Fleurs Séchées | The Golden S...

Door penajelita

1.2M 139K 13.4K

A heartfelt tale. Michael Leclair has a neighbor. He never thought he would be able to love again after years... Meer

PROLOG
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXII
XXIII
XXIV
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII
XXIX
XXX
XXXI
XXXII
XXXIII
XXXIV
XXXV
XXXVI
XXXVII
XXXVIII
XXXIX
XL
XLI
XLII
XLIII
XLIV
XLV
XLVI
XLVII
XLVIII
XLIX
L
LI
LII
LIII
LIV
LV
LVI
LVII
LVIII
LIX
LX
LXI
LXII
LXIII
LXIV
LXV
LXVI
LXVII
LXVIII
LXIX
LXX
LXXI
LXXII
LXXIII
LXXIV
LXXV
LXXVI
LXXVII
LXXVIII
LXXIX

LXXX

7.3K 855 29
Door penajelita

      Rose Asmaralaya telah tertidur di dalam dekapan suaminya sejak lima jam yang lalu. Namun, suaminya yang mendekapnya itu belum bisa memejamkan matanya, walaupun sudah pukul tiga subuh. Michael Leclair hanya memeluk Rose seerat yang ia bisa lakukan seakan-akan ia tidak ingin melepaskan pelukannya lagi untuk selamanya. Terakhir kali ia memeluk Rose dan melepas pelukan, wanita itu terkulai di lantai dengan telanjang dan hal lainnya yang tidak sanggup ia sebutkan saat ini. 

     Ketika merasakan Rose menggeliat, Mikael mengusap-usap lengan wanita itu yang sekarang membuka kedua matanya. Rose menatapnya sejenak. Mikael terpejam saat Rose mengusap pipinya.

      "Hai," bisik Rose. "What is it, Mikael?

      Mikael menggeleng. "Nothing," balas Mikael tanpa suara.

      "Berhenti menyimpan perasaanmu sendirian. Terakhir kali kamu melakukannya, kamu meninggalkan aku sendirian di rumah sakit dan itu menyakitkan," kata Rose.

      "Aku sudah bilang aku tidak meninggalkan kamu dan aku membenci diriku sendiri karena aku menyakiti kamu."

      Rose tertawa pelan. "Aku tahu. Aku hanya mencoba membuatmu berbicara. Jadi apa yang membuatmu tidak tidur semalam ini?"

      "I told you. Aku membenci diriku sendiri karena aku menyakiti kamu." Mikael memalingkan pandangannya ke langit-langit kamar untuk menghalau air matanya. Pria itu menarik napasnya panjang dan Rose dengan sabar menanti ucapan Mikael berikutnya selagi mengusap lengan suaminya itu.

     "Setiap detik setelah kamu—" Mikael meneguk ludahnya, "Kamu mengalami ini semua dan kita kehilangan anak kita, yang bisa kulihat hanya kegagalanku setiap kali aku melihat kamu, Rose. Aku tidak mampu menghadapi diriku sendiri dan itu alasannya aku menghindari kamu kemarin."

      Rose masih mengelus Mikael yang terlihat kesulitan mengatur kata-katanya.

      "Tidak seharusnya kamu mengalami ini semua, Rose. Seharusnya kamu merasa selalu utuh sampai kapanpun. Aku telah gagal karena saat ini kamu pasti merasa tidak utuh lagi setelah tubuh kamu pernah diambil paksa. And our children? Ya, Tuhan..." 

      Mikael tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Air matanya akhirnya menetes dan dalam sekejap berubah menjadi tangisan. Malam itu, Mikael tidak lagi menyembunyikan apapun di depan Rose. Saat ini Rose hanya ingin mendengar Mikael dan berusaha lebih kuat untuk suaminya. Setiap isakan Mikael menusuk dadanya dan setiap tetes air mata Mikael mematahkan hatinya sehingga yang bisa ia lakukan adalah memeluk pria itu dengan erat.

      "We never get to see what they could have been. I never get to see them, Rose. Aku tidak akan pernah bisa melihat akan seperti apa mereka. Aku tidak akan bisa bertemu mereka, mendengar tangisan mereka, tertawa bersama mereka, bermain di taman belakang dengan sepatu yang aku siapkan untuk mereka, dan melihat kamu bahagia karena mereka."

      Rose mendekap Mikael lebih dekat dan mengelus rambut pria itu. "Kael..."

      "Aku sudah mencoba segala yang aku mampu, walaupun ternyata aku tidak cukup. But I swear, I have tried everything with all my best and I am still trying. Aku telah mencoba Rose dan aku masih mencoba sampai detik ini untuk menjadi yang terbaik bagi kamu."

     Air mata Rose turun lebih deras. Rose kemudian menyeka air mata Mikael sebelum mengecup kedua mata pria itu dan mencium bibirnya. "I know, Sayangku. I know."

     "Aku hanya ingin bersama kamu, Rose," Mikael tersenyum lemah dengan matanya yang sayu. "Aku minta maaf, ya?"

     Rose menggeleng. "Aku utuh bersama kamu, Mikael. Kalau aku harus mengulang semuanya, aku akan melakukannya asal bersama kamu. We're broken but our pieces fit perfectly, so what else do we need to worry about? Aku tetap menang karena aku memiliki kamu. It is done, El."

     "You are the angel that God has sent me. You're just like Michael, the frontline and protector. And we go to the battle together, El. Kalau kamu kalah, maka aku kalah. Kalau kamu menang, maka aku menang. Begitupun sebaliknya. Perjalanan kita masih panjang, bukan? We still have forever. Aku dan kamu masih punya selamanya dan itu waktu yang cukup untuk membuat cerita bahagia lainnya yang tidak bisa kita dapatkan sekarang," lanjut Rose.

     Mikael menatap Rose dalam. "Aku dan kamu punya selamanya?"

     Rose berbisik lagi saat hidung mereka bersentuhan, "Aku dan kamu punya selamanya."

***

     "Andaka, di mana Mikael?"

     Ketika memasuki ruang tengah dari dapur, Andaka menemukan Rose yang baru keluar dari kamar Mikael. Terlihat istri majikannya itu masih memakai piyama dan acak-acakan rambutnya. Andaka hendak menjawab Rose, tetapi ia kembali mengatupkan mulut sehingga Rose menghela napas panjang. "Andaka?"

     "Kata Bapak, Mbak Rose istirahat saja di kamar," balas Andaka dan Rose berdecak.

     "Andaka, kamu tahu bukan itu yang aku tanyakan."

     Andaka menggaruk rambutnya. "Mbak mau kue sus? Bapak beli tadi waktu sarapan..."

     Rose tertawa pelan. "Kamu takut banget sama Mikael, ya? Just tell me where he is. Apakah dia pergi? Sepertinya tidak karena barang-barangnya masih ada di kamar."

     "Saya nggak berani, Mbak..."

     "Well, okay then." Rose mengangguk kemudian mulai berteriak, "Mikael! Di mana kamu?! Aku lapar!"

     "M-Mbak, nanti kalau Mbak teriak-teriak saya juga dimarahin Bapak..."

     "Astaga, Andaka, kalau misalnya dia memecat kamu, aku yang akan mempekerjakan kamu. Jadi boleh tidak kamu beri tahu aku di mana dia?" 

      Andaka menggeleng kaku dan Rose malah tertawa melihatnya. "Training  keluarga Leclair ini bagus sekali. Kamu loyal, Andaka. But I'm gonna find him myself, then."

      Akhirnya Rose memasuki semua ruangan di penthouse Mikael. Ia tidak bisa menemukan siapapun hingga saat ia naik ke lantai dua dan mendengar suara perbincangan samar-samar dari perpustakaan. Rose mendekatkan telinganya ke pintu untuk mendengar lebih jelas.

      "Aku rasa Rose belum perlu mengetahuinya—"

      "Lalu kapan dia akan mengetahuinya?"

      Rose membuka pintu itu dan menemukan Mikael yang saat ini menatapnya bersama Arsen Leclair, Tatianna Leclair, Christopheron Agratama, Edwin Asmaralaya, serta Iris Asmaralaya. "Aku tidak perlu mengetahui apa?" tembak Rose.

      Arsen mengendikan bahu dan mengangkat kedua tangannya. "See, this is a bad idea. We should have talked about this straight forwardly."

      "Apa maksudnya, Mikael?" Rose berjalan mendekat lalu menatap Arsen dan ayahnya. "Papa?"

      "Hai, Sweetheart. Mikael bilang kamu masih tidur?" tanya Edwin.

      "Iya, aku baru bangun, tapi tadi Andaka tidak mau memberi tahu Mikael di mana dan aku tidak dapat informasi kalian akan di sini pagi ini."

       "Sini, Rose," panggil Mikael kepada Rose sehingga wanita itu duduk di sebelahnya. 

       "Apa yang seharusnya aku ketahui, Mikael?" Rose menatap Mikael.

       Mikael menatap seluruh orang yang ada di ruangan itu sebelum memandang Rose dan meraih tangan wanita itu. "Mengenai Raeden, Rose."

       Tengkuk Rose kaku dan dingin. "Ada apa lagi? Dia tidak melakukan hal bodoh lagi, kan?"

       Mikael menggeleng. "Tidak. Raeden sudah diamankan oleh yang berwenang. Dia tidak akan dipenjara, Rose. Raeden termasuk orang di bawah pengampuan karena mengalami gangguan kejiwaan selama ini."

       "Astaga..." Rose menahan napasnya. "Jadi dia di mana sekarang?"

       "He will be moved to the psychiatric hospital today," jawab Mikael. "Pina dan suruhan-suruhan lainnya akan tetap melalui proses pidana."

       Rose menoleh kepada Theron di seberangnya. "Is he okay?"

      "What is the matter, Rose? Raeden pantas mati. Kenapa kamu masih mempertanyakan hal itu?" tanya Edwin kepada anaknya. 

      "Aku tahu, tetapi membenci tidak akan mengubah apapun, Pa. Aku hanya sekadar menanyakan keadaannya sekarang karena aku tidak pernah tahu dia gangguan jiwa," balas Rose tenang.

      "Dia sudah diamankan dan sudah ditangani orang yang tepat, Rose. I think he's going to be just fine," kata Theron. 

      "Lalu kenapa kalian memilih untuk membahas ini lebih dulu tanpa aku seakan-akan aku tidak bisa mengetahui ini sekarang?" Rose menautkan alisnya.

      "Mikael terlalu takut kamu belum siap untuk mendengar nama Raeden lagi semenjak apa yang terjadi, Rose. Namun, Papa sudah bicara tadi bahwa jika ditunda sekalipun, pada akhirnya kamu harus tahu," jawab Arsen.

      "Well, I'm okay..." Rose menghela napas. "Satu hal yang paling penting saat ini adalah Raeden sudah diamankan dan aku bisa kembali ke kehidupanku bersama Mikael dan bersama kalian semua. Kalaupun aku terpuruk, setidaknya aku bersama-sama kalian."

      "Aku minta maaf," cicit Mikael dan Rose mengelus tangannya.

      "Tidak apa-apa. Aku mengerti maksud kamu, El." 

      "Apa kamu tidak masalah dia tidak dipenjara, Rose?" Iris Asmaralaya bertanya.

      "Tidak, Ma." Rose menggeleng lalu menatap Mikael. "Aku ingin menemuinya."

      Mikael beserta seluruh isi ruangan itu melebarkan mata mereka. "Rose, jangan impulsif," peringat Mikael.

      "Tidak, Mikael. Selain penyelesaian dari kamu, Papa Arsen dan papaku, aku tetap harus menyelesaikan urusanku dan Raeden sendiri," ucap Rose.

      "Rose, apa yang ia lakukan kepada kamu itu adalah penyelesaian dengan kamu secara pribadi. Apa lagi yang kamu mau, Nak?" tanya Edwin.

      Rose bersikukuh, "Itu adalah penyelesaian dari Raeden, Pa. Penyelesaian dariku belum. Tentu saja aku tidak akan datang ke sana sendiri. Aku akan meminta Mikael dan Theron menemani aku."

      "Aku mengerti permintaan Rose," sahut Tatianna. "Aku rasa kita harus mendukung kemauan Rose jika itu bisa membuatnya merasa lebih baik. Tugas kita hanyalah memastikan Rose bisa menemui Raeden dengan aman."

      "Aku rasa kita bisa melakukannya. Tadi pagi aku dan Mikael telah berbincang dan Mikael sudah berhasil membeli rumah sakit yang menampung Raeden atas nama Leclair Enterprises," kata Arsen Leclair sehingga Rose langsung menoleh kepada Mikael.

      "Rose, you know I had to do it," ucap Mikael pelan dan Rose hanya menghembus napas berat. 

      "Baiklah. Aku berterima kasih untuk semua kebaikan kalian," balas Rose dengan senyum di wajahnya.

     "We love you, Rose." Tatianna Leclair yang duduk di sebelah Rose bergerak untuk memeluk menantunya itu sebelum berkata kepada semua orang di sana, "Let's have a lunch downstairs. Aku sudah meminta Andaka menyiapkan semuanya."

      Seluruh orang kecuali Mikael dan Theron berjalan keluar lebih dulu dari perpustakaan itu. Theron berkata saat hanya tersisa Mikael di depannya, "Kamu tahu kamu tidak perlu mengajak aku terlibat dalam family meeting ini, bukan, Michael Leclair? Kamu bisa meneleponku saja."

      Mikael tersenyum. "Itu benar karena sebenarnya aku meminta kamu ke sini bukan hanya untuk ikut pertemuan tadi saja."

      "Lalu apa? Aku membatalkan meeting dengan Oliver Asvathama hanya untuk datang ke sini, kamu tahu itu?" Kening Theron mengerut.

      "Very chatty. That's familiar," lirik Mikael jahil dan Theron memalingkan wajahnya.

      "Aku dan Alana tidak ada hubungan apapun," kata Theron sehingga alis Mikael terangkat sebelah dengan senyum yang tertahan.

      "Kenapa tiba-tiba membahas Alana? Aku tidak menyebut namanya."

      "You know damn well this is why I hate you so much."

      "Well, kamu bisa membenciku semaumu, tetapi kamu tidak akan pernah bisa membenci adikku, walaupun kamu sudah pernah mencobanya semampu kamu, Christopheron."

      Theron berdesah malas. "Aku tidak memiliki waktu untuk ini semua, Mikael."

      "Jadi sekarang kamu kesal karena aku membuang waktumu setelah kamu membatalkan meeting  dengan Oliver? Sementara itu, minggu lalu kamu membatalkan penerbangannya ke London untuk membeli The Gunawarman karena Alana dan Abraham Lemuel Kartasasmita?" Mikael tersenyum semakin miring.

      "Michael, that was business. Tidak ada hubungannya dengan Alana ataupun Abraham," sanggah Theron.

      Mikael meledek lebih jauh, "Kamu tidak membelinya karena di sana ada Sofia yang menjadi tempat kesukaan mereka untuk berkencan bukan? Atau mungkin mereka sering berkencan di The Gunawarman juga?"

      Wajah Theron memerah karena menahan emosi membayangkan kalimat Mikael yang kedua. "Aku tidak peduli, Mikael."

      Mikael tertawa pelan lalu mengambil sebuah kardus berwarna hijau dari salah satu rak bukunya. "I don't know what happened and what is happening between you two. Aku hanya ingin memberi kamu ini."

      Theron membuka kardus tebal yang diberikan Mikael. Kedua alisnya bertaut saat melihat begitu banyak lembaran kertas dengan coretan tangan yang ia kenal. Coretan tangan Alana.

      "Alana sangat menyukai CLAIR dan sejak kecil dia selalu ingin memiliki halaman sendiri di Rêve untuk mempublikasikan tulisan tangannya yang ada di kardus itu. Setelah lulus kuliah, dia mengurungkan niat itu dan aku tidak pernah tahu alasannya. Tapi tahun lalu, Alana ingin membuang kardus itu, tetapi aku menawarkan untuk diterbitkan saja di Rêve seperti kemauannya dulu. Dia bilang dia tidak peduli dan aku boleh melakukan apa saja atas kardus ini dan isinya. Aku menyimpannya di sini dan aku selalu lupa untuk membawanya kepada CLAIR."

      "Lalu maksudmu apa?"

      "Don't play innocent, Agratama. CLAIR akan menjadi milikmu sebentar lagi. Apa perlu aku menjelaskan hal yang sudah kamu mengerti?"

      "Michael, she hates me," ucap Theron datar.

      "Then convince her to love you. Aku pernah melakukan hal yang sama kepada wanita yang aku cintai dan itu memang bukan pekerjaan yang mudah. But it's all worth it."

      "Kamu tidak mengerti, El. Aku tidak mencintainya."

      Mikael tersenyum. "Kamu tidak mencintainya atau kamu hanya menolak untuk tidak mencintainya?"

***

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

191K 19.1K 22
Orang ketiga masuk ke dalam kehidupan rumah tangganya yang harmonis. Merusak kebahagiaan yang ia punya, menggantikan dengan duka bertubi-tubi. Dengan...
231K 3.1K 6
Ketika Nakula mengajak Nisaka untuk menghabiskan malam terakhirnya di Indonesia dengan "caranya sendiri", ia bermaksud untuk bersenang-senang. Namun...
1.7M 126K 22
Nara terpenjara dalam sangkar emas ciptaan Akira. Pria yang menikahinya lima tahun yang lalu ketika ia masih berusia dua puluh tiga tahun. Pernikahan...
530K 13.6K 6
Spin-off Love in Chaos. [Versi Revisi] Bagi Jeana Aprilia, menikah dengan Azka Pranata adalah sebuah kesalahan manis yang pernah dilakukannya dan jug...