Surat Untuk Jenaka (Complete)

Bởi gigrey

569K 74.5K 3K

Jenaka adalah seorang kutu buku yang tengah mempersiapkan Ujian Akhir Sekolah. Jenaka tinggal bersama nenek b... Xem Thêm

Pengumuman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Trivia Kain Panjang Batik
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
54 part 2

34

7.6K 1.2K 54
Bởi gigrey

Jenaka tengah menunggu kepulangan Pram. gadis itu membaca buku di sofa sambil sesekali mengintip keluar jendela menunggu Pram kembali dari kantor Mahkamah Pengadilan. Pram bilang ia harus mencari tahu pergerakan keluarga Raden Panji karena desas-desusnya, keluarga Raden Panji akan membawa kasus ini ke Mahkamah Pengadilan.

Sejak kejadian hari itu, Jenaka, Pram juga Iskandar telah kehilangan jalan untuk mencari bukti baru. Jenaka sendiri masih sering mengunjungi Raden Ajeng untuk memberikan semangat. Namun ia tidak bisa mengatakan bahwa mereka tengah berjalan di tempat saat ini. Sama sekali tidak ada kemajuan.

Jenaka meletakkan bukunya sesaat. Mengapa ini sangat rumit sekali? Ia tahu bahwa terkadang sering kali ada maksud terselubung dari sebuah kasus. Sebagai seseorang yang besar dikelilingi berbagai macam kasus, Jenaka memiliki firasat kuat bahwa ada konspirasi di balik semua ini.

"Jenaka?"

"Oh, Pram?"

Jenaka terlalu sibuk melamun hingga tak menyadari kehadiran Pram yang baru saja pulang.

"Bagaimana? Apakah ada kabar terbaru?" tanya Jenaka cepat.

"Ya, kabar buruk. Persidangaan Raden Ajeng akan dimulai minggu depan. Dan saya bukan salah satu yang dilibatkan"

Pram sempat bertanya mengapa dirinya tidak dilibatkan. Sebagai seorang jaksa pribumi dirinya merasa dirinya lebih layak untuk menangani kasus ini juga. Namun ia tidak mendapatkan jawaban apa pun. Mereka hanya bilang karena ini berhubungan dengan keluarga bupati langsung, controleur menunjuk sendiri siapa yang terlibat. Memang ini lah tujuan mereka sejak awal. Ikut terlibat dalam pelaksanaan hukum para pribumi.

Pram tidak pernah merasa apa pun sebelumnya. Namun sekarang ia merasa getir. Bisa dibilang dirinya selalu berada di pihak orang-orang Belanda, tapi sekarang darah pribumi yang mengalir di dalam tubuhnya sangat tidak rela.

"Seminggu? Itu waktu yang sangat dekat. Apa yang terjadi? Lalu siapa yang akan melindungi Cantika?"

"Jangan panik, Jenaka. Wedana juga datang. Wedana ikut menyediakan pembicara untuk membela Raden Ajeng. Iskandar telah bertemu dengan pria itu."

"Wedana?"

Pram meletakkan tangannya di atas kepala Jenaka dan mengangguk.

"Saya rasa seorang ayah tak akan benar-benar mencampakkan putri satu-satunya."

Besar keinginan Jenaka untuk menemui Wedana secara langsung. Namun mengingat kemiripannya dengan Raden Ajeng, Jenaka tidak ingin menimbulkan kebingungan atau mengungkapkan identitasnya yang asli. Jenaka.

"Jadi, apakah itu artinya kita menunggu sampai persidangan dimulai?"

Pram berpikir sejenak. Aku ingin menemui Iskandar tapi pria itu tengah sibuk. Juga, kita tidak bisa bertemu dengan Raden Ajeng tanpa bantuan Iskandar. Jadi, ya ... untuk saat ini sepertinya hanya itu yang bisa kita lakukan."

"Kita tidak membicarakan apa yang terjadi pada kediaman pengrajin berlian itu?"

"Kita akan membicarakannya itu tapi nanti. Iskandar tengah menangani dan menyelidikinya. Bersabarlah."

Jenaka merasa dirinya tidak memiliki waktu sebanyak itu untuk bersabar. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Memaksa untuk bertemu dengan Raden Ajeng? Tentu dirinya juga tidak bisa melakukan itu karena Raden Ajeng berada di bawah pengawasan yang ketat.

Setiap harinya menjadi sangat sulit untuk dilalui. Baik Jenaka atau pun Pram tidak mendapatkan informasi apa pun dari Iskandar. Dan hari persidangan Raden Ajeng tinggal dua hari lagi. Keluarga Bupati, terutama Raden Jaya, adik dari Raden Panji akan mewakili keluarganya untuk meminta hukuman yang setimpal dijatuhkan pada Raden Ajeng yang masih dalam status sebagai tersangka saat ini.

Pram setiap hari selalu ke kantor Mahkamah Pengadilan. Pria itu selalu mengikuti perkembangan kasus dan sejauh ini tidak ditemukan saksi atau barang bukti baru. Pram juga telah berbicara dengan tim yang mewakili Raden Ajeng terkait penemuan yang mereka temukan. Meskipun itu baru sebuah asumsi tapi itu mungkin bisa jadi bahan pertimbangan para hakim di persidangan untuk menunda keputusan langsung dan mengundur waktu lebih lama.

Pram memang tidak terlibat langsung dalam kasus ini. Namun ia tahu cara kerja di ruang pengadilan. Ia tahu siapa saja yang akan menangani kasus ini dan bagaimana cara berhadapan dengan mereka. Jaksa Strauss adalah orang yang akan menjadi Penuntut Umum. Dia adalah temannya yang pindah bersama Pram dari Belanda di tahun yang sama.

Sebagai seseorang yang mengenal Strauss, Pram sedikit ingin pihak Raden Ajeng berhati-hati untuk tidak menyebut keterlibatan Belanda secara gamblang karena jika Belanda menggunakan Strauss sebagai jaksa itu artinya ada sesuatu yang ingin mereka sembunyikan. Kemungkinan terbesar, mereka tengah mencuci tangan. Dan jika pihak Raden Ajeng menyebut sesuatu tentang keterlibatan Belanda meskipun sedikit saja, Strauss akan langsung menggunakan kewenangannya untuk mempengaruhi hakim dan membuat posisi Raden Ajeng semakin terancam.

Jenaka menghela napas panjang mendengarkan penjelasan Pram.

"Apakah saya boleh melihat persidangan itu?"

"Untuk itu saya kurang yakin, Jenaka. Itu tergantung keinginan keluarga Raden Panji Apakah persidangan ini dibuka atau dilaksanakan tertutup."

Jenaka menelungkupkan wajahnya di atas meja. Ia mendorong jauh buku yang dibacanya. Di luar hujan turun dengan sangat derasnya. Malam ini juga mereka tidak bisa kemana-mana. Jenaka bangun izin untuk beristirahat ke kamar ketika pintu diketuk dengan sangat cepat oleh seseorang.

Pram menyuruh Jenaka untuk duduk saja. Ketika Pintu dibuka, suara deras hujan semakin terdengar memekakkan. Sesekali kilat menyala disusul dengan suara guntur menggema di langit hitam.

"Iskandar?"

"Pram! Bukti baru, Pram! Kamu harus mendengar ini!"

"Masuklah-masuklah...."

Jenaka berlari untuk mengambil handuk kering ketika melihat Iskandar muncul dengan sebuah payung berwarna hitam. Bahkan lebarnya payung tak bisa melindungi tubuhnya sepenuhnya dari derasnya hujan. Punggungnya basah total. Namun bagian depannya kering karena ia tengah memeluk jasnya untuk melindungi sesuatu.

"Terima kasih, Nyonya Pramoedya."

"Jenaka saja," ujar Jenaka yang sudah menerima nasibnya bahwa ia akan mengambil peran sebagai tunangan Pram.

"Baik, Nona Jenaka."

"Jadi ... bagaimana?" tanya Pram dan Jenaka bersamaan tak sabar menunggu bukti baru yang Iskandar bawakan pada mereka.

Iskandar mengeluarkan map dan mengeluarkan semua isiannya ke atas meja tamu Pram. Beberapa kertas yang tidak Jenaka kenali tapi tertulis hasil laboratorium STOVIA (Sekolah kedokteran pribumi di Batavia).

"Saya memiliki seorang kenalan Dokter Djawa yang mengajar di STOVIA bersama seorang profesor kedokteran dari Belanda."

Iskandar menjelaskan keanehan yang terjadi pada sebagian darah yang tumpah di luar tubuh Raden Panji. Ia telah melihat banyak jenis tempat perkara namun kasus darah milik Raden Panji sedikit berbeda. Sebagian darah di luar tubuh Raden Panji menggumpal dengan cara yang aneh. Iskandar memberi contoh potret darah milik Raden Panji.

"Saya akhirnya mengirimkan sampel darah Raden Panji yang menggumpal, juga beberapa cairan yang saya temukan ke salah satu teman saya di Batavia. Dan tadi pagi hasilnya telah dikirimkan kembali. Hasil laboratorium menunjukkan bahwa adanya penggunaan darah bisa ular kobra."

"Bisa ular kobra?" tanya Jenaka mendekat.

"Ya."

Iskandar kemudian mengeluarkan beberapa potret pria juga wanita. Mereka semua adalah pelayan di rumah Raden Panji. Iskandar mengeluarkan mengambil potret seorang pelayan wanita juga pelayan pria.

"Darimana kamu mendapatkan potret-potret ini?" tanya Pram.

"Dari berkas milik Raden Panji sendiri. Sepertinya dia memotret siapapun pekerja yang bekerja di bawahnya tanpa tujuan."

"Oh..."

Iskandar menggosok tangannya yang mulai kedinginann. Ia harus menjelaskan semuanya dengan cepat.

"Jadi, pelayan wanita ini adalah orang yang menemukan jasad Raden Panji, membawakan minuman yang telah tercampur bisa kobra. Saya sudah menginterogasinya terlebh dahulu. dirinya mengatakan bahwa ia tidak tahu apa-apa. Dia hanya disuruh oleh Kepala Pelayan," jelas Iskandar sambil menunjuk potret hitam putih pria satunya lagi.

"Dan kamu sudah mengintrogasinya?" tanya Pram.

Iskandar menggeleng. "Ini dia. Dia menghilang sejak awal. Dia tidak ditemukan di kediaman Raden Panji saat kejadian jadi kami tidak mencari atau menangkapnya di awal. Dia adalah pelayan setia Raden Panji. Menjadi seseorang yang ikut di kelompok pengikut setia Raden Panji."

Iskandar meminta maaf karena tidak bisa menghubungi Pram atau Jenaka lebih cepat. Ia juga tengah mengurus kejadian di rumah pengrajin berlian saat itu. Mereka tak menemukan apapun. Pembunuhan di rumah itu juga tidak bisa dikatakan sebagai permapokkan karena setelah disidik semua perhiasan yang dijual sama sekali tidak diambil. Yang terambil hanyalah buku pembelian serta daftar tamu yang juga tengah mereka incar. Semua berlian yang hilang saat itu hanya disimpan di kotak bernagkas milik pengrajin.

Pram membuka buku tamu yang diberikan oleh Iskandar. Buku itu telah mencatat kunjungan banyak orang di tiga bulan sebelumnya. Tiga bulan selanjutnya hilang beserta bagian buku yang robek. Dan kemungkinan besar berada di tangan pelaku yang sesungguhnya.

Ia membaca semua nama dari beberapa tahun lalu hingga di bagian yang dirobek.

"Mengapa Raden Jaya hampir datang tiga bulan sekali? Beberapa kunjungan di awal tercatat ingin dipesankan sebuah pin berlian yang sama."

Jenaka dan Pram saling bertatapan sepertinya mereka memikirkan hal yang sama.

Perampokan pin berlian Raden Panji, daftar nama yang menghilang di rumah pengrajin berlian dimana ada Raden Jaya yang menginginkan pin yang sama, kemudian menghilangnya Kepala Pelayan. Dimana Kepala Pelayan juga Raden Jaya terafiliasi di tempat yang sama. Sebagai pengikut setia Raden Panji.

"Sepertinya pengikut setia Raden Panji, tak betul-betul setia kepada Raden Panji sendiri," komentar Jenaka yang diterima oleh Pram juga Iskandar dengan menganggukkan kepalanya.

Mereka tinggal mencari benang merah lagi untuk menghubungkan ini semua ke arah tujuan yang sama. Mereka memiliki dugaan kuat bahwa Raden Jaya terlibat di sini tapi mereka tidak bisa menunjukkan dengan bukti yang akurat. Mereka butuh kesaksian Kepala Pelayan itu. Dan bagaimana cara mereka menemukan pria ini?

Jarum detik terus bergerak. Jenaka dan Pram membaca semua latar belakang pekerja yang berada di rumah Raden Panji. Pram izin meninggalkan ruang tamu untuk membuatkan teh hangat untuk Iskandar. Jenaka dan Iskandar masih sibuk berkutat dengan berkas di depan mereka.

"Racun kobra ... perampokan ... pembunuhan berencana ... Raden Panji ... Kepala Pelayan dan ... Raden Jaya ..."

Jenaka terkesiap ketika ia membaca sesuatu. Ia menemukan satu nama di sana.

"Kepala Pelayan adalah orang dari kediaman Raden Ayu Kartika mantan istri Raden Panji?"

Iskandar mengernyit. Ia pindah duduk ke samping Jenaka untuk melihat sesuatu dan membaca hasil interogasi pelayan lain dengan lebih teliti.

"Kenapa saya tidak menemukan ini?"

"Lihat, Kepala Pelayan bekerja di kediaman Raden Panji setelah Raden Panji menikahi Nyonya Kartika kan? Kemudian perceraian itu meninggalkan Kepala Pelayan untuk menetap bersama Raden Panji dan menjadikannya salah satu anggota pengikut setia Raden Panji. Tapi ada orang lain yang dibawa Nyonya Kartika masuk juga."

Jenaka mendekatkan dirinya kepada Iskandar agar Iskandar juga melihat bagian yang ditunjuk oleh Jenaka. Jenaka memegang sebuah pena dan melingkari sebuah nama.

"Dia adalah adik dari Kepala Pelayan yang juga bekerja di kediaman Raden panji."

Iskandar langsung memilah potret-potret pekerja dan menemukan seorang pemuda di sana.

"Pemuda itu bekerja sebagai kurir pribadi Raden Panji. Dia pasti tahu banyak tempat yang hanya diketahui oleh Raden Panji ..."

Jenaka memberikan Iskandar sebuah senyum simpul. "... dan salah satunya adalah tempat persembunyian Kepala Pelayan," potong Pram yang meletakkan tangannya di antara Jenaka dan Iskandar.

Pram meletakkan teh hangat untuk Iskandar dan menyuruh pria itu kembali ke tempatnya semula. Hanya dirinya saja yang boleh duduk di samping Jenaka.

"Pemuda ini masih ada di kantor kepolisian. Saya akan menginterogasinya dengan cepat."

***

Tiga bab ini emang agak seriuus yaa

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

2.2K 439 8
[Action X Teenfiction] Serial mata-mata remaja #1 Buku kedua dari Dwilogi Bawah Tanah • Teror Bali hanya menyisakan sengsara. Aurora mendapati diriny...
93.9K 7.6K 18
Pernah orang bijak bilang, "Kamu hari ini sama seperti kamu lima tahun lagi, kecuali dalam dua hal: buku yang kamu baca dan orang yang kamu jumpai." ...
74K 1.3K 100
Tuhan telah menciptakan dunia dimana manusia hidup. Nyatanya manusia juga mencoba membuat dunia melalui serangkaian kata. Dunia yang kita sebut dunia...
45K 4.8K 52
(NOVEL TERJEMAHAN!!! Cerita Bukan Milik Saya ) Penulis:_(tidak tahu karena waktu terjmhin gak ada nama penulis aslinya) (SLOW UPDATE 🗣️⏲️) Deskr...