Bayi Milik Suami Duda

By Di_evil

445K 21.7K 569

[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Tarima Sarasvati kira akan mudah baginya menjadi istri bay... More

BAB 01
BAB 02
BAB 03
BAB 05
BAB 06
BAB 07
BAB 08
BAB 09
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30 END
Part Spesial : Bulan Madu
Part Spesial : Akhirnya Ngidam
Part Spesial : Tiga Pria Matang
Part Spesial : Manjanya Pak Suami
Part Spesial : Kasmaran?
Part Spesial : Kecemasan Calon Ayah

BAB 04

18.6K 785 11
By Di_evil

Tepat setelah membuka mata, Tarima lekas saja mengambil ponsel yang diletakkan di nakas. Hendak mengecek waktu.

"Sudah jam sepuluh?" Tarima melontarkan kalimat seraya bangun dari kasurnya.

"Pasti dia datang lagi," gumam Tarima seraya mempercepat langkah kaki keluar kamar.

Tempat ditujunya adalah jendela dekat pintu rumah. Di sana, ia akan dapat memantau mobil yang selalu mengawasi kediamannya.

"Penguntit menyebalkan!" Tarima pun berseru kesal selepas melihat ada kendaraan roda empat terparkir di depan gerbangnya.

Sudah satu bulan lebih, pola selalu sama.

Setiap malam, akan ada orang suruhan sang suami kontrak mengawasinya. Entah apakah tujuan pria itu, ia sama sekali tak tahu.

Dan mumpung malam ini, Sadha sendiri yang datang, maka kesempatan bagus untuknya bertanya pada sang suami kontrak.

Sebenarnya, Tarima tak menyangka jika pria itu akan berani mendatangi rumahnya, pasca ia meminta untuk berpisah sebulan lalu.

Sampai hari ini, belum ada pemanggilan dari pengadilan atas sidang perceraian. Padahal, Tarima sudah sangat menanti-nanti.

Dengan langkah mantap, ia keluar rumah.

Dikiranya, Sadha akan tetap bersembunyi di dalam mobil, namun pria itu mendekat ke arahnya yang masih di beranda depan.

Mereka akhirnya saling berhadap-hadapan pada titik temu dekat pagar rumahnya.

"Penguntit menyebalkan!" Tarima pun kembali menyerukan apa yang tadi telah dikatakannya agar didengar langsung oleh Sadha.

"Berhentilah menguntit!"

"Aku nggak tahu tujuan Mas menyuruh orang bergantian menguntitku di sepanjang hari, tapi berhentilah melakukannya."

"Aku nggak mau privasiku diganggu."

"Dan silakan, Mas pulang sekarang. Jangan pernah datang ke rumahku lagi."

Bicara beberapa potong kalimat dengan rasa kesal memuncak saja, sudah membuat napas Tarima menderu dan tidak beraturan.

Amarah akan pengintaian yang didapatkan sejak tiga minggu lalu, terlalu menggunung karena baru bisa dilampiaskan hari ini.

"Pulanglah Mas." Tarima mengusir kembali tanpa ingin menyahuti pertanyaan Sadha.

"Kamu harus ikut pulang bersama saya."

"Pulang? Ini rumahku. Dan aku tidak akan pergi ke mana-mana," sahut Tarima tegas.

"Selama kamu masih menjadi istri saya, kamu harus pulang ke rumah saya, Tari."

Tarima berdecak sinis.

"Bukannya sejak kita menikah, kita ini nggak pernah tinggal bersama? Mas di apartemen dan aku tinggal sendirian di rumah Mas."

"Mas cuma datang kalau aku minta. Itu pun tidur bareng untuk bikin anak yang pada akhirnya nggak bisa Mas akui."

Setelah beberapa menit disaksikan ekspresi sang suami kontrak datar-datar saja. Kali ini, tatapannya mulai menusuk dan tajam.

Rahang wajah pun mengeras.

"Ikut dengan saya pulang, Tari."

"Aku nggak mau!" Tarima berseru jengkel seraya menghempas tangannya yang ingin diraih oleh Sadha Putra Panca.

"Media akan menyoroti kita yang tidak tinggal satu rumah. Saya tidak mau ada skandal."

"Akan memengaruhi kredibilitas saya juga di partai, jika ada berita yang buruk."

"Bagaimana kalau aku cerita ke media, soal bayi yang aku kandung bukan bayi Mas?"

"Pasti akan sangat heboh." Tarima tak bisa lagi berkompromi akan rasa jengkel pada sosok suami kontraknya.

"Jangan mencari masalah, Tari."

Tarima memutuskan diam. Tersadar tiba-tiba perdebatan dengan Sadha tak akan dapat menghasilkan akhir yang baik bagi mereka.

Termasuk permintaan maaf ingin didengar dari pria itu karena tuduhan padanya. Akan tetapi, seperti sulit akan didapatkan sekarang.

"Tolong pulanglah dengan saya."

Tarima menggeleng segera. "Aku nggak mau, Mas. Aku akan tetap di sini."

"Lagi pula, aku sudah minta Mas menceraikan aku, tapi kenapa belum dilakukan?"

"Saya tidak akan menceraikanmu, Tari."

"Pulanglah bersama saya."

"Untuk apa aku ke rumah, Mas?" Tarima pun meninggikan suara karena amarah tersulut lagi oleh perintah dari suami kontraknya.

"Kita bercerai saja."

"Aku yang akan gugat ke pengadilan." Tarima dengan mantap mengutarakan niatan.

"Tidak bisa, Tari. Orangtua saya akan marah."

"Mereka menyayangimu sebagai menantu mereka. Orangtua saya juga menunggu bayi yang kamu kandung sebagai cucu mereka."

"Aku akan bilang bayiku bukan darah daging Mas."

"Tidak bisa, Tari."

"Saya butuh bayi itu untuk memenuhi ekspektasi orangtua saya memiliki cucu, walau tidak anak saya."

Tarima ingin sekali menampar suami kontraknya.

Kata-kata pria itu terlalu menyakitkan, apalagi jika sudah menyinggung tentang janin yang ada di rahimnya.

Namun, melampiaskan emosi dengan marah-marah, hanya akan berakhir tanpa hasil memuaskan hatinya.

Yang diinginkan adalah permintaan maaf Sadha secara tulus. Dan harus didapatkan bagaimana pun caranya.

Lalu, tiba-tiba muncul ide licik di benaknya.

Akan cukup menarik jika direalisasikan dan melihat sang suami kontrak bertekuk lutut padanya.

"Mas Sadha ingin aku pulang?"

"Aku punya syarat." Tarima langsung menjawab, setelah melihat suami kontraknya mengangguk kecil.

Kian mantap menjalankan rencana terselubungnya..

"Syarat apa yang kamu minta?"

"Cintai aku, Mas."

"Lebih mudah untuk Mas nggak suka denganku, dibanding Mas mencintaiku, 'kan?"

"Kalau Mas sudah bisa mencintaiku, akan aku ikut pulang bersama Mas."

"Jika Mas nggak bisa mencintaiku dalam waktu tiga bulan, kita berpisah saja. Bayi yang aku kandung akan sepenuhnya tanggung jawabku."

Tarima menantang Sadha. Amat yakin pria itu tak akan pernah bisa memberikan hati untuknya.

Tentu nanti, Sadha akan menyerah dan mengabulkan permintaannya untuk bercerai.

"Sekarang Mas lebih baik pulang dan pikirkan matang-matang permintaanku."

Tarima mendorong Sadha agar meninggalkan segera rumahnya, tapi pria itu tak bergerak barang sedikit pun. Berdiri mematung begitu kaku.

"Pulang sekarang." Akhirnya ia harus bersuara.

Perintahnya tak segera dilakukan. Dan entah mengapa dapat menyulut amarah dengan cepat di dalam dirinya.

Dan sang suami kontrak tak kunjung berikan respons atas apa maunya.

"Aku bilang pulang!" Volume dinaikkan.

"Pulang, Mas." Tarima mengulang kembali. Nadanya kian dingin dengan segenap rasa jengkel yang membakar dadanya.

"Saya tahu kamu marah pada saya, Tari."

"Tunjukkan saja kemarahan kamu itu."

Kali ini, mata basah Tarima tertuju penuh ke netra Sadha. Memandang pria itu tajam dan tak akan menunjukkan amarahnya.

Plak!

Plak!

Tamparan bertubi dilayangkan Tarima tepat di pipi kiri suami kontraknya. Sudah sejak satu bulan lalu, ia tahan menunjukkan amarah.

Sadha bergeming dilihatnya. Walau mata pria itu mulai berkobar oleh rasa marah. Tentu tak bisa terima dengan apa dilakukannya.

"Itu pantas untuk mulut jahatmu yang nggak mau mengakui anakmu sendiri, Mas."

Tarima siap menghadapi reaksi balik dari sang suami kontrak dalam bentuk apa pun.

Sepertinya pertengkaran mereka akan pecah.

"Apa saya harus minta maaf?"

Tarima langsung berdecak. Sangat tak suka dengan cara bicara suami kontraknya. Begitu dingin dan tak terlihat merasa bersalah.

Ya, tamparan tadi mustahil seketika membuat Sadha sadar akan tuduhan padanya.

"Ulurkan tangan kananmu, Mas."

Kurang dari semenit, pria itu menjulurkan tangan seperti yang dirinya perintahkan.

Segera diraih dan dibawa ke perutnya.

"Selain Mas akan mencintaiku ...."

"Dua bulan kedepan, aku akan buat Mas begitu menyayangi calon bayi yang Mas nggak mau akui." Tarima bertekad kuat.

Tangan Sadha segera dihempas kasar, pasca seperkian detik digunakan menekan perutnya.

"Lalu, Mas akan kehilangan anak Mas itu."

...................

Continue Reading

You'll Also Like

918K 31.4K 31
Hamil tapi masih Virgin? Bagaimana bisa? Itulah suatu peristiwa langka yang tengah di alami oleh seorang gadis bernama Shiena. Umurnya masih 21 tahun...
549K 35.8K 64
Natasha seorang wanita dingin yang sudah pernah patah hati, hingga dia didesak oleh keluarganya untuk menikah sebab orang tuanya yang sudah sakit-sak...
136K 8.7K 24
Ari (27) begitu penasaran dengan salah satu fans yang baru saja meminta fotonya. Ia merasa jika gadis gendut itu bukanlah gadis centil yang biasa ia...
SCH2 By xwayyyy

General Fiction

79.7K 13.1K 38
hanya fiksi! baca aja kalo mau