Throw a dice

By Nitalya88

344 188 18

"Throw a dice" Berkisah dari Adryana Mira yang memiliki kekasih anggota geng sekolah. Adryana Mira yang kini... More

1. Adryana Mira
2. Naura Nevara
3. Lucia Nora
4. Helena Pricillya
5. Anggara Archambault
6. Neno Archambault
7. Marvin Allaire
8. Bryan Zaky Alvarobi
9. Marco Allaire
10. Edward Lee
11. Berantem
12. Kalah Jumlah
13. Harimau Betina
14. Taruhan
15. Motor Rambo
16. Kesepakatan
18. Sisi Rentan
19. Baikan
20. Celah di Tunas Muda

17. Keadaan Edo

16 4 1
By Nitalya88

.
.
.
.
.

Keadaan Edo

.
.


Segala pikiran buruk perkara Edo ini membasahi kedua bola mata Mira.

Kepalanya menggeleng lagi dan lagi saat benaknya selalu bayangkan hal buruk yang Edo alami di Tunas Muda ini.

"Gara, please jangan sentuh Edo," gumam Mira dengan lari melewati koridor.

Banyak pasang mata menatap kesal pada kelakuan Mira. Begitu pula tiga pria berjulukan Sin, Tae dan Yong yang baru saja keluar kelas hendak menuju cafetaria.

"Anjir si cewe kulkas!" kesal Tae menatap Mira tajam.

"Mau kemana dia?" tanya Yong.

"Tuh-tuh, jadiin bahan taruhan lagi sana!" ucapan Sin ini kontan membuat kedua sahabatnya kompak memiting dan memukul gemas dengan ekspresi geram yang tertahan.

Langkah panjang Mira akhirnya berhenti setelah memasuki salah satu kelas di lantai dua.

Matanya sapukan pandangan ke penjuru kelas, sebelum bertanya pada salah satu siswi yang sejak tadi melihatnya tanpa kedip.

"Edo hari ini masuk, kan?" tanya Mira  sembari mengatur napas.

"Lo nanya sama gue?" jawab gadis yang duduk di deretan paling depan dan hendak berdiri.

"Iya, Edo tadi masuk?" Mira mulai berjalan padanya pelan.

"Ngapain lo nyari Edo? Lo mau caper sama dia? Bukannya lo pacarnya si Anggara itu? Yang bikin gue kena hukum pas MOS itu, kan?"

Gadis bernama Ran itu memasang ekspresi kesal. Dia berdiri seolah ingin menantang Mira berkelahi ala cewek.

Mira berdecak sebal. "Ayolah, gue nyari Edo, ngapain bawa-bawa Gara segala?"

Mira menoleh pada sepasang siswi lain yang kini berdiri di sebelahnya. Mereka menunggu Ran untuk keluar kelas.

"Eh, gue nanya, dong. Edonya tadi ada? Dia kemana?"

Gadis bernama Cecil ini malah ikut memasang wajah kesal. "Ngapain lo nanya-nanya Edo masuk apa enggak? Lo sapanya Edo emang?"

Mira membatu, lalu berdecak kesal. "Kalian ini kenapa, sih? Gue cuman mastiin keadaannya, doang."

Gadis yang berdiri di sebelah Cecil mulai mendekat. "Emang dia kenapa? Awas aja kalo sampe Edo kenapa-napa karna lo. Gak bisa apa, lo biarin Edo idup tenang, hah? Lo udah punya Anggara, ngapain masi nyari Edo? Edo lebih cakep dari Anggara? Gue yakin, lo tau itu. Makanya, lo niat ngegebet Edo di belakang Anggara, kan?"

Cecil dan Ran kompak membelalak mendengar pemaparan Jen.

"Astaga, mau gimana lagi gue jelasin ke kalian biar ngerti? Gue gak niat ngegebet Edo, puas lo semua? Gue cuman pengen ngerti keadaannya, doang. Coba lo pikir, gue ngegebet Edo bisa jadi gue jadi bahan bully. Lo ngerti maksud gue, kan?"

Jen seketika mengangguk spontan. "Kak Rere. Gue yakin dia orang pertama yang bakal nuntut lo."

Mira mencebik. "Rere mulutnya emang bocor," gumam Mira pelan. "Ada yang ngerti kemana Edo, gak? Kalo gak ngasi tau ya gak masalah. Gue bisa nyari sendiri!"

Mira berbalik badan, saat Ran membuka mulut, Mira hentikan langkah spontan untuk menatap Ran.

"Dia keluar kelas sejam sebelom istirahat. Gue gak percaya aja sih, wajah cekep polos kaya gitu cuman butuh beberapa hari buat keluarin aslinya. Padahal dia idola kelas." Ran berwajah kesal.

"Gi-gimana maksud lo?" Mira mulai was-was.

"Kayanya sih, dia jadi aneh gitu. Gue gak nyangka aja dia gabung Garuda putih secepet itu." Jen melanjutkan.

"Gabung? Sejak kapan? Lo yakin Edo ikut jadi anggota?" Mira memutar bola mata penuh tanya. Edo yang selama ini dikenalnya, bukan orang seperti itu.

"Yakin gak yakin, sih. Dua hari ini Edo sering diajak keluar Bob sama Nano sebelom jam istirahat." Cecil menatap Mira serius.

"Bob? Nano? Mereka siapa?"

"Perwakilan kelas ini. Bukannya semua kelas satu udah pada ditunjuk perwakilan kelasnya buat jadi anggota Garuda putih?" jelas Jen.

Begitu kalimat itu selesai, Mira mengingat Alan dan Bastian. Hingga setelah mengingatnya, Mira spontan mengangguk mengerti.

"Bukannya yang diharusin itu cuma dua perwakilan kelas? Kok Edo diajak?" Mira mulai menangkap kejanggalan.

"Makanya tadi dibilang apa? Semuanya bisa aja kalo Edo gabung jadi anggota. Tapi anehnya, penampilan Edo jadi aneh. Kaya baru kena ospek parah. Kemaren, gue kasihan sama dia." Ran menatap Jen hingga Jen mengangguk.

"Ya mau gimana lagi. Mungkin itu konsekuensi. Minimal dia harus belajar buat jaga diri sendiri. Jadi, bisa aja itu latihan?" Jen mencoba menenangkan Ran.

"Latihan? Lo yakin?" Mira berdesis.

"Maksud lo? Edo kena bully?" Cecil langsung memasang wajah aneh.

"Gimana keadaan Edo kemaren?" gugah Mira pada Jen dan Ran.

"Parah, sih. Bajunya kotor abis. Rambut acak-acakan. Muka merah, jalannya pelan, kaya nyeret kaki gitu. Dia juga sedikit bungkuk kayanya. Matanya merah, keringetan parah. Pas ditanya suaranya pelan banget." Jen bermuka aneh.

"Kemaren, gue kasian banget ngeliatnya. Gue kira dia kena ospek karna masuk jadi anggota. Masa dia kena bully?" Cecil berwajah was-was.

"Gak mungkin. Selama ini Garuda putih selalu bisa bikin aman Tunas Muda. Gak ada bully, gak ada palak. Baik itu di sekolahan atau di luar sekolahan. Jadi, gak mungkin Edo kena bully." Ran menunduk, memikirkan sesuatu.

"Sialan!" desis Mira berbalik arah, dan berlari keluar kelas.

"Lo mau kemana?" lantang Jen tapi tak terjawab.

"Kita ikut dia?" tanya Cecil memandang Ran dan Jen.

"Gak. Siapa kita? Kita bukan cewe anggota geng. Kita cuman cewe yang sama-sama suka Edo. Kalo Mira bisa aman karna Anggara, dan kita? Gue yakinnya sih, ada suruhan orang luar buat ngerjain Edo. Tapi, masa iya Garuda putih gak ngerti?" ucap Jen menatap punggung Mira yang mulai menjauh.

Mira berlari entah menuju kemana. Dia tak tahu keberadaan Edo saat ini.

Dua pertanyaan langsung penuhi kepala Mira. Apa Rere menyuruh orang untuk mengerjai Edo?

Atau, apa benar ucapan Naura perkara Anggara dan anggota Garuda putih itu?

Rere tak mungkin ingkar janji mengingat banyaknya saksi semalam. Dan Edo, bukan orang yang suka ikut-ikutan dalam pergaulan seperti geng dan sebagainya.

Langkah Mira berhenti. Dia mencoba hubungi Anggara yang sialnya tak terangkat.

"Gak mungkin Gara yang buat hal gini. Dia sahabat aku Gara, please," ucap Mira yang masih mencoba menghubungi kekasihnya itu.

Gadis ini menepuk bahu salah satu siswa yang berjalan di dekatnya.

"Lo tau Edo dimana? Itu, si blesteran Korea."

"Oh, Edward Lee? Kayanya abis keluar dari gedung belakang. Buat ukuran cupu sih, nyalinya gede gabung Garuda putih secepet ini."

Pria itu berjalan pergi begitu saja, sedang Mira dilanda rasa was-was yang berkepanjangan.

"Oya, sebenernya gue takut sih buat bilang ginian. Tapi berhubung lo pacarnya si Togo. Boleh gue nanya? Apa gabung harus ditatar seancur kaya gitu?"

"Maksudnya?" Mira tinggikan alis, menuntut jawaban cepat.

"Itu, kaya gitu. Lo tau, kan? Kemaren soalnya si Edo kaya abis kaya gitu," timpal teman yang satunya.

"Gue liat dia dua kali kaya gitu. Ajaib tu bocah cupu, mentalnya kuat. Oya, ngapain lo nyari Edo? Jangan bilang Edo bisa gabung cepet gegara lo?"

"Gak mungkin ...." Mira menggeleng pelan.

Mira semakin yakin, ini perkara Edo yang nyatakan cinta padanya. Pasalnya, anggota Garuda putih, mana ada yang berani disuruh untuk membully di sekolahan sendiri?

Neno, bukankah selalu punya aturan ketat dan hukuman setimpal?

Gadis ini segera berlari menuju gedung belakang tempat yang dibilang dua pria tadi.

Dari kejauhan, ekor mata Mira menangkap sosok Edo yang tengah berjalan pelan sendirian habis keluar dari kamar mandi.

"Do!" lantang Mira berulang sembari berlari ke arah Edo.

Pria itu terdiam sejenak, tak berani menoleh ke belakang. Dia terbatuk, suara yang terdengar menyiksa tubuhnya hingga dia memegangi perut beberapa kali.

"Do, lo kenapa?"

"Aku baik-baik aja, Mir."

Mira berjalan mendekat.

"Jangan deketin aku dulu. Masih keringetan, baunya gak enak. Aku ambil seragam ganti dulu."

"Do, kita masih sahabatan, kaya dulu. Gak papa cerita aja."

"Makasi, Mir."

Mira segera berjalan dan berhenti di depan Edo yang masih mematung. Pria itu menundukan wajah, tak mau menatap Mira.

"Lo dikeroyok? Lo gak bisa berantem setau gue."

Pria itu diam, tak menjawab, tak berani mengangkat wajah.

"Do, cerita aja. Siapa dan kenapa? Alasan mereka apa?"

"Jangan ceritain ini ke Papaku. Juga Om Adrian, Om Aldy dan Om Adi. Ini masalah remaja, bukan masalah orang dewasa seperti mereka."

Pria itu mengangkat kepala, menatap Mira dengan senyuman.

"Oke, kalo gitu biar gue yang bantuin lo."

"Gak usah, aku bisa sendiri, Mir."

"Kaya gini? Wajah lo lebam, liat itu. Mau alesan apa lo ke bokap lo?"

Dua siswi yang berjalan di belakang Mira, kontan berteriak histeris, hal yang mengagetkan Mira dan Edo.

"Astaga, Edo! Lo-lo kenapa? Wajah aktor Korea gue kenapa?"

"Lo gak lagi kena bully karena ketampanan lo kan, Do? Kenapa ada si Mira di sini?" tanya gadis berambut panjang yang berdiri tak jauh dari Mira.

"Aku abis jatoh pas nyobain motor. Ini si Mira yang bantuin," jawab Edo dengan senyuman hangat seperti biasanya.

Senyuman yang berhasil hasilkan banyak fans fanatik Edo di Tunas Muda ini.

"Oh gitu, sayang ih, cakep-cakep kaya gini. Gak usah belajar naik motor aja, deh. Udah enakan naik mobil, pake segala belajar naik motor. Kita ke ruang kesehatan aja yuk, Do."

Edo menggeleng dengan senyuman. "Mau mandi dulu, kayanya."

"Ya udah, kami pergi dulu."

Ekor mata Mira tak lepas dari dua gadis itu, meski keduanya sudah berjalan cukup jauh.

"Aku jatoh dari motor, Mir. Dan lo yang ngajarin. Itu alesanku ke papa."

"Lo kira Om Jae Joon bakalan percaya?"

"Percaya, dia lagi sibuk soalnya. Aku pergi dulu, jaga diri baik-baik."

Edo berpamitan pergi usai tersenyum.

Pada cara berjalannya yang seolah tertatih itu, ada rasa marah yang Mira simpan dan akan dia sampaikan pada seseorang.

Orang yang paling bertanggungjawab atas keadaan Edo saat ini.

***

Continue Reading

You'll Also Like

319 55 8
[FOLLOW SEBELUM BACA] Kisah tentang Randy Putra Samuel sosok pria tampan ini adalah pemimpin geng motor yang cukup sadis. Dia memiliki sifat yang bad...
791K 29.1K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
1.3M 61.3K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
4.2K 1.1K 32
Sekumpulan geng motor yang punya pamor? Pasukan bad boy cap badak yang punya penggemar membludak? Bukan. Ini kisah tentang Perserikatan MaFiKiBi Soci...