My Last Happiness (TELAH TERB...

By demimoy

2.1M 75.8K 4.3K

Sequel Of The Story 'My Possessive Hero' Masalah itu datang silih berganti dalam kehidupan rumah tangga Anna... More

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 12
Bimo's Pov
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
1. Author's Pov -Sudut Pandang Bimo-
2. Author's Pov -Sudut Pandang Bimo-
3. Author's Pov -Sudut Pandang Bimo-
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Dibaca! Butuh Jawaban
PO
OPEN PO - MY LAST HAPPINESS

Bagian 14

54.3K 2.7K 92
By demimoy

Bimo bangkit dari sampingku. Mulutnya tampak komat-kamit mengumpat tidak jelas. Dia turun dari tempat tidur sambil merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan.

"Maaf, aku mengganggu," gumam suara berat milik seseorang yang baru saja masuk.

"Tidak dimaafkan," dengus Bimo membuatku terkekeh geli.

"Tidak apa-apa, kak Divan. Tidak mengganggu kok." Bimo melebarkan matanya, menatapku seakan-akan tidak percaya dengan apa yang baru saja aku ucapakan. Kedua matanya berbicara 'tidak mengganggu katamu?'

Aku terkekeh geli membuat Bimo membuang muka saat aku menatapnya.

"Kemarin kakak tidak sengaja bertemu Firly, teman kamu. Terus dia bilang kamu sakit. Makanya kakak kesini." Divan melangkah mendekat lalu menyimpan bunga dan buah yang dia bawa di atas nakas. "Maaf, cuma bawa ini. Kakak bingung soalnya mau bawa apa."

"Seharusnya kau tidak datang saja!" Bimo masih saja sibuk mendengus.

Kulihat wajah Divan yang merasa tidak enak dengan sikap suamiku.

"Tidak apa-apa, kak. Jadi ngerepotin. Aku udah gak papa ko, kayanya besok atau lusa juga udah boleh pulang."

"Hm..." Divan begumam sambil menggaruk belakang kepalanya tampak bingung. "Baguslah kalau begitu Anna. Ah, ya sepertinya aku buru-buru. Akhir-akhir ini lagi banyak pekerjaan. Jadi, kakak tidak bisa berlama-lama disini."

"Memang seharusnya jangan lama-lama. Lagipula untuk apa berlama-lama disini!"

"Kakak!" Aku menarik lengan Bimo, memperingati karena aku merasa tidak enak dengan Divan yang memasang raut wajah tidak nyaman. Bagaimanapun juga Divan sudah berniat baik mau menjengukku kesini.

"Apa?" Dengan begonya Bimo mengatakan itu. Aku mendelik dan menggelengkan kepalaku. Seorang Bimo yang terkesan serius dan dingin berubah menjadi seorang yang tulalit disaat cemburu. Kalau sikap menyebalkannya sih sudah dari dulu.

"Yasudah Anna, kalau begitu kakak pulang dulu. Semoga kamu cepat sembuh, ya." Divan berdiri di sampingku lalu mengusap dahiku.

Aku tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, kak," kataku sebelum Divan keluar dari ruangan.

"Terima kasih, kak." Bimo membeo ucapanku dengan nada mengejek setelah Divan pergi.

"Mas Bim kenapa, sih?" Aku menatap suamiku kesal.

Ucapanku tidak di indahkannya. Dia melangkah ke sisi lain tempat tidur lalu, meraih bunga yang di bawa Divan tadi.

"Mas mau di kemanakan bunganya?" tcapku saat Bimo membawanya kearah luar.

Bimo menghentikan langkahnya dan menatapku dingin. "Kamu suka bunganya?" gumamnya datar.

"Mas Bim 'kan tahu aku suka mawar putih. Jadi sudah pasti aku suka." Aku mengerutkan keningku. Raut wajahnya berubah marah setelah aku menyelesaikan ucapanku.

"Aku akan membelikan mu bunga mawar putih yang lebih banyak dan lebih bagus dari ini." Bimo menginjak pedal tong sampah dan melempar bunga itu ke dalamnya.

Bimo kembali melangkah ke arahku. Dia menggeser kursi di sebelah tempat tidurku dengan kasar dan menghempaskan tubuhnya disana.

Aku masih melihat tong sampah yang dipakai Bimo membuang bunga itu.

"Tidak usah di liatin terus Anna!" seru Bimo menangkup wajahku dengan kedua tangannya lalu menghadapkan wajahku padanya.

Aku mengerucutkan bibirku menatapnya. "Tapi 'kan sayang bunganya!"

"Biarkan saja, lebih sayang bunga itu atau aku?"

Tak ada jawaban dariku, aku memutar bola mataku melirik pada tong sampah itu lagi.

"Anna!!" seru Bimo dengan nada suara yang lebih tinggi. Dalam hati aku tertawa. Ugh, menggemaskan sekali suamiku kalau lagi marah cemburu kaya gini.

Bimo melepaskan tangannya di wajahku lalu menatapku intens, kedua tangannya dilipat di tepi tempat tidur. "Sekarang jujur, apa kamu pernah punya hubungan dengan dia?"

"Memannya kenapa!" Aku memalingkan wajahku saat menjawab. Aku tidak pernah punya hubungan dengan Divan. Tapi, rasanya menggoda Bimo menyenangkan.

"Jawab pertanyaanku Anna!" Bimo menarik daguku agar aku melihat ke arahnya.

Aku menghela napas, lalu menghembusnnya.

"Tidak suamiku tercinta. Kak Divan hanya temen saja." Dengan gemas aku mencubit hidungnya.

Bimo menggelengkan kepalanya menghindari cubitanku, "Aku serius Anna!" tanyanya tegas.

"Aku duarius. Kak Divan memang dulu pernah suka sama aku. Tapi, itu dulu banget pas aku masih SMA."

"Kok kamu tahu dia pernah suka sama kamu?" Bimo menatapku menyelidik dan mengangkat satu alisnya.

"Yaiyalah tahu. Bahkan sampai satu sekolah tahunya juga. Dia itu cowo romantis banget, dia nembak aku lewat radio sekolah. Hm... gantle banget, 'kan dia?" Aku mengalihkan pandanganku. Memasang senyum di wajahku seakan-akan sedang membayangkan moment saat itu.

"Cih, nora banget nembak cewe kaya gitu. Gak ada gantle-gantle nya! Dan kalau di bandingkan masih romantisan Mas kemana-mana. Memangnya kamu tidak ingat saat Mas menyatakan perasaan Mas di pulau itu?" Barulah kali ini ingatanku menerawang pada kejadian beberapa tahun yang lalu. Bukan hanya di waktu itu saja. Bimo memang selalu bersikap romantis terhadapku.

"Apa kurang romantis, hah?" Suara Bimo mengembalikan lagi aku pada waktu sekarang.

"Biasa aja," jawabku tak acuh. Aduh suamiku, apapun yang kamu lakukan. Kamu adalah pria paling romantis yang pernah aku temui di dunia itu. Jadi seharusnya kamu tidak usah tanya lagi. Gumamku dalam hati.

"Enak saja kamu bicara biasa aja. Saat itu Mas siapin matang-matang untuk hari itu!" potes Bimo tak terima dengan jawabanku.

Aku menatap Bimo lembut dan tersenyum. Aku mencium jari-jariku lalu menempelkannya pada bibirnya. "Kamu pria paling romantis di dunia ini Mas. Tidak ada duanya." Kali ini senyum mengembang di bibirnya.

Dan tak lama berubah jadi seringaian licik. "Kok gak langsung aja ciumnya? Sepertinya sekarang saatnya melanjutkan aktifitas yang tertunda tadi." Aku memejamkan mata saat Bimo membungkuk di atasku. Sesuatu yamg lembut kini menyapu lembut bibirku.

"Ehem..." mataku terbuka sempurna, langsung menatap mata Bimo yang juga menatapku dengan bibir yang belum terlepas saat suara deheman seseorang mengembalikan kami kedalam dunia nyata. Membuyarkan gairah yang mulai muncul.

"Sial!" umpat Bimo saat ciuman kami terlepas.

Aku dan Bimo bersamaan menoleh ke arah suara. Sudah berdiri dua orang di dekat pintu. Pria yang memakai jas putih yang memeriksa keadaanku menggelengkan kepalanya melihat ke arah kami. Sedangkan seorang suster di belakangnya tampak sedang menahan tawa. Membuat pipiku memanas karena malu.

"Pagi, Dok," sapa Bimo tersenyum kearah pria yang mungkin masih berumur 40-an yang sekarang sedang melangkah kearahku.

"Pagi, Pak Farell." Dokter itu manjawab dengan ramah.

"Jadi, kapan istriku bisa pulang, Dok?" tanya Bimo setelah dokter selesai memeriksa keadaanku.

"Sepertinya besok juga sudah boleh pulang." Senyum mengambang di bibir Bimo lalu menatapku penuh arti. "Oh iya Pak, sebaiknya Bapak sama Ibu jangan melakukan hubungan suami istri dulu. Sebelum kondisinya benar-benar pulih." Kali ini ekspresi penuh arti itu berubah. Senyum yang mengembang di bibir Bimo meredup. Aku terkekeh melihat perubahan ekspresi itu.

"Tidak boleh dulu, dok? Berapa lama?" Oke, kali ini nada bicaranya terdengar tidak terima dan protes.

"Ya... mungkin satu sampai dua minggu."

"What?!!" Aku sampai kaget saat Bimo menaikan nada suaranya. Persis seperti membentak lawan bicaranya. Kulihat wajah dokter itu hanya tersenyum biasa-biasa saja. Sedangkan suster yang sedang memeriksa selang infusku tampak menahan tawanya. Terkekeh geli. Dan aku semakin malu dengan ulah Bimo kali ini.

Ih sumpah, tidak bisakah dia bersikap biasa saja? Dasar maniak seks. Ini resikonya menikah dengan om-om mesum macam Bimo. Huft...

Besok paginya aku pulang. Hari ini Bimo tidak masuk kerja karena harus menemaniku. Mungkin besok baru dia masuk bekerja, karena pekerjaan yang menumpuk sudah menunggunya di kantor. Dan meminta untuk di kerjakan.

Banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan menjadi keuntungan tersendiri bagi Bimo. Karena dengan menyibukan diri di ruangan kerjanya, Bimo bisa menghindari untuk menyentuhku.

Seperti malam ini misalnya, jam tujuh malam Bimo baru pulang kerumah. Selesai makan dan mandi dia masuk kedalam ruangan kerjanya dan menyibukan diri disana. Dini hari baru dia akan kembali ke kamar untuk tidur.

Tapi, ada yang berbeda malam ini. Aku tidak merasakan kehadirannya malam ini. Dan benar saat aku bangun, Bimo tidak ada di tempatnya. Aku melihat pada jam di handphone, ini sudah pukul empat pagi. Biasanya pukul dua atau setengah tiga Bimo sudah kembali ke kamar.

Aku menyibak selimut dan turun dari tempat tidur. Lalu bergegas keluar dari kamar melangkah ke ruangan sebelah.

Perlahan aku berjalan masuk ke dalam. Benar seperti dugaanku, dia tertidur di ruangannya. Aku duduk di tepi sofa tempat Bimo tertidur. Aku tersenyum melihat wajah terlelap nya. Dan sepertinya aku tidak akan tega kalau harus membangunkannya. Dia pasti sangat lelah sekali karena berkas yang mungkin sedang di pelajarinya masih dia pegang sekarang.

Kuraih berkas itu dan menyimpannya di atas meja kerjanya. Lalu kembali ke dalam kamar dan membawa selimut untuknya.

Kubelai setiap inci wajahnya yang terpahat sempurna. Aku mempunyai suami yang mengagumkan. Saat tertidur saja Bimo terlihat tampan, bahkan lebih tampan dibandingan kalau dia sedang bangun dan mengomel.

Aku merapatkan selimut yang aku bawa menutupi badannya.

"Selama malam suamiku sayang. Mimpi indah." Cup. Satu kecupan mendarat di pipinya.

Aku hendak baranjak saat tiba-tiba kudengar Bimo mengigau. "An..." Bibirku mengulum senyum saat Bimo mengigau namaku. Tampaknya dia sedang memimpikan... "Dea." Tunggu dulu! Apa katanya barusan? "Dea, jangan." Oke, kali ini sangat jelas sekali. Bimo bukan sedang memimpikan aku. Dan siapa Dea? Apa yang dia mimpikan? Kenapa bibir Bimo bergerak-gerak? Apa Bimo sedang bermimpi berciuman?

Raut wajah senangku berubah menjadi masam. Apa-apaan ini? Berani-beraninya suamiku sendiri mengigau nama perempuan lain di ha.da.pan.ku. sendiri!!

"Lihat saja nanti apa yang akan gue lakukan sama lo Om mesum!" gumamku tajam dan kesal.

Aku menghentakkan kakiku sebelum keluar dari ruangan kerja si Om mesum ini. Amarah dan kekesalan mengantarkanku kedalan kegelapan yang sunyi.

Aku juga bisa memimpikan pria impianku!!

-------------------------------------------------------------

TBC..

AH, DATAR BANGET PART INI :((

TAPI SEMOGA MASIH TERHIBUR YA SAMA BACAANNYA GUYS.

SEMOGA BAPER YEEEE :))

VOTE AND COMMENT-NYA AKU TUNGGU LHOOOO..

SEE YOU

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 30.9K 46
Sean Mitchell adalah sahabat masa kecil Fiona Richards. Semenjak Sean mengalami pubertas di kelas delapan, ia menjadi popular karena ia tampan dan ke...
46.7K 1.1K 41
BOOK II Memutuskan hubungan dengan orang-orang terdekatnya, seorang 'mantan' Chief Excecutif Officer ini bernama Demian Faustian Durya memilih kehid...
15.5K 1K 75
#14 in action (01-02/02/2019) Setiap kali mata ini terbuka, semua orang akan berkata betapa indahnya dunia ini. Tuhan menghiasnya dengan hangat s...
4.7M 175K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...