My Last Happiness (TELAH TERB...

By demimoy

2.1M 75.8K 4.3K

Sequel Of The Story 'My Possessive Hero' Masalah itu datang silih berganti dalam kehidupan rumah tangga Anna... More

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 12
Bimo's Pov
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
1. Author's Pov -Sudut Pandang Bimo-
2. Author's Pov -Sudut Pandang Bimo-
3. Author's Pov -Sudut Pandang Bimo-
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Dibaca! Butuh Jawaban
PO
OPEN PO - MY LAST HAPPINESS

Bagian 6

64.8K 3.4K 163
By demimoy

Semalaman aku tak bisa tertidur, bukan hanya karena aku yang terus-terusan menangis, tapi juga karena Bimo yang tidak mau menyerah mengedor dan manggil namaku dari luar kamar.

Barulah dini hari aku baru bisa tidur, karena cape semalaman menangis juga suara Bimo yang tidak terdengar lagi.

Pagi harinya aku terbangun dengan kepala yang terasa berat. Mataku pun terasa sakit. Aku menyibak selimutku dan turun dari tempat tidur. Aku bergegas melangkah ke kamar mandi karena lagi dan lagi morning sick ku menyerang lagi.

Setelah mengeluarkan semua isi perutku aku membasuh mukaku dan menatap bayanganku di cermin. Seorang wanita yang tampak berantakan.

Reflek tanganku bergerak menyentuh pipiku yang di tampar Bimo. Tidak lagi sakit memang, tapi sekarang hatiku yang terasa sakit. Sumpah, aku lagi mengandung anaknya dan dia sudah mempermalukan aku bahkan di depan wanita lain. Aku benar-benar merasa direndahkan olehnya.

Lagipula jika di ingat-ingat apa yang membuat dia menaparku. Apa kesalahanku sampai-sampai tangan itu melayang dan berakhir di pipiku. Bimo keterlaluan.

Selesai bersih-bersih aku bergegas keluar kamar karena butuh teh mint untuk aku minum. Aku terkejut saat membuka pintu kamar. Bimo berada disana bersandar pada dinding di pinggir pintu, tampak sedang tertidur lelap.

Aku berniat membangunkannya tapi, niatku ku urungkan. Biar saja dia seperti itu. Jika aku merasa sakit hati karena ulahnya. Aku kan membuatnya menderita terlebih dahulu sebelum akhirnya aku akan memaafkannya. Dan entahlah, dia masih pantas di maafkan atau tidak. Aku tidak tahu.

Aku terdiam di kursi pinggir kolam renang. Melamun menatap air yang tampak tenang sambil menikmati teh mint dan cemilan asinku. Tanganku mengusap perutku yang mulai membuncit. Dialah yang sekarang menjadi penguatku. Kehadirannya mungkin akan menjadi penghalang egoku. Jika saja tidak ada dia, mungkin aku akan milih meninggalkan rumah ini.

"Pagi, Kak." Aku menoleh ke arah suara. Rana berada disana dan duduk di kursi di sampingku. Usia kami berbeda 2 tahun dan Rana lebih tua dariku. Tapi, karena aku sudah menjadi istri Bimo jadi mau tak mau Rana pun harus memanggilku kakak.

Jujur saja, melihatnya membuatku kesal. Dari awal dia datang ke rumah ini, aku merasa ada keganjalan dari dirinya. Dan aku tidak tahu apa itu.

"Pagi." Aku mengalihkan kembali pandanganku ke depan.

"Maaf, Kak aku bawa pengaruh buruk pada hubungan rumah tangga kalian." Ternyata dia menyadari. Masalahku datang setelah dia datang bukan?

"Aku mendengar saat Kakak bilang menyangka aku menyukai Kak Bimo. Itu semua..." Kali ini ucapannya memancing perhatianku. Meskipun aku sama sekali tidak mengalihkan pandanganku pada Rana. Tapi, aku menajamkan indra pendengaranku. "Itu semua benar." Oke kelanjutan ucapannya kini membuatku benar-benar terkejut. Jadi dugaanku benar?

Aku langsung mengalihkan pandanganku pada wanita cantik di sampingku dengan kening berkerut.

"Maksud kamu apa, Rana?"

"Ya, aku tahu kami sepupuan. Tapi perasaan, siapa yang dapat mencegah? Kebersamaan kami selama ini menumbuhkan perasaan yang lain dan lebih padaku. Siapa yang tidak akan terbuai jika kita di manjakan dan di perhatikan oleh orang seperti kak Bimo."

"Lalu apa maksud kamu mengatakan semuanya padaku?" Aku masih mencoba tenang.

"Tidak ada, aku hanya ingin membenarkan dugaan Kakak saja. Dan memberi Kakak kode. Bersiap-siaplah." Pandanganku mengikuti dia yang bangkit dan hendak melangkah pergi.

Bersiap-siaplah? Apa maksudnya dengan bersiap-siap?

"Aku tidak akan membiarkan semuanya Rana." Aku bangkit dan menatap Rana tajam.

"Halangi saja. Aku tidak akan mundur."

"Kamu salah jika mengira akan mudah memisahkan kami. Sudah banyak masalah yang kami hadapi bahkan masalah besar sekalipun. Jadi kurasa kalau hanya menyingkirkanmu itu akan mudah sekali Rana." Aku melangkah perlahan ke arahnya.

"Tidak ingat? Baru dua hari aku berada diantara kalian dan aku sudah berhasil membuat kamu di tampar oleh suamimu sendiri." Rana tersenyum meremehkan. Apalagi ini? Kenapa hidupku di kelilingi oleh wanita-wanita ular seperti dia dan si tante Fero?

"Itu tidak akan mudah Rana, kalaupun kamu mencintai suamiku. Tapi suamiku mencintaiku!" desisku mencengkram lengannya kuat.

"Oh, ya? Ingat ini baik-baik Kakak ku. Aku pastikan kalian akan hidup bersama sampai anak itu lahir. Karena setelah itu kami akan hidup bahagia!" Dia menghempaskan tanganku lalu melangkah pergi.

Aku melangkah mengejarnya saat kulihat dia memeluk suamiku. "Kakak hari ini aku mau jalan-jalan. Kakak mau antar aku, 'kan?" Kudengar suaranya yang di buat semanja mungkin. Muak aku mendengarnya. Kita lihat apa yang akan di katakan Bimo. Lihat saja kalau sampai Bimo memyetujui. Aku akan memberinya pelajaran.

Sesaat pandangan kami bertemu. Lalu Bimo mencoba melepaskan lengan Rana yang melingkar di pinggang suamiku.

"Maaf Rana, kamu jalan-jalan sendiri saja, ya. Atau kakak suruh supir antar kamu." Aku mengulum senyum mendengar ucapan Bimo. Kulihat Rana mengerucutkan bibirnya tampak kesal. Mampus!

Pandanganku mengikuti Bimo yang berjalan ke arahku. Lalu mengalihkan lagi pada Rana yang masih berdiri disana yang memasang raut wajah marah. Rana menghentakkan kakinya lalu berbalik dan melanjutkan langkahnya.

"Sayang." Bimo berjalan ke arahku. Air wajahnya menyiratkan kesedihan.

Lalu kami sama-sama menoleh ke arah kamar Rana saat terdengar suara pintu yang di banting dengan keras.

Kembali aku mengalihkan pandanganku pada Bimo saat dia meraih tanganku "Maafkan aku, Sayang. Kemarin benar-benar reflek." Bimo mengatakannya dengan sungguh-sungguh dan penuh penyesalan. Bimo terlihat kebingungan tidak tahu harus berbuat apa.

Aku melepaskan tanganku dari tangan Bimo. "Aku perlu waktu , Kak." Aku tahu seharusnya sekarang kami perbaiki hubungan kami. Mengingat rencana Rana masuk ke dalam rumah ini yaitu, untuk menghancurkan hubungan kami. Tapi, aku akan tetap menjalankan rencanaku untuk menghukum Bimo. Selain itu adalah hukuman juga untuk memperlihatkan pada Rana seberapa besar cinta Bimo punya untukku. Karena aku yakin Bimo akan melakukan apapun untuk bisa aku maafkan.

Baiklah nona Rana, permainan dimulai dari sekarang!

Kita lihat nanti siapa yang akan menjadi pemenangnya. Dan akan aku pastikan pemenangnya adalah a.k.u!

Aku menatap datar Bimo lalu melangkah melewatinya. Langkahku terhenti saat Bimo kembali meraih tanganku. "Kumohon maafkan aku, Sayang. Aku tidak bisa kalau kamu begini. Kita bicarain semuanya baik-baik, oke?"

"Kamu itu tuli atau apa sih, Kak? Aku bilang aku perlu waktu," ujarku sewot, menghempaskan tangannya. Lalu kembali melanjutkan langkahku ke arah kamar tamu yang sekarang menjadi kamarku untuk sementara.

Aku perlu seseorang untuk bisa mendengarkan ceritaku. Dan orang yang menurutku tepat adalah Kak Aliza. Setelah selesai besiap-siap tadi, aku langsung tancap gas menuju rumah kak iparku itu.

Meskipun tadi Bimo sempat menahanku agar aku tidak membawa mobil sendiri tapi, aku bersikeras menyetir sendiri tanpa supir. Mungkin ini saatnya aku menggunakan kekerasan kepalaku.

Tidak akan ada yang bisa melarangku atas hal apapun jika aku masih menginginkannya. Termasuk Rana, dia tidak akan bisa mengambil suamiku sampai kapanpun. Sampai aku menyerah dan akan merelakannya. Ya, sampai aku menyerah. Tapi, aku tidak akan menyerah.

"Tante Anna!!" suara cempreng milik keponkanku yang paling cantik terdengar saat aku keluar dari mobil.

Aku berjongkok lalu merentangkan tanganku saat Zara berlari ke arahku dan langsung melingkarkan lengan mungilnya di leherku.

"Halo, Sayang, apa kabar?" Aku mengangkat tubuh mungilnya dalam gendonganku sambil mencium lehernya yang wangi strawberry.

"Aku baik, tante Anna gimana?" jawabnya polos memiringkan kepalanya menatapku.

"Tante baik , Sayang."

"Eh, Sayang ayo turun kasihan tantenya, nanti dede bayinya kesakitan." Aku mengalihkan pandanganku lalu tersenyum pada kak Aliza yang berjalan ke arah kami.

"Dede bayi, Bunda?" Mata Zara tampak berbinar saat mengatakannya. Kak Aliza mengambil alih tubuh mungil anaknya ke dalam gendongannya lalu mengangguk.

"Mana dede bayi nya? Ko gak ada?"

"Dede bayinya masih sembunyi , Sayang. Belum lahir. Masih di dalam perut." Aku mengusap kepala Zara lembut.

Zara meronta ingin di turunkan lalu mengampiriku dan mendekatkan telinganya pada perutku. "Dede bayi nanti kalau sudah lahir mainnya sama kakak Zara ya, jangan sama kak Raza. Kak Raza nya nakal, nanti kamu di nakalin sama dia." Aku mengulum senyum melihat tingkah polos Zara.

"Raza mana, Kak?" Aku menyapukan pandanganku pada sekitar. Keponakanku yang ganteng itu tidak terlihat dimana-mana. Padahal meskipun Raza dan Zara sering bertengkar, mereka selalu terlihat bersama-sama.

"Dia lagi tidur. Ayo masuk." Kak Aliza meraih tangan mungil anaknya lalu tangan satunya menggandengan tanganku.

Sampai di dalam rumah aku menceritakan semuanya pada kak Aliza. Sama sepertiku kak Aliza pun kecewa pada tindakan Bimo yang menamparku.

"Dan semuanya semakin tambah rumit karena kehadiran wanita ular itu di rumah kami." Aku benar-benar kesal pada Rana. Gadis yang aku anggap baik dan polos. Ternyata menyembunyikan hal paling menyebalkan.

Kening kak Aliza tampak berkerut saat mendengar ucapanku. "Wanita ular? Siapa? Fero maksud kamu?"

"Bukan kak, Rana."

"Rana?"

"Iya, Rana itu keponakan Bimo. Awalnya aku kira dia orang baik. Tapi, ternyata aku salah, Kak. Dia itu wanita ular jahat banget. Pokoknya nyebelin banget, deh."

"Dia ada di rumah kamu. Kok bisa?" Kerutan di kening kak Aliza tampak semakin dalam.

"Iya, awalnya dia datang bersama tante Dela. Dia sedang ada masalah dengan orangtuanya. Dan dia tidak mau tinggal di rumah om Chris karena hubungannya dengan Fabian tidak baik. Akhirnya kami menerima dia di rumah kami. Karena aku pikir dia bisa menjadi teman mengobrol kalau-kalau Bimo pulang telat. Tapi, yang ada malah dia menyita waktu Bimo. Aku lebih kesal lagi saat tahu kalau dia menyukai suamiku, Kak," jelasku panjang lebar sambil sesekali menghela napas. Rasanya jiwa garangku terpancing kalau mengingat Rana.

"Menyukai suamimu? Kamu tidak salah, Anna?" Kak Aliza tampak terkejut setelah aku mengatakan bahwa Rana menyukai Bimo.

"Tidak, dia yang mengatakannya langsung padaku. Aku saja kaget saat tahu itu. Dia menyalahgunakan kebaikan Bimo padanya."

"Lalu bagaimana sekarang hubunganmu dengan Bimo?" Kak Aliza menyimpan cangkir berisi teh di hadapanku.

"Aku masih belum memaafkannya. Tamparannya itu lebih menyakitkan dari seribu tamparan pria manapun, Kak. Aku belum bisa terima itu."

"Suatu hubungan itu tidak akan lepas dari masalah Anna. Jangan kamu kira hubungan kakak dengan kak Radit juga anteng-anteng aja. Banyak yang memicu pertengkaran di antara kami, apalagi kalau soal waktu saat Radit sedang sibuk. Tapi, kami berusaha mengenyampingkan ego kami. Mengingat sekarang sudah ada Raza dan Zara. Kami tidak mau nanti mereka yang terkena imbasnya." Kak Aliza menyeret kursi di sampingku lalu duduk disana.

"Dan kalian pun harus begitu Anna. Kamu harus ingat. Ada buah cinta kalian yang kini sedang tumbuh di dalam rahim mu. Jadikan dia sebagai kekuatan hubungan kalian. Jika sudah begitu semuanya akan mudah. Tidak akan ada yang bisa menggoyahkan hubungan kalian."

Aku tersenyum lalu memeluk tubuh kak Aliza. Tidak salah aku menceritakan semuanya pada dia. Dia selalu punya solusi yang terbaik. Dan benar kata kak Aliza, aku tidak boleh mementingkan ego. Seperti apa yang di katakan kak Aliza, aku tidak ingin buah cinta kami yang akan menanggung imbasnya.

"Terima kasih, Kak." Kak Radit benar-benar beruntung mempunyai seorang istri yang begitu cantik dan baik juga sangat pengertian seperti kak Aliza.

***

TBC..

Mana suara dukungannya buat Anna melawan Rana???

Yeee, semoga baper yaaa..

Vote and comment nya aku tunggu lhooo..

Terima kasih buat yang udah baca, kasih vomment nya yaaa..

Love you all :*

Continue Reading

You'll Also Like

785K 43K 50
[COMPLETED] NATE & KALEA Tentang dua orang dengan sifat keras kepala yang saling jatuh cinta. Tetapi, apakah mereka benar-benar mencintai, melihat ba...
1.3M 115K 27
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
4.2M 113K 19
Jonathan Benedict Wilson, seorang aktor kenamaan yang terpaksa mengasingkan diri untuk menghindar dari pemberitaan yang semakin memojokkan. Dia berpr...
6.2K 656 34
Pada hari di mana seharusnya Airis berjumpa dengan Angkasa, ia malah mendapatkan beberapa kiriman berupa surat dan kotak kado. Angkasa mengingkari ja...