[5] I'm Alpha's Mate! ✔

By Rakinsavers

4.4M 236K 7.1K

R : 16+ Maaf ceritanya masih belum direvisi. •••• Aku adalah Raisa Swan. Gadis berumur 16 tahun. Aku kelas 2... More

Prolog
one
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Twelfth
Casting!
Thirteen
Fourteen
Fiveteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Twenty One
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Five
Twenty Six
Twenty Seven
Twenty Eight
Twenty Nine
Thirty
Thirty One
Thirty Two
Thirty Three
Thirty Four
Thirty Five
Thirty Six
Thirty Seven
Thirty Eight
Thirty Nine
Forty
Forty One
Forty Two
Forty Three
Forty Four
Forty Five
Forty Six
Forty Seven
Forty Eight
Forty Nine
Fifty
Fifty One
Fifty Two
Fifty Three

Eleven

105K 6.4K 175
By Rakinsavers

Warning!!!

Di part ini ada sedikit unsur dewasanya. Sedikit banget kok! Tenang wae!😄

Sampai detik ini juga saya tidak pernah memberi alasan mengapa saya bisa mencintainya. Yang saya tahu, dimata saya hanya dia yang terbaik.

~Peter Brayden~

•••••

Sekian lama kami dimobil. Aku melihat kita bukan keluar hutan, melainkan kita memasuki hutan. Ini aneh, kenapa harus masuk hutan?

Kami pun sampai sebuah rumah, bukan tapi istana yang sangat besar dan klasik. Istana itu dijaga oleh beberapa penjaga yang sangat menyeramkan, tapi tidak seintimidasi Peter.

Aku memandang sekitar istana ini. Istana ini bisa terbilang sangat unik dan bisa dilihat berumur ratusan tahun.

Aku melihat Peter, dan Peter hanya tersenyum seakan tau apa yang aku pikirkan. Aku bingung dengannya. Apa dia tinggal dirumah sebesar ini?

Dan ada yang aku pikirkan. Seberapa kaya Peter sehingga dihormati dan mempunyai pelayan yang sangat banyak?

Oh Tuhan, banyak sekali pertanyaan yang melekat di otakku. Belum terungkap pertanyaan yang satu, yang lain pun datang lagi.

Mungkin jika aku hitung, bisa berpuluh-puluh pertanyaan.

"Kau tidak perlu bingung sayang!" Peter mengelus pundakku, "dan selamat datang dirumah barumu sayang."

Kami memasuki gerbang rumah bak istana ini. Istana sangat besar dan tidak jauh besar dengan istana negara. Bahkan menurutku ini jauh lebih besar.

Mobil yang kami tumpangin pun berhenti tepat didepan pintu utama. Aku melihat banyak sekali pelayan yang berdiri dan seperti menyambutku Peter dan diriku.

"Peter kenapa kita kesini? Kenapa kita tidak pulang kerumah aku saja?" Aku menatapnya penuh tanda tanya. Dia pun hanya tersenyum.

"Bukan sudah kubilang sayang, ini rumah barumu. Kau akan tinggal disini untuk selamanya."

Peter mencium keningku. Aku hanya terdiam dan menganggapnya sebagai pamanku. Aku takut aku jatuh hati padanya. Aku tidak mau terlalu berharap.

"Mari kita turun!" Aku hanya mengangguk dan Peter langsung turun dan langsung membantuku turun dari mobil.

Peter langsung membantuku jalan masuk kedalam rumah besar ini. Kami berjalan diiringi pelayan dibelakang kami.

Jujur, apa sampai seperti ini aku disambut. Aku bingung hanya menanggapi apa. Mereka semua tampak ramah dan kelihatannya baik.

Aku belum pernah merasakan situasi seperti ini. This is the best moment and the strange Situation. And now I don't know my feel. It's so imppossible!

Aku hanya tersenyum membalas keramahan mereka semua. Aku merasa Peter sangat posesiv dalam memelukku. Tinggi Peter denganku sangat jauh. Mungkin jika dibandingkan, tinggiku hanya sepundaknya.

Tapi yang membuat aku salut dengannya adalah dia tidak malu memeluk dengan mesra didepan semua pelayannya.

Oh Tuhan, jujur aku tidak tau sekarang merasakan apa. Aku takut jatuh cinta, tapi sepertinya aku sudah jatuh kedalam lubang hatinya.

Aku melihat sepasang manusia yang berdiri didepanku. Mereka berdua tersenyum kepadaku dengan senyuman tulus. Yah, aku merasakan semua itu saat aku melihat mereka bedua.

Mereka berdua tampak sangat mesra dan serasi. Dengan sang wanita yang sangat anggun dan cantik dan sang pria yang sangat gagah dan mempunyai jiwa kepemimpinan sama seperti Peter.

Siapa mereka?

Apa mereka orang tua Peter? Aku tidak tau, tapi sepertinya ya. Karena mereka sangat mirip dengan Peter. Tidak salah jika Peter mempunyai wajah tampan. Ternyata dia mendapatkannya dari kedua orang tuanya.

"Welcome to new your house, my lady!" Ucap wanita yang dihadapanku. Dia tersenyum kepadaku dan aku membalas senyumannya.

Dia melebarkan tangannya, seakan menungguku memeluknya.

Aku melihat wajah Peter. Peter tampak sangat bahagia. Peter bahkan tak henti tersenyum, sekali pun menatapku.

"Selamat datang nak! Sudah lama kami menunggumu." Lelaki yang menurutku adalah ayah dari Peter ini, berjalan mendekatiku dan Peter. Diikuti wanita yang menurutku adalah istrinya.

Aku gugup saat mereka mendekat. Aku takut respon mereka berubah saat sudah dekat denganku. Secara aku hanya anak hina yang berusaha menjelma menjadi Cinderella.

Mencari pangeran entah berada dimana. Berharap disampingku, dia lah pangeran yang akan merubah hidupku.

Merubah upik abu menjadi sang ratu kawasan. Dihormati dan disayangi. Ah aku terlalu berharap dan terlalu banyak menghayal sepertinya.

"Jangan gugup sayang! Mereka orang tuaku. So, don't nervouse baby!" Bisiknya. Peter menggenggam tanganku. Menyakinkanku semuanya akan baik-baik saja.

"Tapi Peter aku takut." Aku mengeratkan genggaman tangan Peter.

"Ssttt, ada aku sayang." Aku hanya tersenyum. Aku menetralkan semua perasaan aneh yang aju rasakan.

"Ibu, ayah aku kira kalian tidak akan datang." Aku terdiam saja saat Peter menyapa orang tuanya.

"Mana mungkin ibu dan ayah tidak datang. Ibu sudah lama ingin melihat pasanganmu sayang." Wanita anggun itu, berjalan mendekatiku dan memegang wajahku, "dan kamu, betapa cantiknya kamu. Tidak salah Moon Goddess memilihmu menjadi pendamping hidup anak saya."

Wanita itu melepaskan tangannya dari pipiku dan langsung menjulurkan tangannya. "Perkenalkan nama saya Hermione Brayden. Senang bertemu denganmu nak."

Aku pun tersenyum tipis dan menggapai tangannya, "nama saya Raisa Swan, Mrs. Brayden. Senang bertemu denganmu." Dia melepaskan tangannya.

"Panggil aku ibu, sayang. Dan jangan formal seperti itu. Mulai sekarang kami orang tuamu."

Ibu? Nama itu yang aku impikan. Nama yang aku harapan selembut wanita dihadapanku. Apakah aku boleh bahagia sekarang?

Aku menahan tangisku. Tangis bahagia merasa disayangi, berbeda dengan kehidupanku dulu. Penuh air mata yang tidak aku inginkan. Bahkan terakhir kali aku hampir terbunuh karena orang tuaku.

Aku mengelap air mata diwajahku dengan kasar. Aku tidak boleh menangis didepan mereka. Aku kuat, tapi aku tidak. Aku terlalu bahagia.

"Ssttt sayang! Kenapa menangis? Apa aku salah berbicara?" Aku mengeleng. Entah bagaimana sekarang ekspresi Peter. Aku tidak melihat wajahnya saat ini.

Mrs. Brayden, bukan tapi ibu langsung memelukku. Melepaskan tangan Peter dari tadi mengenggam tangan kiriku.

Aku menangis dipelukannya. Entah air mata ini kenapa keluar begitu saja. Tapi yang aku rasakan adalah aku ingin menangis saja. Meluapkan semua emosiku yang ada dipikiranku.

"Ibuuu, hiksss..." Aku merasakan kenyamanan yang tidak aku dapatkan di ibuku dulu. I hope this forever.

"Ssttt, kami tau apa masalahmu sayang. Mulai saat ini kau mempunyai orang tua barumu nak. Lagi pun aku ingin sekali mempunyai anak perempuan sepertimu nak. Mempunyai anak lelaki itu sedikit menyusahkan." Aku terkekeh mendengar ucapannya.

Ibu menyindir Peter secara halus. Sekarang aku tidak bisa membayangkannya wajahnya sekarang. Mungkin melotot atau kesal.

"Ibuuu!!!" Ibu melepaskan pelukannya dariku. Dan terkekeh mendengar ucapan Peter yang sedikit lebay.

"Dengarlah nak, menyebalkan bukan?" Aku melihat kearah Peter. Dia memutar bola matanya. Menahan kesal karena ucapannya ibu.

"Jangan kau dengarkan ibu, Raisa! Ibu memang seperti itu. Kurang menerima diriku yang sangat sempurna bak malaikat ini."

Peter langsung merangkulku lagi. Sekarang aku merasakan apa yang namanya keluarga.

"Sudah-sudah! Oh ya nama saya Ronald Brayden. Dan kamu jangan dengarkan dua orang ini. Mereka berdua memang aneh. Entah mengapa keluarga kami bertahan dengan keanehan mereka. Oh ya kamu panggil saya ayah ya!" Aku tersenyum mendengar ucapannya. Ayah langsung memelukku seperti ibu memelukku.

Setelah memelukku, ayah langsung melepaskan pelukannya. Aku melihat ekspresi ibu sekarang. Dia sepertinya tersinggung mendengar ucapan ayah.

"Oh begitu ya. Kamu bilang aku aneh. Oke jangan harap bisa dekat-dekat aku lagi." Aku dan Peter terkekeh mendengar ibu merajuk seperti anak kecil.

Ayah pun langsung merangkul ibu dengan posesif. "Ya ampun sayang, aku hanya bercanda sayang." Ayah langsung mencium bibir ibu sekilas.

"Bercanda, oh ya? Kalau begitu kau juga harus menjauhiku. Bukankah tadi kau bilang aku ini 'aneh'." Ibu menekankan kata aneh diakhir ucapannya. Ibu pun langsung pergi meninggalkan aku, Peter dan ayah.

Ayah pun hanya menghela napas kasar. Astaga betapa lucunya keluarga ini. Aku tidak menyangka mereka sehangat ini. Awalnya aku berpikir kalau keluarga mereka dingin, karena aku melihat kalau Peter itu sangatlah dingin.

Tapi aku salah.

Ayah pun langsung menyusul ibu kedalam. Entah kemana, karena rumah ini terlihat sangat besar.

"Jangan hiraukan mereka sayang! Mereka memang seperti itu." Peter langsung membantuku berjalan kekamar.

Sampailah aku dikamar. Aku terkejut lagi dan lagi. Kamar ini sangatlah besar dan mewah. Walau kamar ini mengandung unsur klasik yang begitu kental, tapi ini sangat mewah.

"Ini kamar kita sayang." Ucap Peter yang membuatku melotot.

Apa kamar kita? Kamar aku dan Peter?

"Kamar kita? Jadi kita satu kamar Peter?" Dia hanya mengangguk sambil tersenyum. Peter langsung mendudukan diriku dikasur yang sangat empuk dan nyaman.

"Ya sayang. Aku tidak mau berjauhan lagi denganmu. Sudah lama aku menunggu moment ini sayang." Peter langsung mengelus wajahku dan mendekatkannya dengan wajahnya.

Peter langsung menempelkan bibirnya ke bibirku. Peter langsung mencium bibirku dengan perlahan.

Astaga aku mati kutu. Aku tidak bisa memberontak sekarang. Ini adalah ciuman pertamaku dan Peter lah yang mengambilnya.

Dan lagi aku seperti santapan para pedofil saat ini. Tapi untuk menolak pun aku tidak bisa. Aku terbuai dengan ciumannya yang sangat lembut dan pelan.

Aku hanya terdiam dan tidak membalasnya. Aku hanya mengalungkan tanganku ke lehernya. Menikmati semua yang dilakukan Peter.

Peter menggigit bibir bawahku dengan pelan, tapi entah mengapa sakit. Bahkan aku bisa merasakan bibirku berdarah.

Mulutku pun semakin terbuka, sehingga memudahkan lidahnya menelusuri rongga mulutku.

Sekian lama Peter mencium bibirku, Peter langsung melepaskan bibirnya dari bibirku. Mungkin dia tau jika aku kehabisan napas.

Dia menatapku dengan lekat. Dia merapihkan poniku dibelakang telinga. Dia tersenyum dan langsung membersihkan darah yang masih menempel dibibirku.

"Manis. Darahmu sangat manis sayang." Aku tidak bisa berkata-kata sekarang. Dia menatap bibirku dengan lekat. Pasti bibirku sudah bengkak sekarang.

Perasaanku bercampur aduk. Aku menatapnya dengan tatapan yang aku sendiri tidak tau tatapan apa.

"Peter, kenapa kau menciumku?" Bodoh pertanyaan macam apa yang keluar dari mulutku.

Aku tidak tau dia akan menjawab pertanyaan bodohku itu.

"Karena aku mau, sayang. Aku tidak bisa menahan lagi saat aku melihat bibir seksimu itu. Dan lagi bibirmu itu sangat lah manis. Mungkin aku kecanduan akan semua yang ada di dirimu, sayang." Peter langsung mengecup bibirku sekilas.

"Tapi Peter, kau adalah lelaki dewasa. Kau seharusnya tertarik dengan wanita dewasa, bukan seperti aku yang masih sangat remaja dan labil. Terlebih lagi aku ini hina, Peter." Peter yang mendengar ucapanku pun, langsung merubah matanya menjadi hitam.

Aku tau dia tidak menyukai aku berkata seperti itu. Tapi itu semua fakta. Aku hanyalah gadis kecil yang tidak tau diri, hina dan mungkin tidaa pantas berada didunia ini.

"Sudah kubilang sayang, kau tidak boleh merendahkan dirimu sendiri. Sama saja kau merendahkan aku. Aku tidak suka kau berbicara seperti itu." Peter sepertinya menahan emosinya. Tatapan sangat mengancam, tapi aku sudah terbiasa. Tatapan seperti itu seakan sudah menjadi makanan sehari-hariku.

"Tapi itu semua fakta, Peter."

"SUDAH KUBILANG JANGAN BERBICARA SEPERTI ITU!" Peter berteriak didepan mukaku. Aku hanya menahan air mata yang ingin jatuh lagi dari pelupuk mataku.

Peter menghela napas panjang. "Sudah lebih baik kau istaharat! Aku ingin keluar dulu. Nanti ada Maid yang datang kesini." Peter langsung membantuku untuk berbaring dikasur. Setelah itu Peter langsung mengecup keningku dilanjutkan bibirku sekilas.

Peter pun keluar kamar dan meninggalkan aku dengan sejuta rasa yang sangat aneh. Aku hanya menangis dibalik bantal yang sudah menutupi wajahku.

Hai aku muncul lagi nihhh. Sorry baru update lagi. Niatnya mau update kemarin2 tapi kouta ku habis... ya baek isiin atuh *wajah melas*

Oke jangan lupa vomentnya guys! Oh ya dan terima kasih yang sudah baca cerita abal2 ini. Terharu *ambil tisu segepok*

By
Rakinsavers

Continue Reading

You'll Also Like

908K 73.3K 50
Jordan Dandelion seorang Alpha yang memimpin Lightmoon Pack. Ribuan tahun lamanya sendiri tanpa kehadiran Mate. Sampai suatu saat, dirinya mulai ingi...
3.9M 290K 33
Chara memiliki mate, tapi karena kesalahpahaman, mereka berpisah. Jadi, Chara memutuskan pergi untuk menyelamatkan hatinya yang penuh luka, bertemu d...
1.3M 101K 62
Bagaimana jika seorang King of Werewolf dikhianati matenya sebanyak 3 kali? Dialah Dareen Walcott. Seorang pria yang berpenampilan bak dewa yunani it...
142K 16.3K 26
Xavier is an Alpha, and Orion is an Enigma. They are two parallel lines that were never meant to intersect