Throw a dice

By Nitalya88

344 188 18

"Throw a dice" Berkisah dari Adryana Mira yang memiliki kekasih anggota geng sekolah. Adryana Mira yang kini... More

2. Naura Nevara
3. Lucia Nora
4. Helena Pricillya
5. Anggara Archambault
6. Neno Archambault
7. Marvin Allaire
8. Bryan Zaky Alvarobi
9. Marco Allaire
10. Edward Lee
11. Berantem
12. Kalah Jumlah
13. Harimau Betina
14. Taruhan
15. Motor Rambo
16. Kesepakatan
17. Keadaan Edo
18. Sisi Rentan
19. Baikan
20. Celah di Tunas Muda

1. Adryana Mira

28 16 0
By Nitalya88

.
.
.
.
.

Adryana Mira
.
.

Nama yang segera menjadi populer dan menjadi topik pembicaraan hangat semenjak dia terlihat menggandeng remaja pria yang seangkatan dengannya.

Seolah pamer sejak hari pertama mereka resmi menjadi murid di Tunas Muda. Wajah tak terusiknya, seolah tak menerima kritikan atas hal itu.

Sepasang kekasih ini, berjalan santai. Tak terlihat romantis, meski berjalan beriringan menuju kelas masing-masing. Kelakuan mereka yang tanpa canggung, seolah mereka sudah lama menjadi bagian dari murid Tunas Muda.

Keduanya seolah tak perlu berperilaku baik dan ramah untuk mendapat teman. Tak perlu berperilaku aneh untuk mendapat perhatian dan terkenal.

Mereka, seolah pasangan yang benar-benar hidup untuk mereka sendiri tanpa pedulikan ocehan orang lain. Tak peduli orang lain akan menghina, bahkan membully nantinya.

Gadis berambut sepunggung yang dikuncir itu, berjalan terpisah dari kekasihnya. Dia melewati koridor sebelah kanan yang berseberangan dengan koridor menuju kelas kekasihnya.

Tanpa berkata, mereka berpisah arah begitu saja. Wajah cantik itu, seolah tak terusik meski melihat banyak pasang mata yang hanya tertuju padanya. Baik cewek maupun cowok, nyatanya mereka tak membuat wajah Mira berekspresi aneh.

Gadis bergaya tomboy ini, seolah sudah menjadi salah satu orang penting di SMA Tunas Muda, sejak saat itu.

Rambut panjangnya yang selalu terikat rapi dan menyisakan beberapa helai rambut samping kanan-kiri sebagai poni, bagai penyempurna untuk wajah cantiknya.

Tas hitam yang hanya selalu dirangkul di bahu sebelah kanan, jaket over size yang selalu hampir menutupi rok seragam sekolah, juga ditambah sepatu tali berbahan kanvas.

Sering kali orang lain salah menerka, bahwa wajah datarnya gambarkan bagaimana dingin dan sinisnya Mira dalam berkawan.

Bahkan, gaya bicaranya yang terkesan irit dan bernada dingin itu, langsung mampu membuat beberapa siswa merasa canggung untuk mendekatinya.

Meskipun begitu, seluruh apa yang melekat pada Mira, seolah terbantahkan begitu melihat wajahnya yang cantik natural.

Orang lain tak akan melihatnya sebagai gadis tomboy kalau hanya melihat bagaimana wajah cantik itu yang tertata seolah berlawanan dengan apa yang melekat padanya.

Dalam sekelebat, wajahnya seolah gambarkan sisi cantik yang anggun. Tapi begitu melihat keseluruhan dari Mira, gadis ini segera beralih menjadi gadis cantik berpenampilan tomboy.

Sesekali, aura dingin terpancar dari sorot matanya. Seolah temboknya terlalu tinggi untuk di dekati.

"Belagu amat. Sok cakep," gumam beberapa siswa yang duduk di depan kelas, sembari melihat Mira melewati koridor depan kelasnya.

Tiga siswa kelas dua yang mengikuti ekskul futsal ini kerap kali berjulukan Shin, Tae, dan Yong. Julukan yang diberikan para fans cewek mereka tahun lalu, saat mewakili pertandingan futsal antar sekolah.

Shin untuk si kidal pencetak gol terbanyak. Kapten futsal yang dipercaya membawa kemenangan di setiap pertandingan.

Tae, untuk si rambut kriting pemilik skil-skil hebat dalam mengolah bola, dan menghalau serangan lawan.

Yong, untuk remaja setinggi pembangkit listrik, dengan penyelamatan-penyelamatan berani. Yang tak jarang aksinya membuat gemuruh gedung menahan napas karenanya.

Kekompakan ketiganya, dianggap sebagai tombak keberhasilan tim futsal Tunas Muda.

"Emang cakep. Cewe dingin kayanya speknya beda." Pria berjulukan Yong membuka percakapan.

"Do'i udah punya gandengan, Yong." Shin menjawab usai berdecak kesal.

"Emang mereka kira lagi maen drama Galih dan Ratna, Shin?" Tae ikut bermuka malas melihat Mira yang baru saja lewat.

"Tae, gue denger, adeknya Albi sekolah di sini. Lo berdua udah hapal wajahnya yang mana?" Tae dan Yong kompak menggeleng menjawab pertanyaan Shin.

"Gue cuman denger nama panggilannya, doang. Nama aslinya gak ngerti." Yong menjawab usai tinggikan alis.

"Kalo itu mah, gue juga udah tahu. Sapa yang gak kenal Togo? Gue kepret juga lo." Shin mengangkat lengan setinggi kepala Yong, yang membuat Yong tertawa.

"Kita kerjain aja si cewe kulkas yang barusan lewat. Lo berdua setuju?" Tae menyikut pelan lengan Shin dengan senyuman dan sepasang alis yang dia tinggikan.

"Lo mau nyari masalah ama anak baru? Kalo sampe kita ketahuan Zac, abis lo di tangannya. Apalagi tu cewe udah punya gandengan." Shin sedikit berwajah serius.

"Lo berdua ikut gue, gak?" Tae segera berdiri.

"Kemana?" Yong spontan bertanya.

"Nyari tahu kelas tu cewek. Nyari tahu alamat rumahnya, nomor telpon, ato apa, kek." Tae segera melangkah lebih dulu.

"Gimana kalo kita taruhan? Diantara kita bertiga, yang bisa deketin do'i duluan, dia pemenangnya." Yong mulai berwajah nakal.

"Gue gak ikut. Lo berdua aja. Gue udah punya cewe, dan gak mau tambah ribet kalo ikutan lo berdua." Shin ikut berdiri, tapi dia enggan mengikuti kedua sahabatnya itu.

"Dasar laki takut sama cewe lo, Shin. Eh, taruhannya apa, nih, Yong?"

"Motor," cepat Yong menjawab Tae.

"Beneran, lo? Anjir, gue gas lah, kalo taruhannya motor modivan lo." Tae merangkul bahu Yong, dan kompak melangkah pergi meninggalkan Shin.

Dua pria kelas dua ini segera berjalan cepat mengikuti langkah Mira. Sedang yang satunya segera menyusul dua kawannya setelah membalas pesan singkat dari kekasihnya terlebih dahulu.

Ketiga remaja pria ini tetiba saja berhenti di ujung koridor. Setelah Tae yang tetiba saja berhenti, diikuti Yong yang menoleh bertanya pada Tae, dan Shin yang menubruk tubuh keduanya dari belakang.

"Mata kalo jalan dipake," spontan Tae memandang kesal Shin yang semula asik dalam dunianya sendiri untuk berbalas pesan.

"Emang lo kira mata gue bongkar-pasang kaya motor modivan?" Shin berkerut alis. "Lagian, rem lo mendadak, Tai," tambah Shin.

"Ngapain lo? Liat hantu? Kunti bogel? Kemasan saset? Abang Genderuwo? Abang Pocong? Atau ...."

"Stop, Yong," spontan Tae membuat Yong langsung diam. "Lo berdua tadi liat jaket yang dipake tu cewe gak?"

"Kayanya jaket biasa. Gak ada logo Garuda putihnya," jawab Yong dengan mata mencoba mengingat.

"Napa? Lo takut kalo do'i masi sodaranya lima pilar Garuda putih? Asli, lo berdua salah langkah kalo buat taruhan tu cewe." Shin tertawa mengejek.

"Sapa? Seinget gue Albi cuman punya satu adek namanya Togo. Zac anak tunggal. Cobalt kembarannya Kezo. Mereka gak punya sodara cewe, Pig." Yong menatap Shin serius.

"Sepupu?" Shin kembali tertawa.

"Gue kepret juga lo, Shin." Tae mengangkat lengan dan Shin terus tertawa. "Lama-lama gak jadi taruhan kita jadinya kalo dengerin ocehannya Pig." Tae kembali berjalan mendahului.

Tetiba saja dari arah jam dua, mereka melihat pria dari arah tempat parkir motor. Berjalan sendirian mengenakan hoodie hitam berlogo Garuda Putih.

Remaja itu berjalan cepat, sebelum berbelok ke arah koridor tempat kekasih Mira masih berjalan menuju kelasnya.

Pria berekspresi tegas itu, tak pernah terlihat akrab dengan orang lain. Apalagi menyapa lebih dulu, atau bahkan merangkul bahu lebih dulu.

Tapi apa yang dilihat oleh mata kepala Shin, Tae, dan Yong, membuat ketiganya segera hentikan langkahnya kompak. Saat Pria ber-hoodie hitam itu tetiba saja lebih dulu merangkul bahu kekasih Mira.

"Do'i siapa sebenernya?" Tae bermuka panik.

"Kapan lo make jaket lo?" tanya pria ber-hoodie hitam itu pada kekasih Mira.

"Lusa kayanya. Kezo, gimana keadaan lo? Tangan lo?"

"Sejak kapan seorang Togo jadi perhatian kaya gini ke gue? Lo takut gue hari ini gak bantuin lo?"

"Sejak kapan lo suka bercanda ke gue?" Kekasih Mira itu memukul lengan lawan bicaranya, tanpa canggung.

Hal ini, membuat Shin, Tae dan Yong kompak berbalik badan. Saling tatap sejenak sebelum berjalan.

"Dia Togo, adeknya Albi." Tae angkat bicara.

"Dan satu-satunya orang yang bisa bersikap biasa sama Kezo. Gosip tentang mereka, ternyata bener. Cuman Togo partner ajaibnya Kezo." Yong menatap lurus dua sahabatnya.

"Dan do'i, pacarnya cewe yang mau lo berdua jadiin taruhan." Shin berwajah serius.

Shin tertawa melihat wajah Yong dan Tae yang langsung bercampur antara panik dan kesal sebelum kembali berjalan dengan dengusan.

***

Continue Reading

You'll Also Like

319 55 8
[FOLLOW SEBELUM BACA] Kisah tentang Randy Putra Samuel sosok pria tampan ini adalah pemimpin geng motor yang cukup sadis. Dia memiliki sifat yang bad...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

838K 44.2K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
[1] hoop By nza

Fanfiction

4.6K 907 15
berawal dari aplikasi hoop yang di ter-install di handphone milik yoshi membuat dirinya bertemu dengan gadis yang aneh. Namun lama kelamaan yoshi sem...
22.3K 5.9K 53
Genre: Romance/Angst [FOLLOW AUTHOR YA SEBELUM MEMBACA] ────────────────────────────── "Konflik percintaan sepanjang masa." Ketika yang dicari ada di...