Surat Untuk Jenaka (Complete)

By gigrey

570K 74.6K 3K

Jenaka adalah seorang kutu buku yang tengah mempersiapkan Ujian Akhir Sekolah. Jenaka tinggal bersama nenek b... More

Pengumuman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Trivia Kain Panjang Batik
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
54 part 2

36

6.8K 1.2K 39
By gigrey

Jenaka berdiri dengan resah di tempatnya. Ia sedang mendaftar tiga kursi untuk mengikuti permainan kartu. Itu adalah salah satu tempat perjudian. Ia berdoa meminta maaf kepada semua keluarganya. Dia sama sekali tidak berniat untuk berjudi. dirinya hanya mendaftarkan diri saja. Karena Jenaka tengah menyamar menjadi seorang pria, ia menuliskan nama Jetis di sana.

"Kakak, maaf aku catut namanya. Semoga ini bukan jadi bagian dari sejarah jadi kakak nggak perlu tahu kalau nama kakak aku catut di daftar tempat perjudian ya kak..," do'a Jenaka di dalam hatinya.

"Tuan Jetis, ini minumannya. Apakah Tuan butuh ruangan untuk menunggu bersama temannya?"

Jenaka berdeham untuk memberatkan suaranya.

"Tidak, saya tunggu di ruang tunggu saja," jawabnya cepat.

Jenaka dan Iskandar kemudian duduk di sebuah kursi kayu dengan bantalan busa berwarna hijau tua. Di depan mereka terdapat vas kayu dengan ukiran bunga berisikan beberapa rangkaian berbagai macam bunga lokal.

"Sekarang yang kita lakukan adalah menunggu sampai kurir itu datang," bisik Iskandar.

Jenaka mengangguk dengan gugup. Baik Jenaka dan Iskandar tetap mengenakan topi mereka meskipun mereka berada di dalam. Mereka tidak ingin ada yang melihat wajah mereka. Jauh di sebrang, tempat empat kursi yang melingkari sebuah meja kaca duduk seorang pria menunggu mereka. Pria lain berdiri di belakang. Sepertinya itu adalah tuan dan pelayannya tengah menunggu seseorang juga.

Pintu penginapan kembali dibuka. Adik kepala Pelayan itu datang dengan pekat di tengahnya berjalan ke arah dua pria penjaga penginapan. Iskandar menggerakkan tubuhnya begitu juga dengan Jenaka ketika mereka menyadari bahwa pria yang berdiri di depan mereka mengikuti kehadiran kurir pelayan itu.

Pria yang duduk di depan mereka berdiri meninggalkan penginapan begitu juga dengan pelayannya. Ternyata mereka bukanlah orang yang mereka cari. Mereka hanyalah tamu biasa.

"Jenaka, kamu masih ingat wajah yang ada di potret itu kan?"

"Ya."

"Bagus. Perhatikan dengan seksama, Jenaka."

Kurir itu berbincang sebentar agak lama dengan penjaga penginapan untuk mengulur waktu. Tak ada satu pun dari orang banyak di sekeliling mereka yang memperhatikan anak itu. Apakah mereka gagal? Mungkin rencana mereka salah?

"Sepertinya kita butuh mengevaluasi lagi-"

Jenaka memegang tangan Iskandar menyuruh pria itu kembali duduk ketika pintu terbuka. Pria tadi yang pergi meninggalkan penginapan kembali muncul. Kini mereka bisa melihat wajahnya dengan sangat jelas. Wajahnya terlihat merah menahan emosi.

Itu dia! Jackpot! Mereka harus bergerak cepat sebelum pria itu meninggalkan Barataadem.

Kepala Pelayan telah menunjukkan batang hidungnya. Pria itu berjalan cepat kepada sang adik. dan menyeret adiknya untuk berlari meninggalkan penginapan.

"Berhenti! Tangkap mereka segera!" teriak Iskandar rmembuat beberapa polisi dua polisi yang menjaga mengejar keduanya ke arah pintu masuk. Jenaka dan iskandar ikut berlari mengejar. Dan saat mereka keluar dari pintu penginapan, ia melihat Pram yang memeluk tubuh adik Kepala Pelayan itu yang terjatuh di pelukan Pram.

Meskipun di luar gelap tapi cahaya terang dari penginapan membantu mereka melihat betapa banyaknya darah yang keluar dari punggung anak itu.

Iskandar dan polisi yang lain pergi berlari mencari keberadaan kepala Pelayan yang menghilang begitu saja. Pram menunjuk arah lari pria itu. Jenaka terduduk di tanah melihat anak yang membantu mereka kini tengah sekarat di pelukan Pram.

"Pram ... apa yang sudah kita lakukan?"

"Jenaka! Bukan waktunya untuk menjadi elmah! Minta bantuan cepat!"

"Saya akan membawanya ke rumah sakit," ujar seseorang di belakang mereka.

Di belakang Jenaka berdiri seorang pria Belanda. Ia memanggil sopirnya dan menyuruh Pram juga Jenaka untuk naik ke atas mobilnya. Baik Jenaka atau Pram tidak memiliki waktu untuk memilih-milih siapa yang membantu mereka. Mereka butuh menyelamatkan nyawa anak itu segera.

Saat Pram dan Jenaka ingin mengucapkan terima kasih, pria Belanda itu meninggalkan keduanya dan ikut masuk ke ruang perawatan. Keduanya menunggu sejenak sampai pria pirang itu kembali muncul.

Pria itu keluar dengan seorang perawat.

"Maaf saya lupa memperkenalkan diri. Saya adalah Dokter Willem."

Seorang dokter? Jenaka merasa sangat lega mendengarnya.

"Bagaimana keadaan anak itu dokter?"

"Dia mengalami luka yang sangat parah dan kehilangan darah yang cukup banyak. Tapi tidak sampai membuatnya dalam kondisi kritis. Lukanya sudah dijahit. Dan ... saya juga ingin mengobati luka Anda juga, Tuan."

Jenaka menoleh ke arah Pram. Gadis itu menutup mulutnya tak memperhatikan telapak tangan Pram yang terluka mengeluarkan banyak darah.

"Pram ... kamu tidak bilang kalau kamu terluka..."

"Ini bukan sesuatu yang membahayakan, Jenaka. Saya bisa menanganinya."

"Bagaimana bisa?"

"Saya menahan pisau yang digunakan oleh Kepala Pelayan itu yang akan menusuk adiknya sekali lagi. Saya tidak berpikir panjang dan menahannya dengan tangan kosong begitu saja." Pram mencoba tersenyum untuk menenangkan Jenaka. Namun gadis itu menggeleng tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Dokter Willem kemudian mengajak Jenaka dan Pram untuk masuk ke ruangannya. Pria itu meminta perawat untuk menyediakan obat antibiotik serta banyak perban.

"Dokter? Apakah Anda baru di sini?" tanya Pram.

"Ya, saya baru tiba satu minggu yang lalu dari Batavia. Saya sudah di Batavia lima tahun lamanya"

"Pantas Anda sangat fasih berbahasa. tapi saya baru melihat Anda di sekitar sini."

Jenaka masih melihat wajah Pram yang pucat. Pria itu kemudian memperkenalkan dirinya kepada Dokter Willem menggunakan Bahasa Belanda. Dokter Willem terlihat terkejut dan keduanya terlibat dalam perbincangan yang sama sekali tak dimengerti oleh Jenaka. Jenaka hanya bisa memperhatikan luka di tangan Pram yang ditangani oleh Dokter Willem.

Pram bahkan sampai terluka. Ia berharap Iskandar berhasil menangkap Kepala Pelayan tadi. Jangan sampai pria brengsek itu lolos. Jika pria itu lolos maka Jenaka tak tahu harus melakukan apa lagi.

"Brengsek!" teriak Jenaka tak sadar membuat Pram dan Dokter Willem yang tengah berbincang akrab terdiam seketika.

Menyadari apa yang barusan dilakukannya, Jenaka menutup mulutnya. Wajahnya merona dan perlahan menjadi sangat panas. Pram mengulum bibirnya menahan senyum begitu juga dengan Dokter Willem.

"Maaf jika kesan pertama yang saya tinggalkan untuk Nona adalah saya sebagai pria brengsek," ujar Dokter Willem menggoda Jenaka.

"Ah tidak-tidak-tidak! Ta-tadi ..."

Pram tak bisa menahan tawanya dan merangkul Jenaka untuk lebih mendekat. Pria itu berbicara sesuatu menggunakan Bahasa Belanda membuat Dokter Willem terkekeh. Jenaka hanya tersenyum canggung ketika Dokter Willem mengucapkan selamat atas pertunangan mereka. Sepertinya kini tambah satu orang yang terlibat dalam sandiwara Pram.

Jenaka mengucapkan banyak terima kasih kepada Dokter Willem. Dirinya dan Pram pulang mengenakan delman. Baik Jenaka dan Pram sama-sama diam tapi Pram bisa melihat Jenaka sesekali melirik ke arah tangannya yang kini diperban.

"Saya tidak apa-apa, Jenaka. Jangan terlalu khawatir."

Jenaka membuang muka. "Saya sama sekali tidak khawatir."

"Hm ... baiklah .."

Pram menoleh ke arah lain. Sudut bibirnya naik. Ia tengah memikirkan banyak cara untuk menggoda gadis itu nantinya. Ia akan mencoba satu...

"Ah, kok tiba-tiba rasanya sakit sekali."

"Kenapa-kenapa-kenapa? Apa kita perlu menemui Dokter Willem lagi?"

"Tidak tahu tapi rasanya sangat sakit," ujar Pram membuat Jenaka panik.

Jenaka melihat perban di telapak tangan Pram dengan panik. Ia akan meminta pengemudi delman berputar balik namun ditahan oleh Pram.

"Ah, sekarang sudah baik-baik saja."

"Yakin?" tanya Jenaka.

Pram meletakkan keningnya pada kening Jenaka dan tertawa kecil. "Saaaaangat yakin."

Gadis itu baru tersadar ketika Pram tertawa. Pria itu tengah memanfaatkan lukanya untuk bermain-main dengannya? Jenaka hampir akan mengumpat. Namun ia harus bersabar mengingat Pram tengah terluka saat ini. Jenaka hanya bisa mendengkus kesal membuat Pram tertawa semakin keras.

Hingga delman tiba di depan rumah, Pram masih tertawa. Ia merangkul Jenaka untuk masuk ke rumah.

"Pram? Jenaka?"

Pram dan Jenaka terhenti dan melihat Jati dengan tas besar telah menunggu seorang diri di depan pintu rumah.

"Jati?"***

Aku nggak ahli nulis genre misteri atau sejenis detektif-detektifan, kalau semisal kedepannya ada plot hole, aku minta maaf yaa wkwk ^^

Btw, next bab Pram bakal punya nama panggilan baru. "Penyembah Jenaka" akan debut besok!

Continue Reading

You'll Also Like

999 174 22
Kertas kardus itu ditapisi dengan plastik supaya tidak basah. Tulisannya berbunyi, "Saya tunanetra. Semoga Tuhan memberkati Anda". Bob mengamati si B...
1M 119K 63
[Sri Payudani Series #1] Saat mengunjungi Candi Bajang Ratu, Ayu terlempar ke masa Majapahit dan terlibat hubungan romansa dengan Maharaja Hayam Wuru...
Delphos (End) By Ayuwangi

Mystery / Thriller

3.4K 701 26
Blurb: [The World's Greatest Secret, Hidden in the Depth of the Ocean] Kakek membawa pulang seorang lelaki asing rupawan dalam kondisi terluka parah...
69.9K 3.3K 5
Seri #7 Humaniorama [untuk usia 15 tahun ke atas] Untukmu yang memendam rasa pada dia yang tak menyimpan hal serupa. Untukmu yang dikhianati dan disa...