Deathly Love [ Jeff The Kille...

De FarraaY

45.8K 7.2K 1.2K

'Deathly Love' The 2nd Creepypasta Fanfict [JTK X Reader] Berawal dari paman Slendy yang mengajakku untuk tin... Mai multe

Prolog
Chapter 0.1 : Knife
Chapter 0.3 : Uncle Slendy
Chapter 0.4 : The Killer
Chapter 0.5 : Trapped
Chapter 0.6 : Dark Angel
Chapter 0.7 : Protect you
Chapter 0.8 : Fallen Star
Chapter 0.9 : Limit
Chapter 1.0 : Ben.
Chapter 1.1 : Hidden
Chapter 1.2 : Change?
Chapter 1.3 : Code
Chapter 1.4 : Library Keeper
Chapter 1.5 : (JTK Point of view)
Chapter 1.6 : Him
Chapter 1.7 : Plan
Chapter 1.8 : Stage one
Chapter 1.9 : Stage two
Chapter 2.0 : Stage three
Chapter 2.1 : Stage four
Chapter 2.2 : About Liu
Chapter 2.3 : Sudah dimulai
Chapter 2.4 : Darkside
Chapter 2.5 : [Y.N]
Chapter 2.6 : Madness Vs. [Y.N]
Epilog
Sequel Deathly Love

Chapter 0.2 : Nothing change

2.1K 308 44
De FarraaY

Aku tersenyum lebar. Bahagia rasanya para member Creepypasta sarapan dengan masakanku. Bahkan Judge Angels memuji masakanku.

Ah, sepertinya kemampuan memasakku sedikit meningkat. Meskipun Eyeless Jack sempat mengkritikku tadi.

Hanya saja, satu kursi dihadapanku kosong. Bukan satu sebenarnya ada tiga kursi yang kosong.

Dan, baru kusadari Jeff, Madness dan Ticci Toby-lah yang seharusnya mengisi kursi tersebut.

"Anu, Ben." Ben mengadahkan kepalanya. Tadi, ia terfokus membelah panekukku. Sealot itukah?

"Ya?" Ben meletakkan pisau dan garpu yang tadi digunakannya. Lalu mengambil PSP dan mulai memainkannya.

"Dimana Jeff, Madness dan Toby?" Tanyaku pelan.

"Apa kau khawatir pada mereka?" Pertanyaan telak tersebut keluar begitu saja dari bibir Suicide Sadie.

Sementara itu, aku memperhatikan Ben yang belum menjawab pertanyaanku. Sepertinya ia membiarkanku untuk menjawab pertanyaan gadis putih yang duduk diagonal dariku ini.

"Bisa dibilang begitu. T-tapi tolong jangan berpikiran yang macam-macam." Balasku sambil menatap wajah Suicide Sadie.

"Jeff sedang bekerja. Madness dikamarnya. Ticci Toby dalam keadaan yang kurang baik dikamarnya." Jawab Ben kemudian. Ah, Ticci Toby itu bukankah pemuda yang memakai masker dan kacamata ya? Sebaiknya, setelah sarapan ini aku menjumpainya dikamar. Karena dia tidak ikut sarapan, aku akan membawakan panekuk buatanku ini saja kekamarnya.

"Terima kasih." Ucapku.

**

Ternyata, Ticci Toby itu pemuda yang cukup ramah. Aku sampai lupa kalau dia seorang pembunuh. Sikapnya yang gentle dan romantis itu membuatku tidak tahan berada didekatnya.

Sekarang, aku sudah selesai membereskan piring dan gelas dibantu oleh Sally. Gadis kecil itu sangat baik dan manis. Aku merasa iba, kenapa gadis kecil seperti dia bisa terlahap oleh kegelapan. Mungkin inilah yang dinamakan takdir.

BRAKK!

"AKHH!" Pekikku begitu kurasakan seseorang menabrak bahuku.

Aku memandang lurus kedepan. Dua pasang kaki dibalut celana hitam bernoda merah darah. Tidak, itu memang darah.

Aku mendongakkan wajahku untuk melihat siapa yang tertabrak denganku.

"Maaf." Ucapku spontan begitu menyadari bahwa didepanku ini Laughing Jack.
Pria paruh baya dihadapanku ini hanya menyeringai.

"Salahku. Badanku terlalu besar." Ujar Laughing Jack sambil tertawa kecil. Perkataannya barusan cukup lucu oleh karena itu aku tertawa juga.

Laughing Jack menyodorkan tangannya, aku menyambutnya lalu ia mengangkatku.

"Sayang sekali, aku tidak bisa membantumu [Y.N] untuk membereskan semuanya." Sesal Laughing Jack. Aku menggeleng sambil tersenyum kepadanya.

"Tidak apa-apa." Ucapku spontan.

Laughing Jack mengangguk kecil lalu berjalan meninggalkanku.

Satu lagi yang kutakuti.
Laughing Jack, firasatku buruk terhadapnya. Meskipun ia kerap kujumpai bertingkah manis terhadap Sally dan care terhadap anggota lain, tapi entahlah... aku merasakan ada yang aneh darinya.

Setelah aku membereskan beberapa pecahan gelas yang baru saja pecah aku menuju kekamar.

Kata Clockwork.
Kamarku ini adalah kamar milik Jane.

Aku sendiri belum pernah berjumpa dengan Jane. Dari namanya sudah pasti ia seorang perempuan. Kuharap aku dapat berteman dengannya.

Habisnya, Judge angel dan Suicide Sadie kelihatan sinis padaku. Bukannya berprasangka buruk, tapi sepertinya mereka sama dengan Jeff bedanya, mereka menutupi. Perempuan itu memang pandai menutupi kebohongan dibalik sikapnya ya...

"Hai, [Y.N]. Boleh aku minta tolong?" Suara tenang tersebut membuatku yang tengah tidur-tiduran malas di spring bed terbangun.

"B-boleh. Halo Anesthesia!" Sapaku gugup. Jelas aku gugup. Anesthesia ini sangat cantik. Maksudku, dia menyeramkan dan anggun disaat yang bersamaan got it?

"Cafetaria mansion. Bersihkan sampah-sampah disana. Aku tidak tahu itu pekerjaan siapa." Well, aku sedikit terkejut. Ia datang kekamarku hanya untuk menyuruhku membereskan sampah di cafetaria mansion. Ok, tidak apa-apalah.

**

Seperti yang diperintahkannya aku membersihkan semua sampah di cafetaria dan menyapu serta mengepel lantai.

Padahal aku cukup lelah membereskan piring tadi.

Aku menyeka keringat yang meluncur dari pelipisku. Lelah.

PRANGG!!

Aku tersentak. Dengan cepat aku menolehkan wajahku untuk melihat apa yang terjatuh.

Jeff disana sedang menjatuhkan piring.

"J-jeff!! apa yang kau lakukan!?" Mau tak mau aku berlari kecil kearahnya dan menhentikan perbuatannya.

"Jeff apa yang kau la-- SHUT UP B*TCH!

Bentakan tersebut membuatku mundur ketakutan.

Jeff... menyeramkan.

Dia... berbeda.

Mataku membelalak begitu kulihat ia mengeluarkan pisaunya.

Pisau?

"J-jeff apa yang kau cari?" Tanyaku pelan. Berusaha meredamkan ketakutan.

"Pisau-pisauku." Gumam Jeff dan masih dapat kudengar.

Aku teringat akan pisau Jeff yang tadi pagi kuambil.

"M-maaf. Bisakah kau menunggu disini sebentar saja." Tanyaku hati-hati.

Jeff tidak menjawabku. Aku segera berlari keluar cafetaria mansion dan menuju kamarku ralat kamar Jane.

Sesampainya dikamar, aku membuka laciku dan menemukan beberapa pisau yang kelihatan bersih.

Aku berlari kembali ke cafetaria. Jeff masih disitu.

Aku berjalan pelan kearahnya dengan napas terengah-engah. Aku menyodorkannya
pisau-pisau yang kupegang.

"Ini." Ucapku sambil menunduk.

"Kenapa bisa ada pada kau?" Tanyanya.

"Umm, kupikir... itu penyebab kekesalanmu tadi pagi."

"Jadi, kau membersihkannya." Aku tidak tahu itu sebuah pernyataan atau pertanyaan.

"S-seperti itulah... aku membersihkannya. Maaf sudah lancang." Aku menautkan kedua jariku. Takut jika Jeff marah lagi.

Jeff tidak bersuara. Aku mencoba mengintip dari balik bulu mataku.

Ia berdehem.

"Terima kasih, apa benar begitu?" Aku mengerutkan dahiku.

"Terima kasih. Bukankah itu yang diucapkan seseorang setelah menerima bantuan?" Tanya Jeff lagi. Ia menghela napas.

"Aku tidak pernah berterima kasih pada seseorang sebelumnya." Perkataan Jeff itu membuatku tercekat. Belum pernah mengucapkan terima kasih? jadi, ini yang pertama kalinya??

"Ya sama-sama. Aku juga ingin minta maaf karena lancang." Ucapku.

Jeff yang biasanya dingin dan kasar padaku, sedikit berubah hari ini. Aku merasakan kecanggungan saat ia diam. Niatnya, aku ingin membuka topik walaupun aku tidak terlalu mahir dalam membuka obrolan, tapi niat tersebut kuurungkan begitu Jeff berbalik lalu menunduk.

Aku seharusnya tahu. Jeff itu berterima kasih bukannya menerimaku sebagai temannya.

"[Y.N]." Aku tersentak. Lamunanku buyar akibat panggilan itu. Jeff... memanggilku?

"Y-ya!" Jawabku cepat. Mataku membulat begitu mendapatkan pemandangan Jeff yang sedang mengumpulkan pecahan pecahan piring tadi.

"Tadi pagi, kau... umm, membuat panekuk ya?" Tanyanya. Aku ikutan menunduk untuk membantunya membereskan pecahan piring.

"Ya." Jawabku.

"Apa... masih ada?" Aku mengadahkan kepalaku untuk melihat Jeff. Benarkah pemuda berhoodie putih dihadapanku ini Jeff?

Jeff yang biasanya hanya melengos jika aku mencoba menyapanya. Jeff yang membuang muka begitu aku memandanginya. Jeff yang menolak tawaran apapun dariku.

Kini, dihadapanku, tengah bertanya apakah masakanku masih ada.

"Tidak. Sisanya kuberikan pada smile dog." Jawabku. Aku mempunyai firasat yang tidak enak.

"Oh." Jeff selesai mengumpulkan pecahan piringnya iapun segera meninggalkanku di cafetaria.

Eh?

Apa hanya aku saja yang menganggapnya sudah cukup berubah?

#

#

#

Next?
Voted and comment please :)

Btw, kasian ya si reader

Continuă lectura

O să-ți placă și

43.8K 5.3K 19
Ketika garis takdir mempertemukan kembali (Y/N) dan Levi didunia yang baru. Akankah perasaan keduanya masih sama seperti dikehidupan yang lalu? (Kela...
35.2K 4.9K 11
Punya kakak spek bayi gede mageran? Gimana rasanya? Tanya ke (name)! ⚠️ Hati-hati, katanya ini mengandung banyak gula. Start: 4 April 2023 End: 13 Ap...
46.7K 3K 31
Penyesalan selalu datang di akhir.sama seperti yoongi yang menyesal telah menyia-nyiakan istri nya yang mencintainya dengan tulus dan malah memilih k...
8.5K 562 11
Jangan bayangin rasanya teman dekatmu itu terobsesi denganmu .,. bagaimana bisa? karna dia mencintaimu secara berlebihan!tidak mau lepas darimu! Name...