Selena's Second Life

By Lilie_written

569K 37.9K 790

menikah dengan duke Arviant adalah hal yang paling Selena syukuri sepanjang hidupnya, ia bahkan melakukan seg... More

00
kembali
aneh
berkunjung
obat penawar
hilang rasa
informasi yang salah
budak tidak tahu diri
berhasil
Inara
serangan
ibu mertua
pengacau
perpisahan?
Jelia menghilang
ketahuan
makan bersama ibu mertua
Feter
persiapan pesta
Jelia(?)
hari jadi Arviant
racun
racun 2
bimbang
melarikan diri
Diana pelakunya?
penghianat
Raja Denan sakit
kehilangan
khawatir
sahabat lama(?)
menyusul
ke pasar
kemarahan Alvaro
perselisihan
kejutan (?)
masalah
tawanan
penyiksaan
musuh dalam selimut?
kata maaf yang terlambat
harapan
kembali berseteru

wabah

19.8K 1.3K 9
By Lilie_written

Tiga hari berlalu, dan mereka sudah tiba di Fransem sejak siang tadi. Tubuh Selena rasanya ingin remuk karena selama tiga hari berturut-turut tidak tidur dengan benar.

Usai membersihkan diri, Selena mengobrol dengan ibu dan ayahnya yang berada di belakang kediaman.

Melihat kehadirannya, Vina dan Azer tersenyum hangat, menyambut putri mereka. Hati Selena menghangat melihat senyum itu, dan tanpa sadar ia menangis.

"Sayang? Kenapa kau menangis?" sang ibu menghampiri dan bertanya khawatir.

Selena menggeleng. "Tidak apa apa, aku hanya merindukan kalian."

Vina dan Azer terkekeh. "Kemarilah putri ku." Azer merentangkan tangannya bermaksud agar Selena memeluk nya. dan dengan senang hati Selena masuk kedalam dekapan hangat ayahnya.

"Putri kesayangan ayah.." Azer mencium puncuk kepalanya.

"Ibu juga ingin memeluk putri ibu!" Vina merajuk, sebab Selena terus menempeli Azer, padahal ia juga ingin memeluk putrinya.

Selena terkekeh lalu memeluk ibunya. "Ibu sangat merindukanmu sayang.." Vina menangkup pipinya.

"Bagaimana di sana? Apakah kau di perlakukan baik oleh suamimu?" tanya Vina. Sebab, selama dua bulan ini mereka sama sekali tidak mendapat kabar dari Selena, terakhir saat bulan pertama pernikahan, orang suruhan Vina dan Azer pasti rutin memberi kabar tentang putri nya. Tapi entah kenapa, setelah bulan kedua dan ketiga, orang suruhannya tidak lagi memberi kabar, entah apa alasannya. Terakhir hanya Aeri yang sesekali memberi kabar melalui surat tentang Selena yang baik baik saja. dan itu cukup membuat mereka sedikit lega.

Selena rasanya ingin berkata jika dia sama sekali tidak pernah mendapatkan perlakuan baik suaminya, tapi karena takut orang tuanya cemas, Selena memilih berbohong. "Tentu saja, bu. Aku sangat di manja oleh duke Arviant." Selena meringis, di manja? Menatap nya saja duke Arviant enggan.

Keduanya menghela nafas lega. "Syukurlah kalau begitu."

"Iya, oh ya aku seperti nya ingin berjalan jalan ke pasar, apakah boleh?"

"Bo—"

"Tidak!" ucapan Vina langsung di sela tegas oleh Azer.

"Kenapa?" tanya Vina heran.

Azer menghela nafas. "Sedang ada wabah, di Fransem, dan wabah itu sangat berbahaya."

"WABAH?!" Vina menutup mulutnya terkejut. "Aku baru tahu ada wabah...oh tuhan lindungi lah masyarakat Fransem."

Selena termenung, wabah? Ia ingat wabah ini, wabah yang menjangkiti nya di saat bulan ke 5 pernikahannya, saat itu, ia pergi ke Fransem untuk menemui orang tuanya. Tapi naasnya, Selena malah terjangkit oleh wabah itu.

Selena sampai tidak menghadiri pesta perayaan ulang tahun Arviant karena Demam tinggi. Dan arviant, dengan teganya mengasingkan dirinya di sebuah menara yang terletak jauh di belakang kediaman. Menara itu adalah gudang yang di pergunakan menyimpan makanan pokok.

"Apakah wabah itu sangat berbahaya?" tanya Vina cemas.

Azer mengangguk. "Ya, bahkan sudah lebih dari seratus orang meninggal karena wabah itu."

"Oh tuhan.."

Azer melirik selena yang hanya diam dengan tatapan kosong. "Selena, sebaiknya kau jangan kemana mana dulu. Ayah tidak mau kau terjangkit wabah berbahaya itu."

Kesadaran Selena tertarik ke dasar. Ia memandang ayahnya lamat lalu berujar. "Ayah, bisakah aku ikut melihat kondisi mereka yang terjangkit?"

Azer ingin menolak namun mendengar kalimat akhir putrinya, Azer dan Vina mematung.

"Aku tahu wabah apa yang sedang menjangkiti mereka, dan aku juga tahu obat penangkal dari wabah itu."

-

Penyakit menular yang gejalanya demam tinggi, batuk berkepanjangan dan hilang nya indra penciuman. Jika di biarkan, penyakit itu akan terus menggerogoti si terjangkit, dan berakibat fatal.

Obat dari penangkal penyakit itu sendiri adalah, daun daunan, di antaranya, daun jeruk purut, daun sirsak, daun sirih dan daun jahe.

Selena mengamati mereka yang terjangkit, terbaring lemah dan tak berdaya. Persis seperti apa yang ia rasakan dulu. Penyakit ini terbilang cukup mudah menjangkiti siapa saja, apalagi yang kekebalan tubuhnya rendah.

Penyakit itu di sebabkan oleh udara kotor, kehidupan tidak bersih, makanan yang tidak sehat dan yang paling penting kurang meminum air mineral.

Penyebaran dari penyakit itu sendiri melalui udara. Jadi, Selena, ayahnya dan pengawal yang menjaga menggunakan selendang untuk menutupi wajah mereka, dan menggunakan pakaian tertutup.

"Sebenarnya penyakit apa yang menjangkiti mereka?" tanya Azer pada Selena.

"Penyakit menular, kita butuh obat segera, ayah. Dan aku membutuhkan beberapa para ahli medis untuk membantuku meracik obat itu."

Azer mengangguk, lalu menyuruh salah satu pengawal di sana untuk memanggil ahli medis ternama di negeri ini, kebetulan, ia bertugas meneliti wabah tersebut dan mencari penangkalnya.

Tidak berselang lama, seorang pria dewasa berambut blonde menghampiri. Pria itu menjabat tangan Azer, "senang bisa bertemu dengan anda, Duke Vernant."

Cleo Ardennes—menoleh ke arah Selena, ingin menyapa namun tak tahu nama gadis itu.

Azer yang paham akan kebingungan Cleo terkekeh, "Dia putri ku, Cleo. Namanya Selena."

Tangan Cleo terulur untuk menjabat tangan Selena, dan Selena membalas jabatan tangan itu. "Senang bertemu anda lady Vernant." Cleo tersenyum hingga matanya berbentuk bulan sabit. Tampan dan manis, mungkin begitulah julukan orang orang terhadap pria matang di hadapannya. Selena hanya tersenyum formal.

Azer  mengajak mereka ke sebuah tenda untuk mengobrol. "Jadi, ada apa anda memanggil saya, Duke?"

"Bukan saya, tapi putriku yang memiliki urusan denganmu."

"Urusan?" Cleo bingung, sebab ia merasa tak pernah bertemu Selena, dan baru kali ini. Jadi, urusan apa yang gadis itu maksud?

"Saya membutuhkan bantuan anda untuk meracik obat penangkal wabah itu." terang Selena.

Cleo semakin bingung. "Obat? Apakah anda sudah mengetahui wabah apa itu, lady? Saya bahkan masih berusaha mencari tahu penyebab penyakit itu, begitupun penangkalnya."

Selena mengangguk mantap. "Tahu, penyakit itu di sebabkan oleh udara kotor, hidup yang tidak bersih, asupan yang tidak bernutrisi dan tidak sehat, serta kurangnya meminum air mineral hingga menyebabkan dehidrasi."

Cleo tercengang. "Anda tahu dari mana, lady?"

"Saya pernah meng— maksudku, saya pernah ke suatu tempat, dan ada anak kecil yang memiliki penyakit yang sama. Dan ahli medis di sana mengatakan jika penangkal dari penyakit itu adalah, daun jeruk purut, daun jahe, daun sirih, dan daun sirsak. Jadi, saya membutuhkan anda untuk meracik obatnya." Selena menghela nafas. Hampir saja ia keceplosan.

"Baiklah kalau begitu, besok pagi anda bisa kemari, saya akan menyiapkan segala sesuatu yang di perlukan."

Mereka bangkit, lalu Cleo tersenyum menjabat kembali tangan Azer dan Selena. "Terimakasih duke, dan lady Selena, saya sangat terbantu dengan kehadiran kalian. Sekali lagi Terimakasih." tulus Cleo mengucapkannya.

"Sama sama, Cleo. Sudah menjadi tugas kita sebagai manusia untuk saling membantu."

-

Arviant menghela nafas, kondisi desa amerley sangat jauh dari kata baik baik saja. Tanah tandus bahkan pecah pecah.
Tanaman tidak tumbuh dengan semestinya, dan banyak yang mati.

Arviant tengah sibuk memikirkan, bagaimana caranya menghentikan situasi buruk ini. Jika terus melakukan penyulingan maka desa Amerley bisa hancur.

raja Denan sendiri memutuskan untuk memberhentikan pertambangan. Karena akan sangat fatal akibatnya jika terus di lanjutkan.

Dan untuk memperbaiki desa Amerley yang di 'ambang' kehancuran, Arviant berinisiatif untuk melakukan gerakan tanam pohon bersama. Tujuannya adalah memperbaiki tanah yang tandus akibat kekeringan.

Di saat sedang sibuk memperhatikan orang orang yang sedang menanam pohon, Arviant tiba-tiba mendapat kabar dari prajurit yang sengaja ia kirim sebagai pengawal Selena.

"Katakan."

"Duke, Duchess Selena mengalami demam sehabis keluar dari kediaman Vernant siang tadi."

"Lalu?"

Prajurit itu tercengang melihat respon tuannya. "Apakah anda tidak khwatir dengan kondisi Duchess?"

"Tidak. Mau dia mati sekalipun aku tidak perduli. Lagipula, itu kesalahannya yang telah melanggar perintah ku."

-

Pedasnya mulut duke satu ini:)

Jangan lupa vote 💛

Continue Reading

You'll Also Like

11.6K 970 64
Azalea Kathleen. Seorang desainer muda yang mengalami roda mundur kehidupan. Karirnya sebagai desainer fashion sekaligus model mendorong dirinya bisa...
1.2M 104K 51
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
61.7K 13.6K 17
Lembayung Rinai Kayana. Wanita itu tidak menyangka bahwa hidupnya dalam sekejap hancur berkeping-keping setelah mengetahui fakta menyakitkan tentang...
13.8K 1.3K 34
Seorang gadis pemilik eye smile yang begitu cantik merasa hidupnya akhir-akhir ini selalu dirundung kemalangan. Di khianati oleh sang kekasih saat me...