KEPASTIAN DENGAN GUS

By aleyanakarim

369K 16.2K 981

Azizan dingin dan Alzena cuek. Azizan pintar dan Alzena lemot. Azizan ganteng dan Alzena cantik. Azizan lahir... More

1) Pertemuan
2) Lamaran
3) Terlalu Cepat
4) Percaya Diri
5) Ikatan Suci
6) Janji
7) Istimewa
8) Pelabuhan Terakhir
9) Hancur
10) Sebelum Shubuh
11) Utuh
12) Mencintai Manusia
13) Memaafkan
14) Terlambat
15) Laksana Mutiara
16) Menghabiskan Waktu
17) Hadiah
18) Zona Nyaman
19) Belajar Agama
20) Manusia Terindah
21) Pusat Hiburan
22) Kapal Tak Berlayar
23) Pegangan Erat
24) Empat Perkara
25) Kucing
26) Penghujung Minggu
27) Dalam Keheningan
28) Rahmat Bagi Seluruh Alam
29) Kota Tarim
30) Mengudara Bersama Waktu
31) Separuh Jiwa
32) Sejarah Palestina
33) Warisan Akhlak
34) Perjalan Hijrah
35) Pecahan
37) Terlalu Cantik
38) Dimuliakan Allah
39) Dini Hari
40) Lelaki Dayyuts
41) Dialog Sebelum Shubuh
42) Rezeki Terindah
43) Penentu Kebahagiaan
44) Perjuangan Kesetaraan
45) Tanda Istiqomah
46) Turun Dari Surga
47) Kemuliaan Lelaki Dan Wanita
48) Godaan Setan
49) Lelucon Aneh
50) Sholat Itu Sebentar
51) Saksi Bisu
52) Sensasi Senja
53) Lembayung Senja
54) Ujian
55) Namanya Juga Belajar
56) Beragama Dengan Jujur
57) Langit Tak Biru
58) Jangan Sedih
59) Pria Terbaik Di Dunia
60) Samar-samar
61) Cinta Dalam Diam
62) Hati-hati Dalam Menaruh Hati
63) Setetes Kecil
64) Tertata
65) Hagia Sophia
66) Jalan Pulang
67) Mendung
68) Seusai Hujan
69) Suka Bintang
70) Tidur

36) Mulai Membaik

1.7K 87 6
By aleyanakarim

"Kamu pasti bisa melakukan ini." Jika senior lain meragukan kemampuannya berbeda dengan Azizan dia mendukung Finn dengan tekad yang kuat. Mereka semua sudah memakai seragam scrub.

"Bisa insyaAllah. Pada semester terakhir di kelas keterampilan klinis ini pernah dibahas," balas Finn penuh percaya diri.

"Jika melakukan gerakan yang salah, maka nyawanya akan terancam," terang Azizan dengan pandangan yang serius.

"Pasang kompresnya, Jamal," pinta Azizan suaranya memenuhi ruangan.

"Ya." Jamal tetap membantu walaupun enggan.

"Mari mulai," kata Finn tampak tak sabar.

"Tolong bawakan probe," titah Azizan sorot matanya berusaha fokus.

*Probe adalah perangkat atau alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran, pengamatan, atau pengambilan sampel dalam berbagai bidang, termasuk kedokteran, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

"Kawat," ujar Azizan masih memimpin.

Azizan mengambilnya dari Finn. "Pisau."

"Pinset." Lalu Azizan membuka sebelah tangannya.

"Dilator," kata Azizan diikuti nada rendah.

*Dilator adalah alat atau benda yang digunakan untuk melebarkan atau memperluas suatu saluran atau pembuluh tubuh.

"Kawat 12 cm."

"Kawat 24 cm."

"Tutup."

"Selang."

"Ambil kawatnya."

"Ikat."

"Potong."

"Putar sekarang." Akhirnya Azizan menghela nafas lega saat melihat darah mengalir.

Kemudian Azizan tersenyum berharap pasien bisa bertahan sampai akhir.

Setelah beberapa lama Azizan telah mengganti pakaiannya segerombolan anggota geng motor hadir di sana. Mereka menyambut Azizan. Kemudia ia menemui pasiennya yang sudah sadarkan diri.

"Terimakasih Dokter telah menyelamatkan ketua kami," ucapnya merasa lega.

"Makasih udah nyelamatin nyawa saya. Dokter, mau apa? Bakal saya turuti."

"Tidak perlu, Kevan. Saya hanya perantara Allah yang menyelamatkan."

"Enggak nerima penolakan, Dokter."

Azizan tampak menimang-nimang pikirannya. Untuk hal materi Azizan merasa cukup. " Ya sudah. Sebenarnya saya tidak butuh imbalan tapi jika berkenan saya ingin kalian ikut majelis ilmu ya, kita belajar bareng!"

"Majelis ilmu itu apa?" Seseorang bertanya ingin tahu lebih lanjut.

"Khusus untuk muslim dan muslimah membahas ilmu agama lebih dalam," timpal Azizan dengan senyuman.

"Baiklah, kami mau," putus Kevan tanpa berpikir panjang.

***

Meskipun Azizan merasa bersalah dan terus meminta maaf, Alzena tampak masih berusaha memproses informasi yang baru saja diterimanya.

Beberapa hari kemudian, Alzena masih belum memberikan kepastian apapun pada Azizan mengenai keputusannya. Hubungan mereka seakan berada di ujung tanduk dan Azizan merasa semakin takut kehilangan Alzena.

Suatu malam, Alzena memutuskan untuk menelepon Azizan dan bertemu dengan dia di suatu tempat. Azizan merasa senang mendapat kesempatan untuk berbicara dengan Alzena dan meminta maaf satu lagi kalimat.

Namun, ketika Alzena akhirnya tiba di tempat yang telah disepakati, Azizan terkejut melihat cara Alzena menyimpan jarak dan bagaimana wajahnya tampak begitu serius. Azizan tahu bahwa ada yang salah dan merasa sedikit gugup.

"Kamu baik-baik aja?" tanya Azizan dengan suara bergetar.

Alzena melihat langsung mata Azizan. "Aku kira dari awal aku udah bilang tegas pentingnya bicara dan bikin keputusan bersama. Tapi, kamu udah sembunyi-sembunyi soal hal ini dari aku. Aku emang suka kamu, tapi kepercayaan aku sama kamu rusak karena keputusan kamu bagi aku uang 1 miliar itu bukan uang kecil," ucap Alzena dengan suara yang jelas.

Azizan merasakan hatinya berat sekaligus merasa menyesal atas kelalaiannya. Dia merasa sangat kehilangan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya untuk memperbaiki hubungan dengan Alzena.

"Kamu tau aku cinta kamu dan berulang kali minta maaf soal kesalahan aku. Tolong kasih aku kesempatan baut perbaiki kesalahan yang pernah aku lakuin ya?" ucap Azizan dengan nada yang tulus.

Alzena memandang wajahnya yang penuh rasa penyesalan itu. Memang benar Alzena masih mencintai Azizan tetapi ia tidak bisa abai dengan ketidakpercayaannya. Dia ingin percaya pada Azizan namun kedamaian batinnya kurang anggun sejak rahasia ini diungkapkan.

"Aku masih cinta kamu dan enggak mau biarin keputusan kita saat ini perlahan-lahan merusak hubungan kita. Tapi kamu harus buktiin kalau kamu benar-benar nyesel dan bertekad buat perbaiki keadaan," ucap Alzena dengan cara kalem dan tegas.

Azizan berjanji akan membuktikan janjinya dan bekerja keras untuk memperbaiki keadaan. Walau rasa khawatir dan rasa tidak percaya dari Alzena masih terasa, tapi Azizan berjanji akan membuatnya kembali percaya padanya.

Alzena mengangguk setuju, namun tatapannya masih serius dan jarak antara mereka tetap terjaga. Azizan berusaha menyentuh tangan Alzena, tapi Alzena mengalihkannya.

Setidaknya sekarang hubungan mereka mulai membaik.

"Mari kita bicarain rencana kamu untuk perbaiki hubungan kita," ujar Alzena.

Dalam hati, Azizan merasakan beratnya tanggung jawab yang harus ia pikul untuk memperbaiki hubungannya dengan Alzena. Apa yang harus ia lakukan untuk membuktikan janjinya? Bagaimana ia bisa membuat Alzena kembali percaya padanya sepenuhnya?

***

"Kamu udah makan siang belum?" tanya Fira yang sedang sibuk menyiapkan makan siang di dapur.

"Udah, aku makan saat istirahat kerja tadi," jawab Hikam sambil merapatkan dirinya ke Fira.

"Tapi sepertinya Tahlil, kucing kita, belum makan nih. Kamu pastiin dia makan ya?" pinta Fira sambil mengecup pipi Hikam.

Hikam mengangguk. "Oke, aku mau beri makanan buat Tahlil," kata Hikam.

Seketika itu juga Fira meleleh melihat ekspresi manis suaminya sambil memeluk Hikam.

Namun tidak disadari Tahlil, kucing mereka, keluar dari bawah meja dapur dan langsung menerkam kaki Hikam. Hikam berteriak kesakitan dan berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Tahlil.

Melihat situasi yang lucu, Fira langsung tertawa terbahak-bahak. "Maafin Tahlil, dia enggak pernah suka lihat kamu deket-deket sama aku!"

***

Di tengah kesunyian mihrab atau tempat ibadah di rumahnya yang teduh, Alzena tengah asik menekuni muroja'ah dalam kesendirian. Ia merasa kedamaian ketika membaca ayat-ayat suci, menelaah makna di balik setiap potongan hikmah yang menjadi panduan hidupnya.

*Muroja'ah adalah mengulang hafalan.

"Wa zaitụnaw wa nakhlā," ucap Alzena sambil memenjamkan matanya.

"Wa ḥadā'iqa gulbā," lanjut Alzena berusaha mengingat hafalannya yang tidak ingin hilang untuk kesekian kalinya.

"Wa fākihataw wa, wa fākihataw wa⎯" Alzena lupa dengan lanjutan ayatnya.

"Wa fākihataw wa abbā." Suara Azizan terdengar, sang suami yang penyayang, mendekatinya secara perlahan dan melanjutkan ayat yang Alzena lupa. Ia ingin memberikan kejutan agar Alzena tak merasa sendirian menempuh perjalanan ini.

"Mataaal lakum wali an 'aamikum," lanjut Alzena mengingat ayatnya lagi.

"Mataa'al lakum wali an 'aamikum. Mataa'al pakai 'ain bukan alif kalau ucapannya salah beda arti, Sayang. Coba ulang!" Azizan mengeroksinya.

Sekejap Alzena mengatur napasnya.

Tetapi masih saja bacaan Alzena salah.

"Ulang lagi kalau masih salah aku cium."

"Enggak usah modus ya!"

Tak disangka, Azizan mengelilingi tubuh Alzena dari belakang, memeluk dan bersentuhan dengan tangan Alzena. Gemerlap kasih di matanya seolah menabur berkah bagi bahtera rumah tangga mereka.

"Eh, kok iseng?! Wudhu aku terenggut. Harus wudhu lagi ini!" ucap Alzena sambil menoleh. Raut kekecewaan melukis wajahnya, mengecewakan langkah yang tak terduga.

Azizan tersenyum manis, namun penuh penyesalan. "Maaf, ya, Sayang. Ayo, kita wudhu dan muroja'ah bareng. Kita,'kan satu jiwa yang berpadu dalam keagungan Tuhan yang Maha Esa."

Lemah banget jantung aku, gini aja udah disko bisa-bisa langsung luluh.

Tak lama kemudian, Azizan berwudhu dan kembali mendampingi Alzena. Lantas, beriringan mereka muroja'ah, memadukan suara dalam keharmonisan yang suci, saling melengkapi dan menguatkan dalam ibadah bersama. Suara mereka mengalun menembus sekat hati, meresapi amarah, dan menyibak kegelapan yang sebelumnya merasuki.

Tatkala muroja'ah usai mereka yang sudah bergantian mendengarkan dan memperhatikan bacaan satu sama lain, Alzena memandang Azizan dengan tatapan syukur. "Makasih," ucap Alzena. "Selalu nemenin tiap langkah aku."

Azizan membalas senyuman Alzena. "Itu janji seorang suami. Ibadah bersama sampai bahagia dunia dan akhirat."

Merekapun saling tersenyum, tahu bahwa keyakinan mereka memadukan mereka dalam cinta yang abadi. Ibarat untaian mutiara, keikhlasan hati mereka menyinari kesejatian hidup, bersaksi akan kesetiaan yang mereka jalin bersama.

Karena pada akhirnya, melalui muroja'ah bersama inilah Alzena dan Azizan menyempurnakan setengah agama masing-masing. Dalam cahaya keimanan dan cinta yang bersinar, mereka menapak kehidupan berdua, mengarungi lautan kehidupan menuju dermaga kebahagiaan yang hakiki, bersama dalam sujud dan dalam kebahagiaan di dunia serta akhirat.

***

Ketika Alzam sedang berjalan-jalan di tengah-tengah dengan menggunakan sarung dan baju koko. Sementara berjalan, Alzam melihat sekelompok pohon besar dan menjulang, lalu tanpa pikir panjang ia memeluk pohon terbesar yang paling dekat.

"Oh, pohon besar dan kokoh ini jadi pelukan yang nyaman, aku rasa dekat dengannya," kata Alzam sambil memeluk erat pohon tersebut. "Gimana kabarmu hari ini, Sayang?" tambahnya.

Tiba-tiba, seorang pemandu wisata dari Dinas Kehutanan yang membawa rombongan wisatawan lewat di sekitar hutan melihat Alzam memeluk pohon di dalam hutan.

"Maaf, apa kamu baik-baik aja?" tanya sang pemandu wisata.

"Oh ya, enggak apa-apa kok. Ini sedang latih cinta kasih ke alam," jawab Alzam sambil tersenyum.

Namun, sang pemandu wisata merasa ada yang aneh dan langsung membawa sekelompok wisatawan menuju ke arah Alzam. Wisatawan terkejut melihat Alzam memeluk erat pohon dan berbicara dengan pohon tersebut.

Semua wisatawan tertawa melihat Alzam yang eksentrik. Tapi menghentikan tawanya saat Alzam menyuarakan lagi suaranya.

"Sebenarnya ada rasa iri sama pohon, mereka selalu puji Allah. Sedangkan kita? Pohon juga beri keteduhan saat matahari sedang panas-panasnya, walau tetap ada manusia yang menebang sembarangan. Masa kita sebagai manusia enggak bisa berbuat baik pada orang lain walau disakiti?" telak Alzam membuat mereka bungkam.

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun. (Qs. Al-Isra ayat 44)

***

"Jangan lupa baca doa ini ya, allahhumma faqqihni fid din wa'alimni at ta'wil," pesan Azizan saat mengantarkan Alzena di depan masjid untuk mengikuti kajian khusus muslimah.

"Biar apa?" tanya Alzena dengan rasa ingin tahu.

"Itu doa Nabi kepada Ibnu Abbas agar diberi kemampuan untuk mengingat dan memahami sesuatu dengan mudah, bahkan jika itu rumit bagi orang lain. Doa ini bermanfaat dalam proses belajar biar faham hal-hal yang kompleks, aku suka ngebiasain ini dan baru ingat belum ngasih tau kamu," balas Azizan dengan pandangan yang teduh.

Alzena tersenyum, merasa beruntung memiliki suami yang selalu peduli dan ingin berbagi ilmu dengannya. "Makasih, insyaAllah aku mau hafal dan baca doanya. Semoga bermanfaat," ungkap Alzena

Azizan mengangguk, lalu mengecup kening Alzena lirih, "Aamiin. Selamat ikuti kajian, semoga apa yang didapat jadi bekal kita nantinya."

"Aamiin. Tolong kirim juga teks arabnya biar bacaan aku enggak salah sama yang kamu bilang itu kalau pengucapannya salah jadinya beda arti," kata Alzena.

Begitu juga dengan tulisan Arab ke dalam bahasa Indonesia lainnya seperti insyaAllah, masyaAllah dan lain-lain yang banyak dipermasalahkan kalau ditulis dalam bentuk bahasa Indonesia seperti mashaAllah, inshaAllah atau lain-lain itu enggak masalah mau ditulis bagaimana pun yang penting pengucapannya tidak salah.

Setelah berpamitan, lalu Alzena memasuki masjid untuk mengikuti kajian khusus muslimah. Azizan pun melanjutkan aktivitasnya di luar yaitu kembali ke pesantren.

Setelah kajian selesai, Alzena keluar dari masjid dengan wajah berseri-seri, seakan-akan kebahagiaan dan pengetahuan baru memancar dari wajahnya. Azizan sudah menjemputnya dan melihat istrinya itu, lalu tersenyum lega melihat kebahagiaan Alzena.

"Gimana kajiannya?" tanya Azizan penasaran.

"Alhamdulillah, banyak banget yang baru aku tau dan aku enggak sabar mau bagiin sama kamu. Aku juga sempat baca doa yang kamu kasih tadi dan aku rasa lebih mudah buat pahami materi kajiannya," jelas Alzena bersemangat.

Azizan merasa bangga dan bahagia melihat semangat istrinya dan semakin bersyukur atas hidup mereka yang selalu diisi dengan kebaikan. Ia bertekad untuk terus berjalan bersama Alzena dalam mencari ilmu, mengamalkan kebaikan, dan memperkuat ikatan mereka sebagai pasangan yang saling mendukung satu sama lain.

***

Alzena menatap Sarah, matanya memancarkan kekhawatiran yang sama. "Sarah, kita harus bicara," katanya dengan suara yang bergetar. Sarah mengangguk, menelan ludah, dan menatap Alzena dengan mata yang penuh ketakutan.

Mereka berdua berdiri dan berjalan menuju ruangan yang lebih pribadi, meninggalkan keramaian kafe. Di sana, mereka duduk berhadapan, kertas ancaman itu tergeletak di tengah-tengah mereka.

"Kita harus cari tahu siapa yang kirim ini," kata Alzena, menunjuk ke kertas. "Dan kita harus lakuin sekarang. Kita enggak bisa nunggu sampai ancaman ini jadi kenyataan."

Sarah mengangguk, wajahnya pucat. "Tapi gimana kita bisa melacaknya? Kita enggak tahu siapa mereka."

Alzena mengambil napas dalam-dalam, mencoba meredakan detak jantungnya yang berdebar-debar. "Kita harus cari bantuan. Maya dan peretas itu... mereka mungkin bisa bantu kita."

Mereka berdua berdiri, siap untuk menghadapi apa pun yang mungkin terjadi. Mereka tahu bahwa mereka harus bertindak cepat, sebelum ancaman itu menjadi kenyataan.

"Kita harus..." Alzena berhenti berbicara, matanya melebar ketika dia melihat sosok yang tidak dikenal berdiri di pintu kafe, menatap mereka dengan tatapan yang dingin. Dia bisa merasakan niat buruk dari tatapan itu, dan dia tahu bahwa mereka harus bergerak sekarang.

"Kita harus pergi, Sarah," katanya dengan suara yang hampir tidak terdengar. "Sekarang juga."

Dan dengan itu, mereka berdua berlari keluar dari kafe, meninggalkan kertas ancaman itu di belakang. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi mereka tahu bahwa mereka harus melawan.

Dan saat mereka berlari, Alzena bisa merasakan adrenalin memompa dalam darahnya. Dia tahu bahwa mereka berada dalam bahaya, tetapi Alzena juga tahu bahwa mereka tidak akan menyerah. Mereka akan melawan, tidak peduli apa yang terjadi.

"Kita harus..." Alzena berhenti berbicara, matanya melebar ketika dia belum selesai Alzena melanjutkan ucapannya tubuhnya didorong hingga menembus kaca sampai kaca itu menjadi hancur mengenai tubuh Alzena yang sudah tak berdaya.

***


See u, makasih udah mampir😀

Continue Reading

You'll Also Like

204K 10.5K 38
"Jangan menikah dengan Perempuan itu! Menikahlah dengan perempuan pilihan Umi, Gus!" Syakila Alquds, sosok gadis yang kehilangan kesucian dan berasa...
17.9K 688 31
Nikah sama crush❎ Dijodohin orang tua❌ Kepergok di pesantren ✔ . ⚠️MAU JADI PENULIS HEBAT?, PASWORDNYA "DON'T PLAGIAT!!!"⚠️ ♥⁠╣⁠[⁠-⁠_⁠-⁠]⁠╠⁠♥ Menika...
947K 24.3K 32
𝙷𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑𝚙𝚊𝚑𝚊𝚖𝚊𝚗, 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚔𝚊𝚑? ═══ ❀ ═══ "Apapun ceritanya, pokoknya kita...
578K 39.7K 58
"assalamu'alaikum,Zaujati"ucap Ilyas mengusap kening Chika hal itu berhasil membuat wajah Chika memerah. "ya allah, ternyata gini rasanya baru bangu...