When Sunrise Come - Slow Upda...

By AyaniOwlet

16.5K 839 175

Ketika dua orang yang sedang belajar tentang apa itu arti cinta, bagaimana itu mencintai dan dicintai diperte... More

PROLOG
Bab I - New Day -
Bab II - Beginning -
Bab III - Closer -
Bab V - Again?! -
Bab VI - Falling in Love
Bab VII - It's Love -
Bab VIII - Love Love Love -
Pengumuman Karya Baru
Bab IX - Feeling -
Bab X - Hurt -
Bab XI - Crushed -
Bab XII - Test -
Bab XIII - Ambision -
Bab XIV - Conversation -
Bab XV - Gone -
Bab XVI - Chance -
Bab XVII - Come Back
Bab XVIII - Something
Pengumuman Karya Baru II
Author Announcement

Bab IV - Why?! -

760 48 6
By AyaniOwlet


- Rifan -

Aku duduk di atas meja ruangan hukuman untuk para peserta MOS sambil melipat kedua tanganku di atas dada-bersedekap dan menatap cewek di hadapanku dengan wajah garangku.

"Apa alasanmu melakukan hal itu. Hah?!" Seru ku berusaha menahan emosiku yang kini sudah sedikit mereda.

Cewek di hadapanku ini masih menunduk ketakutan. Entah karena tatapanku atau karena memang dia merasa bersalah atas kesalahannya hari ini.

"Ingat, kamu itu masih peserta MOS. Aku bisa saja dengan mudahnya tidak meluluskanmu atas apa yang kau perbuat hari ini. Dan, ya selamat tinggal untuk ijazah SMA nanti" kataku dengan suara dalam dan seriusku. Mendengarku, dia mendongak dan menatapku dengan wajah yang makin ketakutan. Di peraturan sekolah ku ini. Sertifikat MOS menjadi salah satu persyaratan untuk bisa mengambil ijazah. Ya, maklum kita sekolah swasta. Dan yang tidak lulus MOS, tentu saja tidak akan mendapat sertifikat MOS. Atau..

"Atau kau boleh mengulang MOS di tahun depan." Sambungku kemudian. Memang mirip dengan universitas sih peraturannya. Mungkin karena sekolah kami sekolah swasta yang terkemuka di kotaku.

"Ja.. Jangan kak. Maafkan aku. Aku takkan mengulanginya lagi" sahutnya kini akhirnya setelah sekian menit lamanya berdiam diri. Suara cemprengnya terdengar mencicit seperti burung kecil. Rasanya aku ingin tertawa melihatnya, tapi aku terlalu marah untuk melakukan itu. Hari ini dia keterlaluan.

"Aku tau kamu kesal aku menghukummu seperti itu. Tapi yang kamu lakukan itu tidak masuk akal. Bagaimana kalau aku sampai kena usus buntu atau masuk UGD karena perilakumu itu?" Suaraku kini terdengar sangat emosi.

"Ma.. Maaf kak. Aku salah. Aku siap kok di hukum apa saja. Tapi jangan tidak luluskan aku ya kak" dengan terbata-bata dia pun menyahut. Aku menghembuskan nafas, sudahlah. Toh, aku tak kenapa-napa. Hanya sakit perut selama beberapa menit. Setelah itu tak lagi. Tapi tetap saja dia harus dihukum.

"Tentu saja kamu akan di hukum. Tapi tentang lulus atau tidaknya itu tergantung besok. Siapa tau besok kamu melakukan kesalahan fatal lagi." Seru ku masih kembali kesal mengingat kejadian tadi pagi.

"Iya kak." Sahutnya lemah.

"Oke. Ini hukuman mu" kataku sambil melemparkan meteran ke arahnya yang langsung di tangkapnya dengan cermat. Dia memandangku dan meteran itu bergantian.

"Hukuman mu, kamu harus menghitung luas tanah sekolah ini dari halaman gerbang depan, sampai taman belakang sekolah." Sambungku sambil menatapnya masih dengan wajah garangku. Ekspresi terkejutnya yang begitu lucupun tercipta kembali di wajah imutnya itu. Untuk kesekian kalinya aku menahan senyumku. Rasanya kekesalanku tadi menghilang perlahan. Dasar Kiran, mahluk konyol. Dia satu-satunya cewek yang mampu membuat kekesalanku atau emosi mereda dengan cepat begini. Yang sangat jarang terjadi.

"Apa yang kamu tunggu? Cepat kerjakan! 30 menit! Aku sudah dapat hasilnya!" Seruku kemudian. Kiran masih dengan posisi dan ekspresi kagetnya.

"Baik kak. Permisi" Dia pun menjawab dengan pelan dan kemudian berbalik meninggalkan ruangan dengan bahu terkulai.

Braakk..

Pintu pun tertutup. Aku turun dari atas meja dan kemudian bersandar di atas meja sambil meletakkan tanganku di saku celana. Ku palingkan wajahku di jendela, dan dari sini aku bisa melihat sosok Kiran yang sedang berjalan dengan meterannya. Membuat senyumku tersungging sempurna.

Seharusnya aku masih marah dan sangat kesal dengannya atas kejadian tadi pagi. Tapi semua hilang melihat wajah konyolnya yang sebenarnya imut dan well, cantik. Tapi, kejadian tadi pagi takkan ku lupakan seumur hidupku. Aku memintanya untuk membuatkan ku sarapan tadi pagi. Dan memang dia melakukannya. Dia membawakanku nasi goreng komplet dengan sayur-sayuran, sosis dan telur ceplok serta juice mangga. Saat mencium aromanya seketika membuatku lapar begitupun tampilannya yang sangat rapi.

Setelah berterima kasih padanya, dia pun mengikuti kegiatan selanjutnya. Aku bergegas ke ruangan osis dan bersiap menyantap sarapannya. Dan saat satu sendok masuk ke mulutku. Apa yang terjadi? Aku langsung memuntahkannya. Nasi goreng itu sangat pedas. Entah berapa kilo cabe rawit yang dia masukkan. Telur ceploknya? Sangat asin! Karena kepedasan dan keasinan, aku pun segera tanpa aba-aba dan polosnya meminum juice mangga yang di buatnya? Dan apa? Sangat asam! Dan juice mangga itu sudah masuk ke dalam perut ku hampir setengah gelas.

Gila! Benar-benar gila! Aku seketika sakit perut. Perutku berputar-putar. Aku memang tak bisa makan pedas. Perutku merasakan pedas sedikit saja langsung sakit. Di tambah dengan asam dan asin. Oh my God. Kiran benar-benar berencana membunuhku.

Normalnya, kalau dia cowok aku pasti akan langsung menonjoknya. Dan seharusnya karena dia cewek, akan ku marahi habis-habissan. Tapi apa yang terjadi? Aku baru sekali membentaknya dan begitu melihat wajah bersalahnya aku langsung luluh lantah dan emosi yang tadinya naik ke ubun-ubun turun lagi ke kepala. Dan sekarang? Semua itu hilang. Hebat juga dia.

Tatapannku masih tertuju kepada sosok kecil yang sedang berjongok di tanah dengan meterannya sambil mengukur tanah. Entah apa yang terjadi padaku. Cewek itu mengubah banyak hal padaku. Terutama emosiku. Aku bisa tenang berada di dekatnya. Dia juga seperti magnet. Aku gundah bila melihatnya tapi tak berada di dekatnya. Bahkan tiap malam dia mendominasi pikiranku sebelum tidur.

Apa suka dengannya?

***

- Kiran -

Aku capek. Capek. Secapeknya. Bahkan badanku masih penuh keringat begini. Bagaimana tidak? Siang bolong panas terik aku di suruh untuk menghitung tanah sekolah kita yang luasnya luaaaaar binasa itu. Eh maksudnya, Luar biasa. Ya memang sih, aku sudah siap menerima hukuman akibat kejahilan aku hari ini.

Kesal banget tau gak. Aku tuh ngantuk berat semalam karena sibuk membuat atribut MOS. Malah aku harus bangun pagi-pagi banget buat sarapan untuk si sompret itu. Karena kesal. Aku jahilin aja dia. Nasi gorengnya ku campurkan 50 buah cabe rawit dan 6 sendok garam di telur ceploknya. Udah gitu, juice mangga-nya aku pilihkan mangga ter-asam yang ada dirumah. Hahaha. Pasti kesal banget tuh dia.

Tapi sebenarnya aku ngerasa bersalah juga sih karena mendengarnya yang sakit perut setelah kelakuanku. Dan setelah ku pikir-pikir, aku memang keterlaluan. Tak apalah aku dihukum. Aku terima dengan ikhlas dan lapang dada. Hohoho.

"Oke. Hari ini kalian akan di bentuk kelompok yang tiap kelompok akan terdapat 10 orang. Untuk persiapan kegiatan MOS yang terakhir besok" seru kakak osis yang berada di depan ruangan dengan mic-nya. Kini kita berada di aula menerima arahan untuk kegiatan selanjutnya dan besok. Berhubung ini masih pukul 14.10. Masih ada beberapa jam sebelum pulang pukul 17.00 nanti.

"Di mulai dari kelompok 1. Yang pertama, Ratna Dila Pratiwi. Yang kedua,.." Kakak osis itu pun mulai membacakan pembagian satu per satu para peserta MOS dengan kelompoknya masing-masing.

Setelah mendengar dengan seksama, akhirnya nama ku pun di panggil. Aku berada di kelompok 3. Dengan 10 anggota yang setelah ku hitung dan lihat. Ada 6 cowok dan 4 cewek. Gak seimbang banget.

"Oke. Kelompok yang sudah di bagi. Silahkan kalian berdiri di kelompoknya masing-masing sesuai tanda angka yang tertulis" seru kakak osis kemudian setelah semua kelompok sudah di bagikan.

Aku pun bergerak dan berdiri di angka 3 yang tertempel di lantai dengan garis line horizontal di kedua sisinya. Mungkin garis pemisah kelompok. Anggota kelompok ku pun lengkap. Kita diminta untuk saling kenal satu sama lain.

"Karena semuanya sudah berkumpul. Maka, besok kalian akan duduk berbaris seperti ini. Dan, setiap kelompok besok pada hari terakhir MOS, harus menampilkan sebuah persembahan. Yang terbaik, akan di berikan hadiah." Kakak osis kembali berseru untuk kegiatan kita besok. Setelah itu, kita pun kembali mengikuti kegiatan MOS selanjutnya.

Tak terasa, waktu telah berlalu dengan cepat. Akhirnya MOS hari ketiga ini berakhir. Hari ini entah apa yang terjadi dengan para senior osis itu. Tapi mereka sungguh baik sekali karena seluruhnya memberikan tanda tangan dengan murah hati. Aneh. Jangan-jangan mereka merencakan sesuatu nih besok.

Setelah meminta semua tanda tangan para senior yang berjalan lancar, aku menyisihkan meminta tanda tangan si sompret menyebalkan sang ketua osis itu terakhir kalinya -yang akhirnya aku ketahui namanya hari ini adalah Rifan-. Sama seperti senior lainnya, dia memberikan tanda tangan dengan murah hati. Bahkan dengan senyum khasnya. Senyum miring arogan.

Ketika tiba di hadapannya, melihatku-senyum miringnya menghilang dan wajah garang yang berganti di sana. Jantungku kembali berpacu melihat wajah garangnya yang membuat wajah tampannya berubah menyeramkan. Auranya begitu mengintimidasi. Seakan menuntut untuk tunduk padanya. Seperti halnya tadi siang. Bulu kudukku sampai meremang. Sumpah aku ketakutan.

"Besok. Tak usah lagi membawakan aku sarapan mautmu itu. Sebelum aku masuk UGD. Entah terbuat dari apa kau ini" serunya dengan suara dalamnya dan masih dengan tatapan garangnya.

"I.. Iya kak" tuh kan. Aku sampai tergagap gini. Dia pun menyodorkan tangannya meminta buku ku. Aku memberikannya. Dengan singkat, dia pun mentanda tangani buku. Well, kali ini dengan normal. Bukan dengan tanda tangan raksasanya itu.

Setelah di perbolehkan pulang, kami kelompok 3 pun berkumpul untuk berembuk. Apa yang akan kita lakukan untuk persembahan besok.

"Oke, teman-teman ada yang mau kasih saran apa yang akan kita persembahkan besok?" Salah satu cowok anggota kelompok yang berbadan gempal bernama Ikhsan pun membuka suara.

"Gimana kalau stand up comedy?" Saran salah satu cewek anggota kelompok berkacamata. Namanya Yulli.

"Stand up comedy kan individu. Masa iya, kita ber-10 satu-satu stand up comedy? Keburu waktunya habis. Kan cuman di kasih 30 menit per kelompok." Sahut anggota kelompok lainnya. Cewek bernama Rani.

"Gimana kalau kita tampilin drama?" ujar anggota kelompok yang sumpah-sedari tadi lihatin aku mulu. Dia cowok. Lumayan tampan. Oke, dia benar-benar tampan. Namanya Kevlar.

"Tapi kalau drama kayaknya udah basi deh" sahut cewek yang paling centil dan cerewet dari awal kenalan sampai sekarang di kelompok 3 ini. Namanya Grace.

"Ya di bikin gak basi. Bila perlu di kasih formalin biar awet. Hahaha" kini si Kevlar ngelawak dan terbahak keras di akhir kalimat. Dih, kocak dia ternyata.

"Gak lucu" cibir Grace cemberut.

"Hahaha. Di lucuin aja kalau gitu" Sahut Kevlar sambil nyengir kuda. Grace makin cemberut dibuatnya. Aku tertawa geli melihat tingkah mereka. "Oke. Oke. Sorry, sekarang serius. Gini, dramanya biar gak basi. Emang bagusnya pake formalin. Tapi kan gak mungkin ya. Jadi lupain aja. So dibikin biar gak basi, Kita mainkan drama musical aja. Tapi di tambahin adegan kocak gitu. Gimana gimana?" Tambah Kevlar akhirnya mencoba serius. Tapi, sumpah. Wajahnya sangat jahil. Dan gak ada serius-seriusnya.

"Drama musical kocak? Seru juga tuh." Kataku menyetujui. Kevlar tersenyum sumbringah mendengarku. Anggota kelompok yang lain pun mengangguk-angguk. Dan tampaknya setuju.

"Jadi gimana? Yang lain ada yang saran? Kalau gak, fix nih drama musical kocak?" Ikhsan sang moderator kembali bertanya. Koor setuju dan anggukan tercipta di sekitar kami.

"Oke fix ya drama musical kocak. Nah, sekarang siapa yang akan membuat naskah dan castingnya? Waktu kita mepet nih. Kalau bisa, sekarang aja kita latihannya." Kata Ikhsan.

"Karena Kevlar yang usulin. Dia aja yang buat naskah dan castingnya." Sahut Grace dengan gaya centilnya. Kevlar menatapnya dengan terkejut tapi sejurus kemudian senyum jail tersungging di wajahnya.

"Iya aku yang bikin castingnya. Ntar aku jadiin kamu ibu-ibu rempong pake daster sobek-sobek dengan koyo di pelipis. Mau?" Jawab Kevlar dengan senyum jahilnya. Grace mencibir kesal padanya. Dia tertawa puas melihat wajah Grace. "Lagian, masa aku yang ngusul aku juga yang bikin naskahnya? Sial banget aku jadinya" lanjutnya kemudian.

"Emang apa salahnya? Kan yang punya ide pasti udah punya gambaran tentang drama yang seperti apa yang harus di tampilin" kini aku mengangkat suara. Kevlar agak ragu dan wajahnya tampak berubah berfikir. Tapi, kemudian berubah sumbringah. Sepertinya kata-kataku mengunggahnya. Hahaha.

"Oke lah aku bikinin naskah dan castingnya. Karena waktunya mepet. Mending kita kumpul di salah satu rumah. Gak nyampe sejam kok. Naskahnya udah selesai. Trus sekalian kita latihan. Ntar naskahnya aku bikin pendek-pendek biar gampang ingetnya. Gimana?" Sahut Kevlar.

"Oke boleh tuh. Yaudah. Kita ke rumah aku aja. Deket kok dari sekolah. Yuk" ajak Ikhsan.

Kita pun menyetujui saran Kevlar dan pergi beramai-ramai ke rumahnya Ikhsan. Ini awal pertamaku dengan teman-teman baru ini. Semoga mereka menyenangkan. Dan well, semoga ada diantara mereka yang bisa aku jadiin sahabat dan teman deket selama di sekolah. Pengen juga punya sahabat lain selain Sarah.

Aku memang orangnya friendly dan supel dan yaa agak gak punya malu. Makanya punya banyak teman. Tapi untuk sahabat dan temen deket yang deket banyak tuh cuman Sarah aja. Aku bukan tipe orang yang gampang mempercayai orang. Apalagi aku orangnya terbuka. Jadi, jika aku merasa orang itu bisa di percaya, pasti aku bakal terbuka dengannya. Bahkan rahasia sekalipun. Semoga ada Sarah, Sarah lainnya di sekolah ini. Aamiin.

***

Holaaa~ jumpa lagi~
Sorry ya kalau part ini gak seru-seru amat, gak lucu-lucu amat, gak bagus-bagus amat. Hancur mungkin iya. Aku sedang galau. Efek nulis SiN yang lagi galau-galau-nya. Jadi galaunya nular ke aku #plak
Dan, akhirnya feel buat WSC-nya susah dapatnya :(
Tapi selalu berusaha buat nulis biar bisa cepetan updatenya. Aku kan sayang reader #hug. Hahaha.

Yosh..!! Karakter baru muncul~
Kalau yang udah baca Sunrise in Nighmare, pasti familiar dengan nama "Kevlar". Yup! Dia sempat muncul di satu part. Tapi, di sini dia bakal sering muncul kok. Hehehe.

Yaudah, jangan lupa di baca juga ya SiNnya. Satu hari setelah update WSC, SiN aku update kok :)

Oh iya, a Clock Ticks bakal segera di hapus ketika aku publish cerita penggantinya. Mohon maaf ya yang buat udah suka sama a Clock Ticks. Terlalu berat soalnya. Itu salahku. Hahahaha.

Oke, jangan lupa vote dan komentarnya yaa~

See u next part~ ^^

Continue Reading

You'll Also Like

919K 170K 54
Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi me...
479K 28.4K 55
Masalah besar menimpa Helena, ia yang sangat membenci bodyguard Ayahnya bernama Jason malah tak sengaja tidur dengan duda empat puluh empat tahun itu...
400K 22.4K 29
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...
3.8M 55.7K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...