ia melangkah masuk kedalam rumah dengan senyum yang terus mengembang, tetapi senyuman itupun luntur ketika melihat seseorang. Seseorang yang belum ia maafkan saat ini,

"Ibu?" gumam Jaebum, tapi sang Ibu -nyonya Fei- mendengarnya. Ia pun menoleh pada anaknya,

"Kau memanggilku Ibu?" Fei mendekati Jaebum dengan wajah yang berbinar, bagaimana tidak? Ia begitu senang karena Jaebum memanggilnya dengan sebutan ibu.

Sadar akan ucapan ibu 'nya Jaebum pun berkata, "Mau apa anda kemari?" Jaebum sepertinya menarik kata 'ibu' dan berkata dengan nada datar.

"Ibu merindukanmu."

Jaebum ingin menangis, ia juga merindukan ibunya. Tapi rasa egois masih menguasai dirinya saat ini, ia belum bisa memaafkan ibunya.

"Ini sudah malam, sebaiknya anda pulang."

Fei terkejut mendengar Jaebum mengusirnya, meskipun secara halus. Fei sudah bertekad untuk meminta maaf pada Jaebum malam ini juga.

"Jaebum, apakah ini caramu menyambut kedatangan ibu 'kandungmu'?" ucap Seuolong yang sedari tadi diam dengan menekankan kata terakhir.

"Aku lelah, ingin beristirahat. Permisi," Jaebum pun pergi meninggalkan Fei yang sudah meneteskan air matanya. Saat menaiki anak tangga ketiga ada seseorang yang memanggil namanya,

"Jaebum,"

Jaebum kenal dengan suara ini, tapi sepertinya ia tidak ingin menoleh.

"Ku kira dengan kau memaafkanku, kau juga memaafkan ibuku."

"Maaf Jack, perkataanmu itu sama sekali tidak berlaku didalam diriku saat ini."

Setelah mengucapkan itu Jaebum membalikkan badannya untuk melanjutkan jalannya. Jackson mengepalkan tangannya kuat kuat, ia kesal. Kesal karena sifat Jaebum yang masih sama seperti dulu, egois.

"Egois!"

Jaebum langsung berbalik menghadap Jackson, ia tidak terima dengan ucapan sahabatnya itu.

"Iya aku egois! Memang egois, dan sangat egois, puas?"

Suasana di ruang keluarga pun menjadi hening.

"Tidak, sebelum aku mendapatkan jawabannya." Jackson masih tetap dengan pendiriannya, sebutlah mereka keras kepala.

"Lebih baik kau bawa wanita ini pergi dari rumahku, dan bilang padanya jangan injakan kaki lagi dirumahku."

Jackson yang sedari tadi mengepalkan tangannya pun melayangkan tangannya untuk menghajar Jaebum, tapi Fei dengan cepat menahannya.

"Kau munafik! Aku tahu kau merindukan ibumu!"

Bughh

Satu bogeman mengenai pipi Jackson, ini yang kesekian kali Jaebum menghajar Jackson. Jaebum baru saja menghajarnya, ia tidak terima dengan ucapan Jackson.

"Aku sudah mendapatkan jawabannya. Kau merindukannya, bahkan menyayanginya."

Kali ini Jaebum menyesal telah berbuat itu pada Jackson, ke 'egoisan telah menguasai dirinya saat ini.

"Ibu kita pulang sekarang."

"Tap- tapi--"

Belum selesai Fei memotong ucapan Jackson, Jackson sudah menarik Ibunya keluar dari kediaman tuan Seulong.

Jaebum menatap kepergian mereka dengan tatapan kosong, ia menyesal. Menyesal telah seperti tadi, dan kali ini setetes butiran bening telah keluar dari matanya.

Ia menangis.

"Ayah kecewa padamu Jaebum." setelah itu Seulong pergi meninggalkan Jaebum yang masih mematung ditempatnya.

"Benar benar munafik, aku merindukanmu Bu."

***

Junior sedang menunggu Jaebum di parkiran, 10 menit lagi akan bell masuk. Junior dengan setia menunggu didepan mobilnya, menunggu Jaebum. Tidak biasanya Jaebum telat, apalagi setelah mereka berpacaran. Jaebum selalu datang lebih awal.

Sebuah mobil memasuki area parkiran, Junior mendesah pelan. Ia mengira itu adalah mobil Jaebum, tapi itu adalah mobil Jackson.

"Junior?" Mark menyapa Junior dengan nada heran, tidak biasanya Junior berada di parkiran seperti sekarang.

"Oh hai Mark."

"Kau.. Sedang apa?"

"Menunggu Jaebum."

Mendengar ucapan Junior, Mark pun menoleh pada Jackson. Mark sudah tahu apa yang terjadi, tentu saja Jackson yang menceritakannya.

"Kau sudah menghubunginya?"

"Dia tidak bisa dihubungi, Mark. Apakah kalian tahu mengapa Jaebum tidak bisa dihubungi? aku khawatir padanya."

Ingin sekali Mark memberitahukan hal itu pada Junior, ia merasa tidak tega melihat Junior seperti ini. Ditambah lagi Jaebum tidak memberitahukan pada Junior. Tapi Jackson melarangnya,

"Mungkin dia sedang meratapi penyesalannya, atau tidak berpikir kenapa dia egois dan munafik."

Setelah mengucapkan itu Jackson menarik Mark untuk pergi meninggalkan Junior yang sedang kebingungan dengan ucapan Jackson.

***

Benar, kalau ternyata Jaebum hari ini tidak masuk. Bukan karena ia sakit atau telat bangun, tapi karena ia merasa malu. Malu dengan Jackson, bagaimana tidak? Ia baru saja berbaikan dengan Jackson tapi semalam ia telah membuat kejadian yang membuat mereka kembali renggang.

"Astaga, Jinyoungie 'ku."

Jaebum pun mencari ponselnya, ia lupa pada kekasihnya itu. Soal ponselnya itu, Jaebum benar benar tidak sengaja. Semalam ia sangat kalut, sampai melupakan ponselnya dan tidak mengabari Junior.

"Ini dia." Jaebum menemukan ponselnya di kantung jacket yang ia pakai semalam.

"Sialan, batrainya low." Jaebum pun mencharge ponselnya. Setelah nyala sudah ada beberapa notifikasi dan itu semua dari Junior.

19 misscalled

7 message

"Selamat pagi Jeybie~ah"

"Kau belum bangun? Aku sedang dalam perjalanan sekolah, sampai bertemu nanti chagi~~"

"Jaebum kau dimana? Apa kau sakit?:("

Dan masih ada beberapa pesan lagi, Jaebum mengacak rambutnya dengan kesal. Karena keeogisan dirinya ia sampai melupakan Junior.

Jaebum pun melirik jam dinding, waktu sudah menunjukan pukul 16.12 artinya sudah sore. Berarti murid murid sekolah sudah pada pulang, tapi mengapa Junior tidak menghubunginya lagi? Apakah dia marah pada Jaebum?

"Tidak, tidak. Junior bukan orang yang seperti itu." Jaebum menggeleng gelengkan kepalanya. Ia membayangkan jika Junior marah padanya karena tidak menghubunginya.

"Jaebum,"

"Astaga Junhyeok! Kenapa kau tidak mengetuk pintu dulu!" Jaebum terkejut karena Junhyeok yang tiba tiba masuk kedalam kamarnya.

"Aku sudah mengetuknya, dan kau tidak menyahut. Kebetulan tidak dikunci, aku masuk saja."

Jaebum menghela nafasnya, "Ada apa?" ia bertanya tanpa menanggapi penjelasan Junhyeok.

"Seseorang ingin bertemu denganmu, ia menunggu dibawah." Jaebum menaikkan satu alisnya, siapa yang ingin bertemu dengannya sore hari seperti ini?

"Junhyeok kau lama sekali."

Belum sempat Jaebum bertanya siapa orangnya, orang tersebut sudah datang.

"Ah ini dia, kekasihmu. Aku permisi." Junhyeok pun pergi meninggalkan Junior dan Jaebum.

Mereka berdua pun saling diam, bukan karena tidak tahu harus berbicara apa. Itu karena suasana yang tiba tiba menjadi canggung,

"Jinyoung."

"Jaebum."

Mereka saling memanggil bersamaan, tanpa sengaja mereka pun tertawa kecil.

"Ladies first." Junior melongo karena Jaebum secara tidak langsung menyebutnya wanita.

"Ladies first, artinya kau duluan Jinyoungie." Jaebum gemas pada Junior yang tidak bicara melainkan malah diam.

"Kalau kau tidak bicara juga, aku akan mencium 'mu." mendengar kata 'cium' Junior langsung mengerjapkan matanya.

"Kenapa kau tidak mengabariku?" ucap Junior setelah sadar dari lamunannya. Jaebum hanya mengedikkan dagunya menunjuk dimana ponselnya sedang dicharge.

"Ponselku mati. Maaf telah membuatmu khawatir, tidak seharusnya aku seperti ini."

Junior tersenyum, rencananya memancing Jaebum untuk bercerita tentang kejadian semalam sedikit berhasil. Junior sudah tahu dari Mark, Mark memberitahukannya saat mereka tidak sengaja bertemu di toilet. Tapi, Junior ingin dengar langsung dari mulut Jaebum.

"Memangnya kau kenapa?"

"Aku egois, karena ke 'egoisanku ibu menjadi sedih."

Pelan pelan Junior menuntun Jaebum ke kasurnya, ia ingin lebih fokus mendengar cerita Jaebum.

"Jinyoung, apa aku jahat?"

"Tidak, kau baik. Bahkan sangat baik, kau dengan mudahnya memaafkan kesalahan teman teman 'mu."

"Tapi aku tidak memaafkan ibuku sendiri."

"Kau pasti bisa memaafkannya. Aku tahu kau orang yang mudah memaafkan, jadi jangan bicara seakan akan kau yang jahat."

"Lalu aku harus apa? Ibu sudah menangis karena aku, pasti dia menyesal telah meminta maaf padaku."

"Tidak ada penyeselan bagi seorang ibu untuk anaknya, yang harus kau lakukan mencobanya kembali."

"Kenapa kau begitu yakin?"

"Karena aku bisa merasakan apa yang kau rasakan, Jaebum."

Jaebum pun langsung memeluk Junior, ia benar benar merasa lebih baik sekarang. Junior adalah orang yang tepat untuk membuatnya tenang dan merasa lebih baik.

"Terima kasih Jinyoung, kau memang yang terbaik untukku. Jangan pernah lelah dengan sifatku, jangan pernah berhenti untuk menenangkanku, jangan pernah bosan mencintaiku dan jangan pernah tinggalkan aku."

Junior tersenyum dalam dekapan Jaebum, ia senang karena dirinya menjadi arti tersendiri bagi Jaebum. Senang karena apa yang ia lakukan tidak sia sia, dan itu semua hanya untuk Jaebum. Kekasihnya, orang yang sangat Junior cintai.

"Aku mencintaimu."

"Aku lebih mencintaimu."

--

Tbc

Kayanya satu/dua part lagi akan end/?

Jgn lupa baca cerita bnior aku yg baru, judulnya jun&jin..

Love~D

Continue Reading

You'll Also Like

39.2K 4.4K 38
OPEN PO 27 NOV-18 DES 2021 Tentang Karin yang menyukai Gerald, kembaran Gerry, cowok yang diduga menjadi penyebab kematian pacarnya karena ia sering...
Raveline By Revaevaa

Teen Fiction

287 95 8
gimana kalo orng yg lo crush in selama bertahun-tahun, ternyata pacaran dibelakang lo,sama temen lo sendiri? "Gue suka sama lo Rei"Ucap Raveline den...
111 75 4
Kau yakin ingin membaca cerita-cerita yang kubagikan disini? Karya bersifat Original, tidak dari sumber manapun. Hanya disinilah aku berimajinasi ten...
20.1K 1K 45
#10 in Psikologi (16'Ags'18) #48 in Slice of Life (23'Nov'18) #103 in Mystery (16'Ags'18) Lama setelah Seiren menghilang, Edward masih menyimpan rasa...