LOOP (HUNHAN)

By Dragonred88

77.2K 4.8K 328

More

Sehun Pov
Luhan Pov
Bab 3
Sehun Pov
ungkapan
Home
penyatuan
MEET
Hope.
APPA
Sorry (1)
Sorry and End
SQUEL LOOP (NGIDAM)
Huff..
little OH

Tears

4.5K 330 22
By Dragonred88

Luhan Pov.

Aku merasakan kepalaku sangat pening.

"Uh!" Leguhku.

Perlahan-lahan mataku terbuka, kulihat Kris duduk di sisi ranjangku. "Lu, syukurlah kau siuman sayang. Ada apa denganmu, hms? Tiba-tiba kau pingsan. Semua disini sangat mencemaskanmu. Tapi Puji Tuhan kau sudah siuman." Ucapnya sambil mengelus surai maduku.

Aku juga melihat Kris tesenyum lembut kearahku, dan mataku kuedarkan kesekeliling ruangan ini. Banyak orang berkumpul di ruangan ini, tapi aku tidak melihatnya. Apakah yang aku lihat barusan itu nyata? Aku melihatnya, ia yang selama ini aku nantikan, orang yang selama ini ku tunggu? Apakah tadi aku hanya bermimpi melihatnya??

"LU, Gwaenchana?" Tanya Kris sekali lagi, sebab ia merasa tidak yakin kalau aku sudah membaik.

"Tampaknya Luhan sedang tidak sehat, acaranya kita hentikan saja, Lu sebaiknya kau istirahat saja dulu? Kalau begitu kami akan pulang. Kris hyung sebaiknya kau antar Luhan ke apartemennya." Saran Kyungsoo.

LUHAN POV END

Semua yang ada disana setuju, dan mereka membantu membersihkan serta merapikan bekas-bekas pesta yang ada di cafe Luhan, dengan Luhan sudah diantar pulang oleh Kris.

Sosok namja bermata panda yang sejak dari tadi menatap Kris, entah mengapa menjadi memanas sebab Kris sangat perhatian kepada pemuda mungil bernama Luhan.
Tao merasa tidak suka melihat Kris yang sangat peduli kepada Luhan. Cara pemuda blasteran itu memperlakukan Luhan sungguh spesial.

.
.
.
.

Brak!

Dengan kasar Sehun membanting pintu kamarnya. Sehun langsung pulang kerumah kala ia melihat Luhan pingsan dan pemuda yang bernama Kris, yang tak lain adalah rekan bisnisnya ternyata memiliki hubungan khusus dengan Luhan.
Ada kilatan amarah, rasa sesak, dan sakit didasar hatinya sampai-sampai sulit untuk bernafas.

Aaaarrgggggh!!! Teriaknya kesal.

Lu, Luhan......!!!!!

Sehun berteriak memanggil nama Luhan. Sejujurnya ia tidak tahu apa yang ia rasakan. Dirinya hanya mengetahui kalau Luhan adalah sosok yang sangat, sangat, sangat berarti baginya.

Jujur saja, Luhan adalah kekuatannya, Luhan adalah sahabat yang paling berarti, sesorang yang paling mengenalnya. Ia menyayangi Luhan melebihi Tao.
Luhan tidak bisa disamakan dengan Tao. Luhan jauh spesial daripada Tao, itulah yang ia rasakan.

.
.
.
.

Bunyi kicauan burung yang sedang bertengger didahan mengusik tidur seorang pemuda dengan kulit pucatnya. Kulitnya pucat layaknya vampire. Matanya yang masih terpejam terganggu, oleh bias cahaya matahari pagi yang dengan seenaknya masuk ke celah-celah lubang vertilasi.

Oh Sehun namja yang terkenal akan kulit putih layaknya vampire pemakan darah, yang biasa ditonton dilayar kaca. Tapi jangan menganggap dia adalah vampire, dia adalah manusia biasa layaknya kita.

Tapi salahkan kulit putihnya yang terkadang membuat siapa saya yang melihatnya mempertanyakannya. Ditambah wajahnya yang 100% perfec tanpa cacat sekalipun.

Uhhhahhhh....!!!

Leguhan khas bangun tidur terdengar dari Sehun. Ia membuka kedua matanya yang sayu khas bangun tidur. Ia juga merenggangkan otot-otot tubuhnya agar tidak kaku.

"Jam berapa ini?" Ujarnya sambil mengambil jam yang ada di atas nakas.

Jam 07.45 KST. Tanpa berkata apa-apa dirinya langsung kekamar mandi, karena 15 menit lagi dirinya harus masuk kerja. Dan menghadiri rapat bersama dewan direksi.

.
.
.
.

Tiba ditempat kerja Sehun disambut oleh karyawan yang ia temui. Sehun, pemuda ini hanya memasang wajah datar sambil menganggukan kepala tanda ia menyapa orang-orang itu.

Deg!

Lagi-lagi langkahnya terhenti sesaat, kala ia melihat sosok itu. Sosok yang telah membuat tidurnya terganggu, ditambah hatinya yang tak menentu saat ini.
Merasa ada yang memperhatikan sejurus kemudian Luhan menolehkan wajahnya. Luhan dapat melihat dari jarak 1 meter ia melihat pemuda itu. Ia yakin kalau itu adalah Sehun.

"Sehun-ssi." Panggil Kris.

Kris maju, diikuti oleh luhan dari belakang mereka.
Jujur saja, saat ini Sehun seakan ingin menghilang dari hadapan mereka. Ia tidak ingin berada diantara mereka.

Kris dengan PDnya mendekat dan berkata, "Hah, kebetulan sekali Sehun-ssi kita bertemu dilobi ini, perkenalkan dia adalah Xi Luhan, namja yang kita pakai tempatnya untuk berpesta semalam. Dan Lu, ini adalah Oh Sehun, wakil manajer dari perusahaan Huang Corp. Saat ini kami tengah menjalankan kerjasama.

"Annyeong Sehun-ssi, Xi Luhan imnida." Ucap Luhan sedikit gugup.

Sehun diam, iya bahkan tidak membalas uluran tangan dari Luhan.
"Sehun, Oh Sehun. Maaf Luhan-ssi saya sibuk, dan Kris-ssi tolong beri jalan, saya ingin bekerja." Ujar Sehun dengan wajah datar andalannya.
Kris tersenyum miring, ia merasa maklum dengan sikap Sehun yang terbilang kurang sopan dan tak ramah. Sedangkan Luhan dirinya tengah meratapi apa yang dia lihat dan alami. Sehun, sosok yang ia rindukan tak mengenalinya, bahkan ia dapat melihat sorot mata kebencian yang Sehun perlihatkan. Tatapan mata penuh intimidasi.

.
.
.
.

"BRAK!"

Sehun menggebrak meja kerjanya. Ia kesal dan benci menatap pemandangan yang baru saja terjadi.
Luhan, ia telah bertatapan langsung dengan namja itu. Apa yang ada didiri Luhan kala masih kecil tidak pernah berubah. Sosoknya masih sama kala mereka kecil.
"Klek!"

"Sehun-ah, ini data-data yang harus kau su..sun." Tao datang tiba-tiba keruang kerja Sehun. Dilihatnya Sehun sahabatnya ini tengah memasang wajah kusut.

"Ada apa denganmu?"

"Tidak ada." Balas Sehun dingin.

"Selalu saja bagini. Hms... aku curiga dengan namja bernama Luhan. Kalau aku perhatikan, kau tampak aneh saat bertemu dengan pria yang tengah dekat dengan Kris itu."

"Diam, dan jangan ikut campur urusan pribadi Tao." Ucap Sehun dengan nada tegas.

"Cih! Kau selalu diam. Kau mengatakan kita bersahabat, tapi nyatanya TIDAK! Kau tidak menganggapku sebagai sahabat, kau masih menutupi sesuatu dariku, misalnya saja masalalumu." Sindir Tao.

"..."

Hening, Sehun tidak dapat menjelaskan pada Tao. Bukan ia tidak menganggap Tao sebagai sahabatnya, melainkan ia tidak ingin mengingat kenangan pahit tsb. Ia belum bisa menceritakannya kepada Tao, ia tidak siap.

"Hah, baiklah. Aku paham. Aku tidak memaksa lagi. Lupakan tentang apa yang kita bicarakan ini. Dan tujuanku kemari untuk menyerahkan ini." Ujar Tao sambil menyerahkan berkas atau data-data untuk Sehun kerjakan. Setelah itu dirinya beranjak pergi dari ruang kerja Sehun.

.
.
.
.

Sosok pria mungil sedang menunggu kehadiran seseorang. Ya, sebut saja Luhan. Pemuda mungil ini sedang berada dikantor polisi. Sudah menjadi rutinitasnya ia menjenguk sosok yang Luhan yakini cukup menderita karena tindakan dimasalalunya yang buruk.

"KLEK!"

Bunyi pintu terbuka. Keluarlah sosok Ahjushi yang tampak tua sekali. Raut wajah tuanya sangat ketara.

Luhan ingin sekali memeluk sosok tua yang sangat rapuh ini. Tapi apa daya, terdapat sekat kaca yang membatasinya. Ia hanya dapat menggenggam tangan sosok pria paruh baya ini dengan pandangan pilu.

"Halo Ahjushi, aku datang lagi membawakan makanan untukmu. Ahjushi harus sehat dan kuat. Kelak kalau bertemu dengan anak dan istri anda, anda masih segar bugar." Hibur Luhan.

Ahjushi yang bernama Oh Yunho itu tersenyum. Tak diduganya, namja mungil yang cantik ini begitu baik padanya. Sudah 3 tahun ini Luhan sering mengunjunginya.

"Terimakasih Lu, Ahjushi merasa berdosa denganmu. Andaikan Ahjushi tidak gelap mata mungkin kau dan Sehun sudah dapat bersama untuk saat ini." Ucapnya penuh dengan penyesalan.

"Sudahlah paman, semua telah terjadi. Biarlah masalalu menjadi masalalu, sekarang lebih baik kita hidup dengan baik. Paman sudah mengakui kesalahan paman. Aku berjanji akan membawa anak dan istri paman kemari."

"Tapi, kalaupun kau menemukan mereka. Apakah mereka mau memaafkan paman? Aku merasa banyak sekali luka yang paman torehkan kepada mereka."

"Tidak paman, mereka akan mengerti percayalah padaku." Luhan menggenggap tangan Oh Yunho kuat. Seakan-akan meyakinkan beliau untuk tetap percaya padanya. Kelak Sehun dan Istrinya akan datang. Yunho menatap mata Luhan yang bening seperti air. Mata yang memancarkan kehangatan didalamnya. Sejenak ia menghembuskan nafas panjang, lalu mengangguk kalau dirinya percaya kepada pria mungil ini. Luhan tersenyum pada ayah Sehun, sebab sang paman percaya kepadanya.

"Paman, aku telah menemukan Sehun. Tetapi, nampaknya ia melupakanku. Aku tahu, lama kami tidak bertemu dan wajar ia lupa kepadaku." Ucap Luhan menundukkan wajah sedihnya.

"Lu, bersabarlah. Paman yakin Sehun, dia tidak benar-benar melupakanmu. Aku tahu dia, walaupun aku tidak pantas disebut sebagai ayah, karna telah mencampakan istri dan anakku, tapi aku merasakan kalau dia menyukaimu, sama sepertimu menyukainya."

Mendengar perkataan ayah Sehun membuat pipi Luhan merona. Jujur saja, ia masih bingung terhadap perasaannya ke Sehun. Jujur saja selama ini Luhan tidak pernah merajut kasih terhadap lawan jenis ataupun sesama jenis. Semua ia anggap teman, sahabat tidak lebih. Oleh karena itu, ia harus memastikan sendiri perasaannya ini. Apakah ia memiliki rasa itu atau tidak.

.
.
.
.

Setelah seharian bergelung dengan berkas-berkas dan juga rapat. Sekarang ia bisa sedikit bersantai ditambah jam kerja telah usai. Berterimakasihlah kepada kejadian tadi pagi yang membuat mood namja ini kesal, kemudian semangat kerjanya makin menggila bagai pertunjukan banteng matador. Sehun dengan gilanya membereskan semua laporan yang ada dalam waktu 1hari, daebak pemuda satu ini.

Sehun melihat aliran sungai Han dengan mata tajamnya. Aliran sungai Han yang terdorong angin, membuat suatu garis garis didalam arus sungai itu. Gelombang-gelombang kecil tercipta. Walaupun saat ini sudah malam. Tetapi suasana di sungai Han bagi Sehun dapat melepas penat.

"Sehun-ssi." Sapa seseorang.

Sehun langsung mengarahkan wajahnya menatap seseorang yang memanggilnya. Ia terperanjat kaget, tapi bersyukurlah pada wajah poker face yang dirinya punya, sehingga wajah terkejutnya sungguh tak tampak.

"Oh, ternyata kau Luhan-ssi." Balasnya formal tanpa menatap Luhan.

Luhan yang melihat perubahan sikap Sehun kepadanya menjadi jengah sendiri. Sehun sudah berubah, ia seakan melihat sosok Sehun yang dingin, arogan dan sombong. Ia tak menyukai Sehun yang berubah angkuh seperti ini. Sehun yang ada disampingnya sama saja dengan orang-orang kaya yang hanya mengagung-agungkan kekayaan semata.

"SUDAH CUKUP OH SEHUN!" Bentak Luhan.

Sehun terperanjat kaget mendengar bentakan Luhan.

"Ada masalah apa Luhan-ssi, kenapa kau tiba-tiba membentakku?!" Jawab Sehun sambil menatap Luhan sengit.

"Aku tidak tahu apa masalahmu, sampai-sampai kau berubah menyebalkan seperti ini. Apakah kau melupakanku? Sahabatmu sejak kecil?!"

"Kalau ia kenapa. Kau adalah kumpulan masalaluku yang pahit dan bagian dari mereka yang meremehkanku serta menganggapku sampah. AKU MEMBENCI MASALALUKU DAN AKU INGIN MENGHAPUSNYA. TERMASUK MASALALU KITA."

JDER!

Seperti tersambar petir. Sakit, sakit hati Luhan mendengar ucapan Sehun bagai tusukan belati yang menghunus jantung. 'Semudah itukah ia melupakanku?' Jerit pilu batin Luhan. Ia tak menyangka Sehun setega ini padanya.

"Kenapa, kenapa? Padahal selama ini aku menunggumu Oh Sehun. Tahukah kau, kalau setiap hari aku menderita karena menunggumu? Kau berkata padaku kalau aku harus menunggumu, seandainya kita berpisah. Dan selama ini aku terus menunggu dalam kekosongan, hiks!" Pupus sudah benteng pertahanan Luhan. Namja mungil ini menangis dihadapan Sehun.

Sehun merasa pilu melihat derai airmata mengalir dari mata indah itu. Ingin sekali Sehun merengkuh sosok rapuh dihadapannya ini.

Merasakan posisi ini lagi, ia seakan dejavu. Ia ingat, dulu Luhan meringkuk kedinginan. Sosok itu sangat rapuh sama seperti sekarang. Tetapi bedanya, dulu luhan kedinginan dan saat ini sosoknya tengah menangis pilu. Tetapi karena egonya yang tinggi ia tengah berperang dengan batinnya.

Kalau boleh jujur, ia sangat merindukan Luhan. Setiap detik, menit, jam tak henti-hentinya ia memikirkan Luhan. Sosok malaikat yang membuatnya dapat bertahan didunia yang memuakan ini.

Berkali-kali dirinya jatuh dan ingin menyerah, tetapi mengingat senyuman Luhan dan uluran tangan kasih sayangnya. Mampu membangkitkan api kecil yang mulai padam, kembali berkobar-kobar.
Ia harus bangkit demi dirinya, demi ibunya dan demi sosok yang ia sangat rindukan, tak lain adalah Luhan.

"Kau jahat Sehunnie, hiks-hiks! Aa..aku hiks, se-se-lalu menunggumu hiks! Aku selalu ingat tentang janji dan ikatan kita ini, hiks!"
Pupus sudah rasa ego Sehun. Jujur saja hatinya sama pilunya kala melihat Luhan menangis sesunggukan begini.

Greb!

Dipeluknya luhan kedalam dekapannya. Sejuta getaran dirasakan oleh keduanya. Jantung mereka berpacu dalam tempo cepat bagai music beat yang keras namun itu semua terasa menggelitik dan terasa nyaman dihati, seakan satu sama lain enggan melepaskan dekapan ini.

"Mianhae Lu, mianhae.. aku tidak sungguh-sungguh mengatakannya." Ucap Sehun sambil memeluk Luhan.

.
.
.
.

Luhan merasa bahagia, pada akhirnya ia dapat bertemu dengan Sehun. Sosok yang selama ini ia tunggu dan rindukan. Perasaan bahagia, berdebar-debar serta rasa nyaman kala Sehun mendekapnya dalam pelukan hangat, seakan-akan ribuan kupu-kupu terbang didalam perutnya. Rasa gemelitik serta sengatan listrik menjalar keseluruh aliaran darahnya.
Mengingat kejadian beberapa menit yang lalu semburat pink terlukis dipipinya.

"Kau tidak apa-apa Lu?" Ujar Sehun tampak cemas, pasalnya ia melihat wajah Luhan memerah.

"Hah!" Luhan mendongak menatap Sehun. "Tidak apa-apa Sehunnie. Aku baik-baik saja." Lanjut Luhan.

Merasa tak yakin dengan namja cantik disebelahnya, Sehun langsung memegang dahi Luhan dengan punggung tangannya dan tangan satunya lagi memegang dahinya untuk mengukur suhu tubuh Luhan.

"Normal." Pikir Sehun.

"Aku me-memang tidak apa-apa Hunnie." Balas Luhan. Dada Sehun berdetak cepat kala Luhan memanggilnya dengan panggilan itu. Tanpa sadar seulas senyum tipis tercetak diwajahnya.

Luhan melihatnya, walaupun samar ia dapat melihat senyum tipis Sehun. Melihat senyum tipis itu, lagi-lagi hatinya menghangat.

.
.
.
.

Tao merasa bingung melihat tingkah Sehun yang sangat aneh. Bagaimana tidak aneh, sahabatnya satu ini sejak dari mobil sampai masuk kamar dan saat ini mereka tengah menghabiskan waktu luang diruang TV Sehun senyam senyum sendiri. Rasa horor melanda dirinya.

Tao bergidik ngeri, apakah sahabatnya ini ketempelan makhluk halus? Kenapa Sehun namja papan triplek senyam-senyum layaknya pemuda keluar dari rumah sakit jiwa.

"Hoi Albino! Apakah kau sedang stres?" Ucap Tao sambil memandang dengan tatapan ngeri.

"Enak saja kau berkata, dasar mata bonyok!" Gerutu Sehun.

"Yak! Apa katamu! Mata bonyok apa maksudmu, hah!" Kesal Tao.

"Liat saja matamu, seperti habis dihajar oleh orang."

"Heh! Mata semut, masih bagus mataku. Daripada matamu itu. Seperti mata orang buta. Selalu terpejam tanpa bisa dibuka. Hahahaha...." Balas Tao.

"Huh! Dasar mata bonyok." Ejek Sehun tak mau kalah.

"Ngomong-ngomong, tampaknya kau sedang bahagia?"

"Menurutmu?" Mendengar jawaban Sehun yang menurut Tao sangat menyebalkan itu dengan kesal Tao menjitak kepala Sehun dengan remote Tv.

"APPO!" Bentak Sehun kesakitan, sebab Tao menjitak kepalanya cukup keras.

"Rasakan! Itu balasanmu sebab kau tak cerita padaku." Kesal Tao.
Sehun membrengut sebal akan tindakan Tao sahabatnya ini. Hms, tampaknya ini waktu yang tepat untuk Sehun menceritakan tentang Luhan dan kenangan indah bersama namja itu.

.
.

Tao menganga dan melebarkan matanya. Ternyata orang yang menjadi kekuatan hidup Sehun adalah Luhan. Luhan saingannya dalam menggaet hati Kris Wu.

"BENARKAH ITU!" Ucap Tao masih shock mendengar penjelasan Sehun.

"BERAPA KALI AKU KATAKAN ITU BENAR!" Balas Sehun tak kalah kerasnya.
"Oh my God! Tapi Sehun, kira-kira apakah Luhan menyukai Kris?"

"Kalau itu aku tidak tahu. Aku berharap mereka tidak memiliki hubungan apa-apa." Kali ini nada bicara Sehun kembali dingin. Aura yang ia keluarkan kembali kelam. Tao yang melihatnya lagi-lagi bergidik ngeri.

"Tampaknya kau sangat menyukainya Sehun."

Sehun diam, ia tidak.menjawab dan tidak menolak apa yang dikatakan oleh Tao. Dirinya masih ragu apakah ia benar-benar mencintai Luhan atau tidak. Sebab ia sadar cinta itu sangat komplek.

.
.
.
.

Sehun merasa dejavu. Entah mengapa setiap kali dirinya dan Luhan bertemu, mengapa harus sembunyi-sembunyi seperti ini. Sekarang ia tengah menunggu Luhan ditaman yang sepi, tempat dimana mereka bertemu kala kecil dulu.

"Sehunnie, mian menunggu lama. Sebab Kris mampir dulu ke cafe." Ucap Luhan.

"Hn." Luhan menyerngit tak suka mendengar jawaban Sehun terlampau dingin.

"Sehunnie, apakah kau marah aku datang terlambat? Mian, tadi Kris mampir kebetulan aku dan dia juga ada urusan. Mianhae..." Sesal Luhan.

"Tidak apa-apa, aku paham." Balas Sehun tanpa menatap Luhan.

"Sehun, ada apa denganmu? Walaupun kita sudah lama tak bertemu. Tapi aku paham sifatmu. Kalau kau dingin padaku, kau sedang kesal denganku, kan?! Aku sudah minta maaf padamu, kau jangan seperrti anak kecil Sehun." Luhan kesal akan sikap Sehun yang kembali dingin padanya. Ia tidak suka Sehun dingin padanya.

"Ia aku marah padamu! Kalau kau masih ada urusan dengan CEO muda yang bernama Kris itu, lanjutkan saja! Tidak usah lagi menemuiku! Aku tahu, kau menyukainya kan?! Kau memiliki hubungan khusus terdengannya, kan?! Cih! Muak aku denganmu. Aku lelah Luhan, aku lelah, dari dulu sampai sekarang kau menyembunyikanku. Bahkan dulu teman-teman kita tidak tahu, kalau kita ini berteman dan kita juga sangat dekat! Dan sekarang, kau menyembunyikanku lagi. Seakan-akan aku ini memang tidak berharga dimatamu. Mulai sekarang lupakan janji yang kita buat, dan ikatan yang pernah kita bina, LUPAKAN SAJA!!"

Sehun marah, ia sangat marah. Hanya karena Luhan bertemu dengan Kris ia merasa menjadi orang no 2. Ia benci dengan tindakan Luhan, apalagi pria bernama Kris. Dari pertama bertemu dengan pria itu Sehun tidak suka. Dengan terburu-buru Sehun meninggalkan Luhan sendirian.

Sedangkan Luhan, namja cantik ini benar-benar terpukul dan sakit hati. Perkataan Sehun bagai halilintar yang menggelegar mengenai tubuhnya. Ia sangat sedih mendengar perkataan Sehun yang sangat menusuk.
Tidak! Ia tidak ingin kehilangan Sehun lagi. Sudah cukup penantiannya selama ini. Baru kemarin dirinya bertemu dan berbaikan kembali. Tapi hari ini mereka kembali bertengkar. Ikatan diantara mereka tidak boleh terputus. Walaupun dirinya harus memendam pilu, dan rasa sakit yang teramat sangat sakit. Dirinya tidak ingin memutuskannya, walaupun Sehun ingin memutuskannya namun Luhan akan tetap mempertahankannya.

Tbc.

Akhirnya update lagi. Selama berbulan-bulan menghilang ditelan dunia nyata. Aku kembali lagi.

Terimakasih yang selalu dukung saya. Suara dan komentar kalian adalah semangat saya dalam terus melanjutkan cerita ini. Sampai ketemu dichap depan.











Continue Reading

You'll Also Like

68.1K 7.6K 14
"Please don't lie to me! Love ain't done nothing for me. But beat me, rape me, call me an animal! Make me feel worthless! Make me sick!" ─ Wonwoo Ale...
3.8K 198 13
masih dengan kisah cinta minwon yang rumit #meanie #minwon.
134K 14.5K 41
Seungmin suka bersuara Dan Chan suka suara Seungmin. [!] follow me before reading this story, bcs I have another story that is no less exciting to re...
118K 10.3K 20
𝐇yunjin . 𝐅elix 𝐓entang perjodohan, cinta, dan masa lalu mereka