Throw a dice

By Nitalya88

344 188 18

"Throw a dice" Berkisah dari Adryana Mira yang memiliki kekasih anggota geng sekolah. Adryana Mira yang kini... More

1. Adryana Mira
2. Naura Nevara
3. Lucia Nora
4. Helena Pricillya
5. Anggara Archambault
6. Neno Archambault
7. Marvin Allaire
8. Bryan Zaky Alvarobi
9. Marco Allaire
10. Edward Lee
11. Berantem
12. Kalah Jumlah
13. Harimau Betina
14. Taruhan
16. Kesepakatan
17. Keadaan Edo
18. Sisi Rentan
19. Baikan
20. Celah di Tunas Muda

15. Motor Rambo

11 5 0
By Nitalya88

.
.
.
.
.

Motor Rambo

.
.

Begitu seutas kain jatuh di jalan, dua motor ini langsung melaju kencang, membelah dinginnya malam dalam lajur jalan lurus.

Sorak merambat dari mulut ke mulut, mencoba mengimbangi suara dua motor yang saling beradu kecepatan.

Beberapa motor dan mobil menjadi rintangan yang menambah adrenalin dalam memacu kecepatan.

Suara motor Rere tak sempat mempengaruhi fokus Mira.

Gadis ini bahkan tak ambil pusing andai dalam tikungan depan, Rere berhasil mengambil kesempatan untuk membalikan keadaan dan menang.

Dalam keadaan seperti ini, kemenangan menjadi nomor dua usai berhasil fokus pada apa yang ada di depan mata supaya hal fatal bisa dihindari.

Setidaknya itulah yang pernah Anggara sampaikan sebagai pesan penting pada tiap kegiatan seperti ini.

Getar hape di saku jaket bagian dalam sempat menganggu Mira sejenak.

"Sorry, aku lagi sibuk, Gara."

Mira bermonolog, meyakini bahwa yang menelponnya berkali-kali saat ini adalah Anggara.

Entah kenapa tetiba saja Mira tak bisa gambarkan wajah pria itu dalam memori ingatannya saat ini.

Yang ada malah bayang wajah Edo saat pria itu masih kecil, waktu keduanya saling berjabat tangan di bandara sebelum Edo ke Korea.

Mira hanya menyipitkan mata, menampik apapun itu yang ada di pikirannya. Ini bukan suatu pertanda. Ini hanya sugesti dari ketakutannya saja.

Riuh suara menyambut bising motor Mira. Menggugah gadis ini untuk kembali fokus saat dalam beberapa detik di lajur lurus menjelang akhir ini, motor Rere berhasil menyalip motornya.

Mira menelan ludah alot begitu dia berhasil menambah kecepatan tanpa fokus ke keadaan.

Kemenangan di depan mata, meski keadaan motor mulai kehilangan kestabilan. Andai dibiarkan terlalu lama, pasti Mira kehilangan kendali.

Ketakutan merambat penuhi benak dan pikiran saat merasakan ban belakang mulai berulah.

Untuk sedetik, dalam napas ini Mira pejamkan mata andai malam ini menjadi malam tragis untuknya.

"Bertahanlah, Rambo!" geram Mira dengan mata penuh keyakinan.

Tapi, perhitungan keakuratan menyelamatkan Mira malam ini. Hanya butuh beberapa detik dalam ketidak stabilan, dan buahkan hasil yang sepadan.

"Stop, Rambo!" geram Mira pelan tertahan.

Akhir yang hampir tragis meski harus diakhiri dengan drama usai garis finish.

Motor Rambo ini oleng, hampir saja menelan korban. Tak hanya Mira, tapi para penonton yang berbaris di garis finish ini.

Ban belakang dalang semuanya. Andai lengan dan tangan ini bukan milik Mira, besar kemungkinan motor ini akan menelan banyak korban.

"Anjir lo! Lo mau pamer?" lantang Rere melihat kejadian itu, dan mengira sengaja dibuat-buat oleh Mira.

Tapi yang ada, suara yang semula teriak kompak, kini malah ganti bersorak untuk kemenangan dramatis ini.

Namun, Mira tak juga bisa mengukir senyum meski Rere mengumpat, membanting helm menendang motornya.

Wajah dingin Mira membeku dilautan sorakan kemenangan malam ini. Setelah melepas helm dia malah fokus pada hapenya.

Beberapa panggilan tak terjawab ini bukan dari Anggara, tapi dari Jeje. Mira memilih berkirim pesan daripada menelfon balik.

Mira hapal benar jika Jeje menelfonya berulang kali, itu berarti hal serius menyita perhatiannya.

"Ada apa?"

"Papa lo ke sana."

Mira kontan melebarkan mata, menegakan kepala dan segera berjalan ke arah Rere dengan cepat.

"Gue harus pergi! Gue harap, lo tepatin taruhan kita dan cabut dari Tunas Muda."

Rere diam, memandang ke beberapa sahabatnya. Dia tak punya suara untuk menyanggah, harga dirinya terlalu tinggi untuk digantikan dengan apapun itu.

"Gue akuin gue kalah dari lo. Dan gue bakal cabut minggu ini."

"Oke, gue pegang janji lo."

"Lo mau kemana? Masih ada yang mau maen lagi ntar. Ini masi pada nungguin Bobby."

Sebelum Mira menjawab, beberapa sorot lampu mobil membuatnya muak.

Gadis ini membuang muka malas, berdecak kesal dan mengumpat. Sedang wajah-wajah yang berada di tempat ini pada tegang, seolah takut rombongan polisi datang.

Bahkan beberapa diantara mereka sudah ada yang lari tunggang langgang bersama motor dan beberapa kawannya.

Satu persatu mereka pergi sebelum tiga rombongan mobil itu berhenti.

Tempat ini menyisakan beberapa kawan dekat Rere, orang suruhannya, juga Mira.

"Sorry ganggu waktu lo. Ntar lo hubungin mereka semua buat balik ke tempat ini lagi," ucap Mira menoleh ke arah Rere.

"Lo udah gila?"

"Percayalah, gue gila lo juga gila. Mereka orang suruhan bokap gue. Gak ada polisi di sini."

"Anjing lo."

"Gue kucing, bukan anjing," spontan Mira dengan decakan kesal sebelum kembali menoleh ke depan saat mobil itu matikan mesin.

"Gue nitip motornya Rambo, ntar biar dia yang ngambil ke sini."

"Jadi, lo tadi maen make motornya Rambo?"

"Motor gue masi di bengkel, Re. Dan lo maksa buat maen. Bukan salah gue, kan?"

"Brengsek lo!"

"Lo brengsek juga."

Mira tersenyum, berjalan mendekati ke arah mobil pertama yang mulai terlihat papanya keluar dari sana.

Setelahnya, dua mobil lainnya ikut keluarkan seluruh isinya. Mereka berpencar seolah mencari sesuatu. Ada beberapa yang berjalan di belakang papa Mira.

"Jangan ganggu mereka, Mira baru aja pamitan," ucap Mira sebelum Adrian membuka mulutnya.

Adrian terlihat melirik ke segala arah, seolah mencari seseorang. Lalu, dia meninggikan alis.

"Kemana dia?"

Mira tahu benar siapa yang Adrian maksud. Memang, malam ini Anggara tak bersamanya. Lelaki itu sibuk dengan teman-temannya sendiri.

"Gak ada. Jangan ganggu temen Mira di sini. Mira janji gak bakal ke sini lagi. Jadi tolong, jangan suruh polisi buat nangkep mereka."

Adrian masih meninggikan alis. Dia berpaling ke belakang, menyuruh tanpa suara, seolah hanya dengan tatapan Adrian saja para orang suruhan itu tahu maksud perintahnya.

Beberapa pria berpakaian serba hitam itu segera berpencar untuk mencari motor Mira.

"Mira gak ikut balapan. Mira cuman pamitan, Papa masi gak percaya? Motor ada di bengkel, kalo gak percaya kita ke bengkel sekarang."

"Oke." Adrian menjawab cepat, dingin dan tenang. Lantas dia melirik tajam pada Mira.

"Kita ke bengkel, baru papa percaya ucapanmu. Sekali lagi kakimu berada di sini, papa pastikan tempat ini akan dikunjungi polisi."

Begitu Adrian berbalik badan, semua orang suruhannya segera berlari menuju mobil. Sedang Mira segera mengekori langkah Adrian.

"Jeje gak ikut?"

"Dia ada tugas lain. Sudah Papa bilang, bocah brandalan itu bawa pengaruh buruk padamu, Mir," jawab dingin Adrian sebelum mobil ini melaju.

Mira membuang muka malas, memilih melihat lalu-lalang kendaraan lewat kaca jendela mobil ini. Dia selalu memilih diam, daripada berdebat dengan papanya.

Adrian memang begitu membenci Anggara.

***

Continue Reading

You'll Also Like

6.1M 262K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
181 50 8
CERITA PENDEK. ________________ Clara tumbuh menjadi seorang manusia yang penuh dengan cinta. Terlalu penuh hingga tak ada alasan untuk tidak memberi...
13.7K 1.1K 13
Ketika cinta tak lebih dari sekedar memeluk rasa. Jaehyun x Renjun Jeno x Renjun Jaehyun x Taeyong Bxb (Novel Remake)
1.1K 209 21
~cinta itu tak datang dari keterpaksaan, tapi dengan keterpaksaan bisa timbulnya cinta~ ~Alvero Xavier sanderson~ ~Serumit apapun masalah...