Aku dan Hujan

By Shinyrainy

209K 10K 464

Aku curiga, jangan-jangan aku sudah mati makannya Regen tidak bisa melihatku bahkan sekadar menyadari keberad... More

Prologue
[1]
[2] Welcome to OUR Home
[3] Dia Itu
[4] Jalan Pulang
[5] Selda Cs and Bian's Bro
[6] New Member
[7] It's About The Rain
[8] A Photo
[9] Bianicious
[10] Dancing in The Rain
[11] Home Sweet Home
[12] Dendam Masa Lalu
[13] Sisa-Sisa Persahabatan
[14] Intuisi
[15] Hugging
[16] Butterflies in My Stomach
[17] Sweet Chocolates
[18] Pernikahan Kak Tania
[20] Kejutan Lainnya
[21] Heart(s)
[22] Luka
[23] Photograph
[24] The Fact
[25] Sing Along
[26] The Fate
[27] Kembali
[28] The Last Homework
[29] Prom Night
[30] One Last Cry
[31] It's Just About E and A
[32] Regan Is A Sweet Boy
[33] Another and Another
[34] A Day For Us
[35] Run Away
[36] Jatuh Seperti Hujan (Last)
Epilogue
years later
Hello (lagi)
[PENGUMUMAN] Kalau Aku dan Hujan Terbit...

[19] Penuh Kejutan

3.3K 230 11
By Shinyrainy

"Everytime I try to fly, I fall
Without my wings, I feel so small
I guess I need you baby" - Everytime, Britney Spears

***

"Movie marathon yuukkk"

SETELAH pernikan kak Tania, bukannya sepi rumahku malah jadi semakin ramai. Oma-opa dari Singapore alias mama-papanya papa. Nenek-kakekku dari Bogor alias mama-papanya mama. Sepupu-sepupuku dari Bogor yang masih piyik-piyik alias kecil-kecil. Dan satu orang yang baru saja meneriakkan kalimat diatas. Viola.

Well, Viola ini bisa dibilang saudara jauh sih. Soalnya kami satu kakek beda nenek. Kakekku aslinya orang Inggris dan nikah sama orang Inggris lagi sampe melahirkan papskinya Viola. Terus entah karena apa, mereka bercerai dan kakekku itu menikah lagi dengan seorang berkebangsaan Singapore alias nenekku. Ribet emang, intinya kami masih sepupu tapi beda nenek.

"Males ah, bosen filmnya itu itu mulu" balasku, dibalas dengan cemberut oleh si empunya usul.

Anyway, Viola ini umurnya sekitar dua satu. Lebih muda dari kak Litha tapi lebih tua dari Dilla. Percaya deh, Viola ini sebenernya dewasa banget walaupun kadang tingkahnya masih kayak anak-anak.

Kayak lo enggak aja Dy.

"Shoping yuuk" itu suara teriakkan Dilla dari arah tangga. Usulan mereka bener-bener basi, masa nggak ada yang inget sama sekali sih ini hari apa?! Ulang tahunnya Maudy Ayunda woy, eh, maksudnya ulang tahunku!!

Suara dering ponselku yang khas menarik aku yang masih asik di bawah selimut. Akhirnnya ada yang mau ngucapin juga, itu pasti Livia deh.

Tanpa mau beranjak, aku meraih HPku yang ada di nakas. Dengan tidak sabar melihat nama siapa yang tertera di Display dan seketika bangun ketika mengetahuinya.

It is not Livia,..

Dari orang yang kemarin menjungkir balikkan perasaanku sampai tidak tahu bagaimana lagi bentuknya.

Regen.

"Halo?"

Viola yang duduk di ranjang Dilla sontak menoleh dan menatapku curiga.

"Mel, yang kemarin itu..."

"Yaudah lah, nggak pen-"

"Gue mau jelasin ke elo"

Aku menatap langit-langit kamarku dengan pandangan kosong. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada di dalam otaknya sehingga dia merasa perlu menjelaskan. Buat apa juga? Dan nggak ada yang mesti dijelasin juga kan?

"Gue tunggu di kafe Kejora. Gue tunggu sampe lo dateng" katanya, tanpa menunggu balasan dariku langsung menutup sepihak.

Apa yang harus aku lakukan?

Menuruti kata-kata Regen dan berharap hubungan mereka hanya kebohongan belaka?

Atau, memilih diam dan membiarkan waktu yang mengurai semuanya?

Berbagai pertanyaan dalam sekejap memenuhi isi kepalaku. Aku tidak tahu sejak kapan aku mulai meihat Regen dan bergantung padanya. Tapi yang aku rasakan, sekarang perasaanku sudah sejauh ini.

Semuanya terasa sudah terlanjur. Maka aku memilih option pertama.

***

Regen ternyata serius dan itu seketika membuat jantungku berpacu cepat. Cowok itu memang orang paling meyebalkan sedunia dan isinya. Ini hari ulang tahunku dan dia.. arrght, benar-benar perusak.

Tapi aku nggak mau jadi orang munafik juga karena jujur, oke, aku senang. Aku senang karena dia mau menjelaskan yang artinya dia masih menganggap keberadanku dan menganggap sudut pandangku penting. Well, setidaknya, biarkan aku berpikiran begitu. Biarkan aku bermain dengan angan-anganku sendiri walaupun nantinya harus segera menelan pil pahit karena semuanya semu.

Ngenesnya hidupku ini,

"Lo kesini sama siapa tadi?" aku menoleh dan menemui cowok itu sedang menyesap moccachinonya. Suasana kafe yang terbilang cukup sepi membuatku jadi cepat terbawa suasana. Yah, walauppun deket Regen emang cepat membuatku baper mode on.

"Sepupu gue," jawabku singkat. Sebenarnya bingung harus berkata apa lagi.

Aku bisa merasakan tatapan konstan Regen seperti biasa. Menahaan diri sekuat mungkin untuk tidak balik menatapnya. Uh, aku cuma takut aku tenggelam semakin dalam lagi.

Hening. Sialannya kafe ini malah memutar lagu Brooke Faster yang menyayat hati. Yaampun.

"Lo boleh tanya apapun tentang apa yang lo liat kemaren, gue akan jawab yang sejujur-jujurnya. Tapi.." Regen menggantung kalimatnya dan aku meresponnya dengan mengangkat alis. "Lo juga harus jawab pertanyaan gue jujur."

Lagu Love Is Waiting milik Brooke Faster jadi semakin membuat aku ingin kabur dari tempat ini. Apa yang harus aku lakukan? Kenapa Regen membuatku tertekan begini sih??! Oke aku berlebihan, kalem Ody kalem... please... tenang.

Setelah berpikir dan mempertimbangkan segala Resikonya, akhirnya aku mengangguk.

"Lo dulu" kata Regen. Membuat pertanyaan yang tadi pagi memenuhi kepalaku.

"Lo sama kak Embun, beneran pacaran?"

Regen seperti sudah mengetahui pertanyaan itu yang akan terlontar dari mulutku. Dia tersenyum. Lebar untuk yang pertama kalinya.

Napasku tercekat.

"Nggak. Tapi gue yakin nggak lama lagi kita beneran pacaran."

Mataku seketika melebar dan tenggorokkanku tiba-tiba kering. Aku nggak ngerti lagi sama semuanya. Kenapa segala yang berhubungan sama Regen itu selalu serumit matematika, sih?

"Maksudnya-"

"Bagian gue"

Aku menghela napas dan menatap cowok itu dengan sengit. Kesal, aku meminum cappuchino iceku sampai tinggal setengah.

"Hubungan lo sama adek gue?"

"uhhuukk, uhhuukk" aku sontak tersedak mendengar pertanyaan cowok itu dan nada sinisnya. Maunya dia apa sih, bawa-bawa Bian dalam masalah ini?

Aku menatap Regen dengan mata menyipit lalu menjawab dengan acuh tak acuh.

"Mantan" simpel.

Regen mengangguk-angguk mengerti, lagi-lagi, seolah sudah menduga. Sama sekali tidak ada ekspresi kaget, satu kenyataan yang membuatku tak bisa di pungkiri, kecewa juga. Giliran otakku yang sibuk merangkum pertanyaan yang tadi berkelebat. Ah, aku tahu.

"Lo... suka sama kak Embun?"

Alis Regen terangkat tinggi dan matanya sedikit melebar. Terlalu lama, aku bisa merasakan degup jantungku semakin lama semakin cepat menunggu jawabannya. Aku tidak bisa berpikir apa-apa lagi. Sumpah Regen cepat jawab?!

"Nggak"

Sedetik aku bisa bernapas lega,

"Gue cinta sama dia."

***

Aku menyesal.

Menyesal menuruti kata-katanya, menyesal menjawab pertanyaannya, dan sangat-sangat menyesal bertanya tentang perasaannya. Napasku seakan berhenti ketika Regen melontarkan kalimat itu dan sekujur tubuhku terpaku. Detik itu juga aku ingin pulang, jadi setelahnya aku hanya bertanya hal tidak penting dan menjawab pertanyaan Regen seperlunya.

Setelah Regen menyudahi 'permainan' konyol itu, aku pulang. Sendiri. Dan kalian tahu apa kata-kata terakhirnya sebelum aku benar-benar berbalik.

"Anyway, selamat ulang tahun ya, Melo"

Dan mataku seketika memanas. Dasar bunglon, cicak, tokek, iguana, reptile errghht.

"Neng, ini rumahnya?"

Aku tersentak dan segera menyadari taksi yang aku tumpangi sudah sampai di depan pagar rumah. Linglung, aku memberi supir taksi itu selembar uang seratus ribuan, kemudian keluar dan masuk ke rumah.

Clek.

Ini apa lagi rumah gelap banget? Tirai  ditutup-tutup gini? Atau jangan-jangan...

Tek.

"SURPRIISSEE" aku melongo.

"Happy birthday Ody, Happy birthday, Happy birthday Ody, Happy birthday,Happy birthday... happy birthday, happy birthday Melody.."

Tanganku masih di gagang pintu sementara rahangku sudah jatuh kebawah. Kakak-kakakku semua menyanyikan lagu diikuti dengan pekikan sepupu-sepupu kecilku dan tepuk tangan keluargaku yang lain. Perfect. Aku pikir mereka lupa hari ini. aku pikir... Oh, God, aku speechless.

"Habede adikku yang paling cantik, happy sweet seventeen"

Aku berdecak menyambut ucapan dan pelukkan Dilla yang nggak banget itu. Yaiyalah aku paling cantik. Emangnya dia punya adek lagi?

Gantian kak Tania dan, ehm, suaminya yang memberiku ucapan selamat. Lalu kak Talitha, terus Vio, mama, papa, oma, opa, nenek, kakek, tante, om, onti, Livia sampai dua orang terakhir membuat senyumku seketika memudar. Kak Embun, dan Bian.

Setelah apa yang Regen katakan tadi, aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi dua orang itu. Tiba-tiba saja semua kata-kata usil dan tawa renyahku menguap dari kepala. Menyisakan ruang hampa.

Menatap mereka membuatku sakit.

"Selamat ulang tahun ya, sayang, wish all the best for you" kak Embun memelukku dan aku malah diam mematung. Kata-kata tegas Regen masih terngiang dan entah bagaimana membuatku benci melihat sikap kak Embun yang terlampau baik.

Aku tidak tahu rasa cinta bisa menumbuhkan tangkai benci.

Kak Embun melepaskan pelukkannya dan sekarang aku berhadapan dengan Bian. Dia masih tersenyum, seolah seberapa kuatpun tekatku untuk menjauhinya, sama sekali nggak punya arti. Karena senyum itu masih senyum yang sama yang ia tunjukkan empat tahun yang lalu. Yang berkata, Dy, Be mine, please?

"Selamat ulang tahun ya, yang ke tujuh belas." Ucapnya, sambil menunjukkan sebuah kotak kecil yang dilingkari pita biru laut. Bian memang paling tahu warna kesukaanku.

"Buat lo" bukan hanya kotak itu. Tapi juga sebuket bunga krisan putih yang dulu selalu menjadi andalannya kalau aku lagi ngambek. Itu juga bunga favoritku. Bunga yang selalu membuatku merasa... lebih baik.

Tanpa bisa ditahan, akhirnya aku berhambur memeluk Bian dan menangis di atas bahunya. Aku tidak peduli sikon lagi.

Aku kangen Bian.

Hari ini, tanggal Sembilan belas desember dua ribu empat belas,

Benar-benar hari yang penuh kejutan.

***

A/n

Holla gais, pakabar? Bentar lagi libur abis dan gue belum ngerjain tugas apa apa *curcol. Oke persetan dengan tugas, gue pengen ngadain challenge yang gak susah-susah amat.

Kalian cuma harus kirim satu quotes yang menurut kalian paling ngena di Aku dan Hujan atau Rain After Cloudy atau dua duanya ke line gue; agnihana.n dan rekaman suara kalian pas bacain quotes itu.

Gampang kan? Hadiahnya? Gue bakal pilih 3 org beruntung yg hadiahnya bakal gue tentuin. For your information, it just for fun!

P.s: Batas kirim sampai Jum'at depan yaw! Good luck! IKUTAN YAAKK!!

-A
8/4/16

Continue Reading

You'll Also Like

824 274 12
Original story. Apa artinya menunggu? Jika hanya ketidakpastian berujung kenyataan pahit yang menungguku. Bukankah kamu telah berjanji menjadi langi...
4.9K 171 8
(LENGKAP) Kamu adalah sebuah cerita. Entah mau aku kategorikan apa. Bahagia atau kesedihan. Kamu adalah sebuah cat pemberi warna dalam setiap toreha...
3.2K 1.4K 27
Teenfiction Humor [Part lengkap versi Wattpad] [Telah terbit versi cetak yang lebih lengkap] Mewakili isi hati pemirsa, yang wajahnya remaja tapi pin...
842K 57K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...