LOOP (HUNHAN)

By Dragonred88

77.2K 4.8K 328

More

Sehun Pov
Luhan Pov
Sehun Pov
Tears
ungkapan
Home
penyatuan
MEET
Hope.
APPA
Sorry (1)
Sorry and End
SQUEL LOOP (NGIDAM)
Huff..
little OH

Bab 3

5K 348 42
By Dragonred88

Seoul.

Disinilah ia sekarang. 15 tahun telah berlalu sejak kejadian yang menyakitkan itu. Demi Luhan ia harus pergi.

Sebab ia 'Oh Sehun' tidak ingin mengikuti perintah ayahnya yang ingin menjadikan Luhan Sahabatnya sebagai sapi perah.

Walaupun mungkin Luhan akan membencinya, bahkan melupakannya ia tak peduli.

Cukup ia yang akan menyimpan kenangan manis bersama dengan Luhan. Pria kecil temannya itu.

Sesampai di bandara ternyata mereka telah dijemput oleh salah satu pegawai babanya Tao.

"Permisi, apakah kalian berdua adalah Tuan Tao dan Tuan Oh Sehun?" Tanyanya dalam bahasa Korea.

"Hah, iya anda benar sekali. Aku Tao dan ini Sehun." Jawab Tao.

"Kalau begitu, mari saya antarkan anda sekalian menuju tempat yang akan kalian tinggali di kota ini." Ajaknya.

"Baiklah, oke. Kajja Sehun." Ajak Tao menyuruh Sehun agar ikut dengan mereka.

.
.
.

Tuan Jang, orang yang mengantarkan Tao dan Sehun ke mansion salah satu keluarga Huang. Mansion ini dibuat kala Tuan Huang bertandang kemari.

"Huaaa... tak kusangka Baba memiliki mansion di Seoul. Tapi Baba curang tak pernah mengajakku ke sini, dasar Baba curang!" Sungut Tao mengerucutkan bibirnya.

"Maaf mengganggu tuan sekalian. Kamar tuan-tuan sekalian sudah kami siapkan, mari saya antarkan." Ajak salah satu maid disini. Kalau diperhatikan maid yang ada di depan mereka terbilang muda.

"Ini kamar tuan-tuan sekalian. Disebelah kanan milik tuan Tao, dan disebelah Kiri milik tuan Sehun." Ujarnya menerangkan kepada mereka.

"Ne, terimakasih, hms... Siapa namamu?" Tanya Tao bertanya kepada maid yang ada dihadapan mereka.

"Anda bisa memanggil saya dengan nama Victoria." Ucapnya sopan.

"Oh, terimakasih Victoria. Kau bisa lanjutkan pekerjaanmu."

Lalu gadis itu membungkuk kepada Tao dan Sehun, setelah itu pergi melanjutkan pekerjaannya.

"Blam."

"Blam."

Setelah Victoria pergi, Sehun langsung masuk kekamarnya. Begitu juga dengan Tao.

Setelah masuk kekamarnya Tao langsung berhambur ke atas ranjang nan empuk yang ada dikamar ini. Dan tak beberapa lama ia tertidur.

Berbeda sekali dengan Sehun. Pemuda satu ini malah memperhatikan sekeliling kamar yang akan ia huni dikota ini.

Kota dengan segala fasilitas terlengkap, serta kota yang telah menorehkan segala cerita kepada pemuda yang memiliki kulit seputih susu ini.

Bulan Juli. Bulan dimana telah memasuki musim panas. Ia memandangi jendela kaca yang besar itu. Tepat disana, pemandangan kebun bunga yang indah. Matanya terfokus pada bunga matahari yang tumbuh diantara bunga-bunga yang lain.

"Bunga Matahari."

Ia mengucapkan kata itu seakan berbisik.

Sehun tersenyum dalam lamunannya. Entah mengapa menatap bunga berwarna kuning itu mengingatkannya pada sosok Luhan.

Warna kuning menggambarkan keceriaan, keteguhan, sikap pantang menyerah, dan kelembutan. Bunga adalah simbol dari kelembutan, feminim.

Disaat ia melamunkan Luhan. Mata hazel pekatnya mengarah kegelang hitam yang terdapat bandul rusa kecil.

Entah mengapa, saat memandang gelang yang melingkar di pergelangan tangan kirinya itu, ia merasakan Luhan hadir.

Rusa, salah satu hewan ini mengingatkannya akan Luhan. Mata, mata Luhan mirip seperti mata rusa. Hewan Santa saat natal tiba.

Sehun ingin bertemu dengannya. Ia sangat merindungan rusa Santa itu, yaitu Luhan.

Luhan bagai rusa santa yang baik hati. Hatinya bagai malaikat. Senyum yang amat polos nan tulus. Ia masih mengingatnya dengan baik.

Tanpa ia sadar ia mengatakan dalam hatinya.

"Saranghae Lu."

.
.
.
.
.
.

Luhan pemuda yang sudah berusia 25 tahun ini sedang sibuk diruang kerjanya. Ia sibuk menghitung pendapatannya yang ia peroleh dibulan lalu.

tok-tok-tok...

"Masuk." Perintahnya

"Cklek!" Muncullah pemuda tinggi berpostur tegap nan maskulin ini.

"Ada apa Kris." Ujarnya dalam bahasa mandarin.

"Ini aku membawakan sarapan untukmu. Aku tahu kau belum makankan? Dan lagi kau pasti lembur sejak kemarin. Lu, kau boleh bekerja keras. Tapi kau harus ingat kesehatanmu Lu?" Ujar Kris cemas.

"Ne, ne, ne,... Tapi hari ini hasilnya harus keluar. Sebab aku harus menggaji karyawanku sebelum jatuh tempo.

"Hms, aku kemari ingin memberitahukanmu sesuatu." Ucap Kris sekali lagi.

"Apa itu?" Jawab Luhan sambil mencomot bibimbab yang dibawakan oleh Kris.

"Makanlah dulu, aku tahu kau lapar. Setelah selesai makan aku akan menceritakannya kepadamu.

Beberapa menit setalah Luhan selesai makan Luhan berkata. "Hah... Sudah Fan, kau ingin berceritakan apa?"

"Hms, begini Lu. Besok klienku yang datang dari pulau Jeju akan datang, kami akan bekerja sama dengan mereka. Aku ingin membangun sebuah Mall di pulau Jeju. Aku dengar pulau itu masih belum berkembang layaknya wilayah Korea pada umumnya."

"Lalu ada hubungan apa denganku, hah?"

"Inilah yang menjadi pokoknya. Aku ingin memesan katering darimu. Menu disini sangat lezat. Aku ingin memesannya." Ujar Kris.

"Baiklah, aku bisa." Saut Luhan.

"Hms, kau bisa mengantarkan pesananku kira-kira 30 dos. Untuk peserta rapat."

"30 dos itu mah kecil. Jam berapa harus aku antar?"

"Jam 9 sudah tiba di tempatku."

"Baiklah, siap."

.
.
.
.
.
.

Petang mulai datang. Tao si pemuda panda ini ingin sekali keluar jalan-jalan menikmati suasana kota Seoul. Ia merengek kepada Sehun untuk menemaninya jalan-jalan.

"Ayolah Sehun, temani aku jalan-jalan. Besok kita akan sibuk dengan segala pekerjaan yang menanti. Dan lagi, kita kan besok harus menghadiri rapat penandatangan kontrak dengan perusahaan Wu Corp."

"Hn..."

Hanya terdengar gumaman saja dari Sehun. Tao kesal dan semakin menarik-narik Sehun dari acara membaca buku.

"Apa sih yang kau baca! Ayolah Oh Sehun???!!! Temani aku?????" Perintah Tao kesal.

"Iya-iya-iya dasar panda bawel."

Sehun beranjak dari sofa, mengambil jaket, kunci mobil dan keluar.

Dimobil Tao sangat senang sekali, akhirnya bisa jalan-jalan.

Tao mengajak Sehun ke tempat perbelanjaan yang terkenal bagi kalangan artis.

Distrik Gangnam.

Disana semua benda tersedia dengan harga yang WAO!

Tao memasuki beberapa distro yang ada disana. Mulai dari sepatu, tas, baju, topi, dan aksesoris. Sedangkan Sehun hanya sebagai bodyguard untuk Tao dan pembawa belanjaan pemuda ini.

Setalah puas berbelanja. Mereka ingin jalan-jalan sambil mencari Cafe untuk sekedar menikamati malam dikota sambil mengisi perut.

Mata Tao tertarik dengan Cafe diseberang jalan sana. "Cafe OHXI." Gumam Tao.

Sehun melihat arah pandang Tao. Sehun juga dapat melihat Tao memandang Cafe tersebut. Cafe OHXI.

"Lihat cafe diseberang sana. Sungguh uniknya ya? Entah mengapa Cafe itu mengingatkanku denganmu." Celetuk Tao.

"Hah! Kok bisa?"

"Kata Oh didepan huruf itu, sama dengan nama keluargamu." Ujar Tao lagi.

"Hah, dasar kau selalu saja mengaitkan hal yang tidak penting. Kau ingin ke cafe itu apa tidak?"

"Ne, kita coba kesana. Tampaknya cafe itu unik."

Sehun dan Tao kemudian menyebrang jalan. Setelah menyebrang mereka masuk kesana.

"Klinting!"

Bunyi gesekan pintu dengan lonceng yang ada didekat pintu masukpun terdengar.

"Selamat datang, silahkan Tuan-tuan sekalian memilih tempat dan memesan menu apa yang akan kalian pilih. Ini daftar menunya?" Ucap salah satu maid cantik dicafe ini.

"Ah, gomewo ne..." Balas Tao ramah. Sedangkan Sehun memasang wajah poker face andalannya.

Sehun dan Tao memilih salah satu menu di daftar menu. "Kau ingin apa Hun?" Tanya Tao pada sahabatnya ini.

"Samakan saja dengan pesananmu." Ucapnya malas.

"Kalau begitu Red Velvet 2. Dan minumnya, aku pilih Coffe latte 2." Ujar Tao kepada salah satu pelayan yang ada dihadapan mereka.

"Baiklah, tunggu sebentar. Pesanan anda akan segera datang." Setelah mengatakan itu sang pelayanpun pergi.

"Oh iya Hun, bagaimana perasaanmu setelah sekian lama tidak kemari? Aku ingat kau kan berasal dari sini." Tanya pemuda yang saat ini tengah duduk diseberangnya.

"Biasa saja. Nothing special." Ucap Sehun dingin.

"Really? Apakah masalalumu sangat kelam, sampai-sampai 15 tahun menjadi temanmu aku belum pernah mengetahui masalalumu, hms?" Pancing Tao.

"Sudahlah Tao, aku tidak ingin membahas masalah ini. Aku pamit ketoilet dulu." Sehun sengaja mengalihkan percakapan dengan Tao sahabatnya ini. Saat ini Sehun belum siap membagi kisahnya kepada siapapun termasuk Tao.

Sehun membasuh wajahnya, ditatapnya cermin kaca didepannya terpampang jelas recfleksi dirinya. Ia masih tidak bisa membagi kisahnya dengan oranglain. Apalagi itu berkaitan dengan masalalunya. Bahkan ia tidak bisa berterus terang kapada Tao yang sudah berkawan cukup lama.

Setelah merasa cukup tenang, Sehunpun keluar. Tapi ia merasa terganggu dengan suara-suara aneh yang ia tak sengaja ia dengar suara desahan.

Mmmpptt, mmmptt... aahhh...

Suara itu terdengar dari sebuah pintu yang ada di pojok Koridor ini-menghadap ke timur dan agak jauh dari toilet. Sehun dapat melihat, tampaknya pintu itu ruangan bagi pemilik cafe dan restoran ini.

"Aaaahhh... sa... kit... ehhh... aaahhh... pe... lan pelan saja eehh...

"Tidak Luhan sayang ini masih belum apa-apa, tahan ne.."

DEG!

Sehun yang awalnya ingin pergi dari situ tiba-tiba diam membatu. Seakan-akan lantai yang ia pijak merekatkannya.

Ia tidak tuli, dan tidak bodoh! ia mendengar nama Luhan di sebut-sebut dan entah mengapa ia merasa kalau yang ada didalam adalah Luhannya. Luhan teman sejak kecilnya. Yang membuatnya kuat dan bertahan didunia yang memuakkan ini.

Sehun mengepalkan tangannya erat. Entah mengapa hatinya terasa sesak. Padahal Ac dan udara disini tidaklah kotor. Tapi kenapa serasa sesak, panas dan membuatnya kesal serta marah.

Dengan langkah terburu-buru Sehun langsung menyuruh Tao untuk segara pergi dari Cafe ini. Tao yang sedang asik makan hanya bisa memasang wajah bingung. Sehun tiba-tiba menyeretnya, lalu membayar makanan mereka setelah itu melesat keluar dari sana.

Sehun membawa Tao masuk kedalam mobil, setelah Tao masuk, ia menutup pintu mobil Tao, lalu berjalan menuju kursi kemudi, kemudian menutup pintu dengan keras dan menjalankan mobil itu dengan kecepatan tinggi, menembus jalan malam di kota Seoul.

Tao yang sedari tadi belum bicara, hanya diam saja sekarang angkat bicara.

"Hoi albino, kau ini kenapa sih? Setelah keluar dari toilet kau ini aneh sekali. Kau kesambet, eoh?!" Sindir Tao.

"..."

"Aish, aku bertanya padamu. Kenapa kau tidak menjawab?!"

"CIT...!!!!"

Sehun mendadak menghentikan mobilnya. Tao yang kaget membelalakan matanya. Untung saja ia sudah memakai sabuk pengaman jika tidak ia pasti sudah terkantuk dasbor mobil.

"Oh My God! Apa yang terjadi denganmu, hah! Kau ingin bunuh diri?! Jika kau ingin mati, jangan bawa-bawa aku!"

"Diam! Aku tidak tahu aku kenapa, aku merasakan sesuatu yang tidak mengenakan! Aku benci di sini! Aku ingin pulang ke Jeju!" Teriak Sehun. Sehun marah dan kesal, ia memukul stir mobil.

Tao yang melihat Sehun seakan frustasi menepuk-nepuk bahunya.

"Tenang Sehun, aku tidak tahu bagaimana masalalumu. Aku tidak akan bertanya. Oke, kalau kau belum siap no problem, masih ada kesempatan untuk kau bercerita, aku akan menunggu. Because we are friend, hms..." Dan Tao pun tersenyum.

Melihat senyum tao dan kata-kata Tao baru saja, sekilas bayangan Luhan muncul.

"Kenapa Tao, kenapa kau mengingatkan aku padanya. Dan sekarang aku tampak membencinya." Ujar Sehun dalam hati.

.
.
.
.
.
.

"Auh, aaahhh Kris... Dasar bodoh! pelan-pelan." Ujar Luhan kesal.

Kali ini diruang kerja Luhan, Kris atau Wu Yi Fan. Sedang mengobati luka Luhan.

pria mungil ini tak sengaja menjatuhkan gelas yang ada di sampingnya. Dan bunyi prang! Terdengar.

Dengan tergesa-gesa Luhan membersihkan pecahan gelas tersebut. Tanpa hati-hati ia tergores pecahan beling ditambah ada serpihan kaca kaca yang menusuk jari lentiknya.

Kris yang mengetahui itu langsung sigap. Ia langsung mengobati luka Luhan.

Luhan yang merasa perih hanya bisa merintih kesakitan.

"Aaaahhh.... ssshhh... pe..lan-pe..lan saja." Rintih Luhan.

"Tenang saja Lu, ini belum apa-apa. Aku bahkan belum mencabut pecahan beling ini. Tahan sebentar, lain kali hati-hati. Kau sungguh ceroboh."

.
.
.
.
.
.
.

Tak disangka perusahaan Wu Corp sungguh megah. Sehun dan Tao memasuki perusahan ini. Mereka bak model yang berjalan di atas red karpet. Banyak mata yang mengagumi mereka berdua.

"Selamat datang di Perusahaan kami." Sambut Wu Yi Fan, setelah keduanya berada di ruangannya.

Tao yang melihat Kris pertama kali menjadi terpana. Pemuda di depannya ini sungguh idamannya. Tubuh tunggi atletis, sorot mata tajam namun hangat, serta karismanya sungguh luar biasa. Sejenak Tao terpaku, tetapi Sehun menyenggolnya dan membuat lamunannya buyar.

"Senang bertemu denganmu, aku Wu Yi Fan, tapi kalian bisa memanggilku dengan nama Kris." Ujar Kris seraya mengulurkan tangannya kepada Tao.

"Ah, a-ku Tao, Huang Zi Tao." Ucap Tao terbata-bata sambil membalas uluran tangan Kris. Setelah menjabat tangan Tao Kris berganti menjabat tangan Sehun.

"Aku Sehun, Oh Sehun." Ucap Sehun seperti biasa datar, tetapi ia mau menerima uluran tangan Kris.

Setelah acara perkenalannya selesai dan mereka menandatangani kesepakatan. Maka pada hari ini juga mereka mengadakan rapat untuk membahas rancangan mega mall tersebut.

Setelah selesai rapat semuanya keluar dari ruang rapat. Tao yang ingin mengenal jauh CEO muda WU CORP merasa terganggu sebab sebelum dirinya maju Kris mengangkat panggilan dari ponselnya.

Tao dapat melihat kalau wajah Kris tampak bahagia, Tao berpikir kalau itu mungkin dari kekasihnya.

"Ehem!" Tao dapat mendengar suara deheman dari sampingnya.

"Tampaknya kau sudah kalah sebelum berperang Tao." Sindir Sehun.

"Berisik kau Hun. Aku yakin, kekasihnya tak sebaik yang aku kira." Gerutu Tao.

"Hahaha... terserah kau." Ucap Sehun sambil berlalu dengan senyuman yang menurut Tao sangat menyebalkan.

"Hah maaf aku tinggal sebentar tadi." Ucap Kris

"Tak apa, kami tahu anda sangat sibuk." Balas Tao sambil tersenyum canggung.

"Hms, kalau begitu saya permisi dulu. Loh kemana Oh Sehun." -Kris

"Ah, dia sudah duluan. hehehe..." -Tao

"Oh kalau begitu, saya permisi." -Kris

"Saya juga permisi. Ada urusan yang harus saya kerjakan." Pamit Tao.

.
.

Sehun berjalan menyusuri koridor perusahaan Wu corp. Ia hendak menuju lift. Kaki panjangnya ia langkahnya dengan mantap. Banyak karyawan wanita yang mengaguminya karena Oh Sehun memiliki paras yang sangat rupawan.

Pemuda ini hanya bisa mencibir didalam hati atas sikap orang-orang yang menatapnya penuh dampa.

Sungguh ironis memang kalau flasback kemasa lalu, dimana ia hanya dipandang sebelah mata. Tak ada orang yang melihatnya. Tatapan mereka hanya mencibir, seolah-olah ia hanyalah sampah yang tak pantas hidup. Tapi kini semua berubah, memang benar pepatah mengatakan hidup bagai roda yang berputar, tak selamanya berada dibawah dan begitu pula sebaliknya. Itulah rahasia ilahi, kita manusia hanya bisa berusaha dan Tuhanlah yang mengatur.

Ting!

Sreg!

Pintu lift terbuka. Sehun tanpa pikir panjang langsung masuk. Kebetulan lift sedang sepi, hanya ada satu orang yang ada disana. Awalnya Sehun tidak menggubris orang yang ada disampingnya ini. Begitu pula dengan orang yang tengah ia pandang.

Pemuda atau wanita yang ada disampingnya ini entah mengapa sangat aneh.

Ia didalam Lift, hanya bersenandung tanpa malu kalau ada orang di sambingnya.

"na na na..."

"na na na na na..."

Entah mengapa mendengar senandung na na na yang tidak jelas itu Sehun yang awalnya terganggu menjadi menikmatinya.

"Chogio." Ucapnya kemudian. Sehun yang penasaran dengan sosok yang ada disampingnya pada akhirnya menyapa duluan.

Merasa ada yang memanggil orang tersebut menoleh kearah Sehun.

"Ne..."

DEG!

Sehun seketika terpaku. Tapi orang dihadapannya tidak merespon. Ia malah menatap Sehun dengan pandangan bingung.

"Maaf anda memanggilku?" Ujarnya lagi.

Sehun terpaku akan mata orang yang ada dihadapannya ini. Mata itu adalah mata yang selama ini ia rindukan.

"Maaf, kalau boleh tahu, si-siapa namamu?"

"Oh, namaku Luhan. Maaf apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Ucap Luhan dengan pandangan bingung. Luhan tidak bisa melihat mata pemuda yang ada dihadapannya ini sebab Sehun memakai kacamata hitamnya.

Ting!

Pintu lift pun terbuka, begitu pintu terbuka sebelum ia keluar seseorang yang adalah Baekhyun teman masa kecilnya memanggilnya yang kebetulan berada didepan pintu lift.

"Luhan!" Jerit Baekhyun lebay.

Luhan berjengkit kaget sebab suara Baekhyun mengagetkannya.

"Tidak pernah, kita tidak pernah bertemu sebelumnya." Ucap Sehun lalu berjalan menjauh.

Luhan yang merasa pemuda yang tadi bersamanya didalam lift sedikit aneh. Ia yang tak begitu mempermasalahkan hanya dapat mengangkat bahunya acuh.

"Hai Lu, kau tak apa?" Tanya Baekhyun.

"Ne Baek, aku tak apa. Ayo kita pergi. Urusanku dengan Kris sudah selesai." Ucapnya sambil manarik Baekhyun untuk mengobrol dengannya.

.
.
.
.
.

Entah mengapa setelah bertemu dengan Luhan secara tidak sengaja di lift, Sehun merasa aneh dengan dirinya. Baru pertama kali ini Sehun merasa sekacau ini.

Dari pertama kali ia datang dan mendengar suara desahan yang menurutnya menjurus ke hal mesum dimana ia tahu kalau salah satunya memanggil nama Luhan. Hatinya merasa sesak, rasa marah, kecewa menderanya.

Dan kali ini ia melihat Luhan secara langsung. Dan ia tak tahu kenapa, tapi setelah melihat mata dan paras itu hatinya berdebar-debar dan ribuan kupu-kupu berterbangan. Serasa digelitiki, paru-paru seakan kembang kempis.

"Apa ini, aku belum pernah mengalami hal seperti ini?" Rasa ini pernah ia rasakan kala ia mencium Luhan waktu Luhan kedinginan, kejadian 15 tahun yang lalu. Dan sekarang rasa itu muncul lagi.

Sehun tidak tahu ini apa. Kata Tao ini dinamakan cinta, gila, benar-benar tidak mungkin. Dengan kata lain ia tidak normal, ia gay. Dan kaum gay dinegara ini sama saja sakit jiwa. Menyalahi aturan, jika kau hidup di negara Eropa ataupun Amerika kaum seperti itu wajar. Tapi ini Asia, yang masih menanamkan nilai budaya turun temurun.

"Klek!" Pintu ruang kerja Sehun terbuka.

"Ada apa Tao." Ujar Sehun sinis. Menatap Tao tajam dan menusuk. Sehun kali ini ingin sendiri, sendiri menata hati.

"Aigoo. . kau ini sadis sekali. Eh ya, Kris CEO Wu Corp ingin mengadakan pesta untuk merayakan kerja sama kita. Nanti di cafe temannya. Oh ya Cefe yang kita datangi itu, Cafe OhXi." Jelas Tao.

Mendengar kata-kata Tao, Sehun menjadi malas. Ia tidak ingin kesana menemui Luhan. Sehun sudah tahu, kalau Luhan mungkin pemilik cafe itu.

"Ah, maaf Tao. Aku tidak enak badan. Lebih baik kau saja yang kesana, perwakilan." Ujar Sehun beralasan.

"Hms, ya sudah. Aku sudah tahu kau itu tidak suka pesta. Apalagi tempat ramai, kalau begitu aku akan kesana sendiri dan menggaet Kris. Agar ia dapat kudapatkan." Ucapnya berapi-api.

.
.

Malampun tiba dan seperti apa yang dikatakan oleh Sehun, ia tidak datang keacara tersebut. Dan yang menghadirinya tentu saja Tao
Sehun tahu kalau temannya itu mengidolakan CEO muda Wu Corp.

.
.
.
.
.

Luhan Pov.

Pesta lagi pesta lagi, entah mengapa setiap kali diriku berpesta direlung hatiku yang paling dalam aku menangis. Aku seakan-akan ada yang kurang, dan aku tahu itu apa.

"Sehun"

Ya aku memikirkannya, 15 tahun kita berpisah. Bagaimana keadaannya? Apakah nasipnya baik? Aku harap Tuhan selalu melindunginya, aku selalu berdoa semoga Tuhan memberikan mujizat padanya.

Aku tahu Sehun, dan juga keluarganya bagaimana. Sehun sahabat kecilku sungguh malang. Ayahnya yang seorang penjudi dan bandar narkoba kini telah ditangkap dan sekarang tengah mendekam dipenjara. Aku yang selama ini diam-diam tanpa tahu oleh orang lain mengunjungi ayah Sehun.

Aku kasihan padanya, dikala beliau tua dan sebentar lagi akan dieksekusi mati ia belum meminta maaf kepada anak dan istrinya. Lebih tepatnya belum bertemu.

Tuhan berikanlah mujizatmu kepada keluarga Sehun. Sungguh aku merasa iba setiap kali menjenguk ayah Sehun, aku tahu ia telah mendapat hukumannya, tapi aku mohon sebelum eksekusi mati itu dilaksanakan, hamba mohon pertemukanlah mereka, agar kelak tidak ada penyesalan yang tertinggal.

"Puk!"

Sebuah tepukan lembut mendarat dibahuku. Aku menatap siapa yang menepuk bahuku.

"Wae Lu, Aku lihat kau tampak lesu hari ini?" Ujar Kris, seorang yang menepuk bahuku.

Aku hanya tersenyum kearahnya dan berkata. "Tidak Kris, mungkin aku hanya lelah saja. Tapi melihat kalian yang begitu bahagia membuatku ikut bahagia."

Dapat kulihat Kris menatapku lembut, ia juga tersenyum lembut kearahku. Dan entah mengapa melihat senyuman dan mata teduhnya aku seakan-akan melihat Sehun.

Aku juga merasakan kalau wajah Kris makin lama makin mendekat. Ia juga mempersempit jarak diantara kita.

Entah mengapa tubuhku kaku, aku paham dan aku tidak sepolos dulu. Jarak kami kian lama kian mendekat. Dapat kurasakan deru nafas kami yang saling menubruk.

1Detik

2Detik

3Detik.

Klinting! Terdengar bunyi pintu yang terbuka.

Sontak aku lansung mendorong Kris.

Entah mengapa aku merasa bersyukur orang yang telah membuka pintu itu. Aku dan Kris yang ada di belakang sendiri maju untuk melihat siapa yang baru datang ke acara pesta ini. Tampak semua terdiam.

"Sehun!"

Bukan, bukan aku yang memanggilnya tapi Kris. Entah mengapa aku dan yang lainnya merasa shock. Ditambah aku makin terkejut kala seseorang bernama Tao yang Kris kenalkan padaku sebagai anak dari Huang Corp. Orang yang saat ini sedang menjalankan kerjasama dengannya tengah berlari dan memeluk Sehun. Ia memanggil Sehun dengan amat manja. Entah mengapa dadaku sesak dan tiba-tiba semua menghitam.

.
.
.

TBC.

Haduh, maaf banget kalau chap ini jelek banget. Gak sesuai sama kehendak kalian. Dan terima kasih yang telah memberikan dukungannya sampai sekarang.

























Continue Reading

You'll Also Like

82.2K 3.3K 19
[END] Tentang Kim Mingyu, pria yang berjiwa bebas. Hobi ke club malam bersama dua sahabat playboynya. Bertemu dengan seorang mahasiswa, Jeon Wonwoo d...
2.2K 238 9
mengisahkan seorang izuku yang menyimpan rasa kepada orang yang sudah membullynya sekaligus tetangganya yaitu bakugou katsuki. Akankah kisah cinta iz...
9.4K 620 15
mingyu dulunya cowok bangsat. tapi pas dia kenal wonwoo, mingyu bertekad untuk berubah alim dan mendapatkan hati cowok manis itu. seungcheol dari dul...
115K 12K 18
Kisah chan yang sudah terlanjur tenggelam dalam iris yang tenang dan dalam milik sang sekertaris [Complete] End ;13/6/2020 -book two,short stories by...