kilas balik Svarga dan Satya

By penaaputihk

53.6K 7.1K 871

[ SEASON 2 OF "Satya dan 67 hari" ] Melanjutkan kisah dari Satya dan 67 hari terakhirnya yang belum tuntas... More

Selamat datang kembali
Prologue: Kilas balik
01: Mahesa Danendra
02: Masa kecil penuh penderitaan
03: Mahesa dan Alya
04: Permintaan maaf yang menggemaskan
05: "Aku nggak punya ibu."
06: Little Promise
07: Where are u? hesa.
08: bunga tulip putih
09: Alasan
10. 12 tahun berlalu
11: Dia harus tau
12: pesan terakhir
13: Dia yang berkorban
14: pemberian berharga
15: Sang pendonor
16: ucapan terimakasih
17: Ricky
18: apa yang terjadi?
19: terungkap
20: 2 anak penimbul masalah
21: masih merindukannya
22: Langkah awal dari sebuah rencana
23: "Buktikan saja!"
24: Perselisihan
25: Tetap menerimanya
26: Dia masih ada
27: rahasia besar yang terungkap
28: kabar buruk
29: tak mau kehilangan
30: berjanji
32: announcement

31: Rahasia besar

1.9K 159 85
By penaaputihk

****

-Kilas balik Svarga dan Satya-







24 Mei 2028.


"Hari dimana, kalian semua akan mengetahui sebuah sejarah dan rahasia kehidupan dari dua orang lelaki yang menjadi tokoh utama dalam masing-masing cerita mereka: Mahesa dan Satya."





Seorang lelaki yang sudah terbaring tak sadarkan diri selama 2 minggu itu akhirnya kembali membuat respon positif lagi ditubuhnya. Ia kembali membuat gerakan kecil, mulai dari jari jemari kedua tangannya yang membuat pergerakan sampai kedua bola matanyapun bergerak.

Didalam ruangan tersebut, hanya ada dirinya seorang saja. Para keluarganya memang sedang berisitirahat sejenak dan membiarkan lelaki itu sendiri. Namun siapa disangka, meskipun kali ini ia sendiri dikamar rawatnya, justru dirinya mulai menunjukan tanda-tanda sadar.

Beberapa detik ia hanya menunjukan pergerakan kecil dan singkat, namun didetik berikutnya, matanya yang terus menerus terpejam perlahan mulai terbuka. Meskipun gerakan perlahan, lelaki itu terus membuka kelopak matanya sedikit demi sedikit namun pasti.

Hingga akhirnya, ia berhasil membuka matanya kembali. Itu artinya kini dirinya dinyatakan telah melewati masa komanya. Mahesa tersadar.

Saat membuka mata, ingatan pertama yang ada dalam pikirannya adalah pertemuan supranatural antara dirinya dan Satya dialam bawah sadar saat ia koma. Ia tidak tau seberapa lama ia berada dialam bawah sadar itu, dan sudah berapa lama juga ia mengalami koma.

"Lo harus bertahan demi Alya dan anak lo."

"Lo juga harus nuntasin teka-teki ini, Mahesa. Demi kita berdua."

Ucapan Satya seperti sebuah pesan penting dalam dirinya, begitu membekas sekali dan setiap perkataan pria itu masih terngiang jelas.

Yang membuat dirinya bingung setengah mati ketika berbicara dengan Satya lewat alam bawah sadarnya adalah ketika lelaki itu telah mengetahui semuanya. Satya bilang, apa yang dilakukan Mahesa untuk memecahkan teka-teki kehidupannya selalu ada Satya disampingnya.

Ucapan itu mengingatkan Mahesa pada jantung Satya yang berada didalam tubuhnya. Itu artinya memang lelaki itu selalu bersama dengan dirinya.

Satya bilang, sejak bertahun-tahun ketika Mahesa menanamkan rasa curiganya pada kejanggalan antara dirinya dan Satya, lelaki itu juga ikut ada bersama Mahesa, seolah ingin membantunya meskipun hanya sekedar perantara jantung.

Kini, Mahesa telah mengetahui kebenaran awalnya. Bahwa, dirinya dan Satya ternyata memiliki hubungan darah sekandung.

Langkah berikutnya yang harus ia lakukan hanyalah mencari tau asal-usul dan dalang dari semua ini. Mengapa sampai bisa Mahesa dan Satya sedarah dan keduanya tidak salinh tau sejak dulu. Ini sebuah hal yang besar, yang harus ia ketahui, ini juga merupakan pesan dari Satya.

Lelaki itu menolehkan pandangannya hanya menggunakan ekor matanya saja, tubuh dan kepalanya belum sepenuhnya bisa ia gerakan karena masih terasa mati rasa semua. Mahesa mengeledah ruangan rawat ini. Rupanya ketika membuka matanya kembali ia sudah berada dirumah sakit.

Terakhir seingatnya ia membawa mobilnya dalam kecepatan tinggi karena pikirannya yang kacau kemudian ia mengalami kecelakaan dan berakhir tak sadarkan diri.

Saat tersadar, orang pertama yang ingin ia lihat saat membuka matanya tentu saja istrinya. Namun, ia tidak menemukan siapapun diruangannya.

Tak beberapa lama, pintu kamar rawatnya terbuka, seorang wanita masuk kedalam sambil menenteng sebuah bucket bunga lavender ditangannya.

Baru saja ia melangkahkan kakinya, bucket itu seketika terjatuh dari genggamannya. Pandangannya menatap tak percaya kearah ranjang tempat dimana suaminya berbaring. Matanya tak henti berpandang, kedua irish mata itu akhirnya bertemu kembali setelah sekian lama tak saling berpandangan.

"Mahesa..." lirihnya.

Tanpa lama lagi, wanita itu menghampiri sang suami, Mahesa menatap mata istrinya yang penuh dengan air mata.

"Sa-sayang, kamu...kamu udah sadar," Alya sampai tidak percaya bahwa Mahesa akhirnya membuka matanya lagi. Penantian panjangnya selama ini akhirnya membuahkan hasil.

Dibalik bantuan oksigen yang menutupi mulut dan hidungnya, lelaki itu tersenyum kearah Alya. Ia senang bisa melihat kembali sang istri yang berada didepan matanya, wajah sang istri yang amat begitu ia rindukan.

"Aku panggil dokter dulu,"

Baru saja Alya ingin melengaskan langkahnya, namun tangannya digenggam oleh Mahesa untuk menghentikan wanita itu.

Alya menatap Mahesa bingung, lelaki itu menggelengkan kepalanya. "Jangan panggil dokter," ucap Mahesa dengan nada suara yang begitu kecil.

"Tapi-"

"Aku mau berdua sama kamu, aku rindu."

Wanita itu masih menatap suaminya, kemudian melihat tangannya yang masih digenggam oleh tangan Mahesa. Alya tersenyum lalu duduk dikursi samping ranjang sang suami.

Alya memegang tangan Mahesa dengan tangan satunya, kemudian mengelus tangan itu dengan begitu lembut.

"Aku juga rindu kamu, Mahesa." ucap wanita itu.

"Aku kira, kamu nggak akan buka mata kamu lagi," lirihnya.

Mahesa tersenyum, "Maaf." ucapnya.

"Maaf udah bikin istri aku yang paling aku cinta ini khawatir,"

"Aku pernah bilang, aku nggak akan tinggalin kamu, Alya. Seberapa jauh aku pergi, aku akan kembali untuk kamu."

Perempuan itu tersenyum mendengarnya, menyeka sedikit air mata yang menetes dari ujung matanya.

"Makasih, makasih kamu udah bertahan dan bisa melewati masa koma kamu." ucap Alya dengan nada getirnya.

Alya mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Mahesa, seolah ia tidak mau melepaskan genggaman tangan itu.

"Aku juga akan ada disamping kamu, sampai kamu pulih kembali, sayang."

Mahesa mengelus wajah sang istri yang begitu ia rindu, membelainya dengan begitu lembut dengan sedikit tenaga yang ia miliki. Lelaki itu tersenyum hangat.

"Aku kira aku nggak akan bisa lagi ngeliat wajah cantik istri aku ini, ternyata Tuhan masih ngasih aku kesempatan untuk melihat kamu lagi, Al."

Alya memegang tangan Mahesa yang berada diwajahnya, lalu membalas senyuman tulus suaminya itu padanya.

"Aku cinta kamu, Alya. Sampai aku mati, aku akan tetap berada disamping kamu apapun yang terjadi." ucap Mahesa begitu tulus.

Alya menetesnya air matanya lagi, akhirnya ia benar-benar bisa bernapas dengan lega setelah Mahesa tersadar dan melewati masa komanya. Ia begitu khawatir sekali, khawatir akan terjadi sesuatu pada Mahesa. Alya tidak mau kehilangan lelaki yang ia cintai untuk kedua kalinya.

Ia begitu merindukan Mahesa, ia takut jika kali ini Tuhan tidak berpihak padanya dan mengambil Mahesa juga. Alya tidak mau, hanya Mahesa yang ia miliki sekarang.

Terimakasih, Tuhan masih berpihak kepadanya.

"Aku juga cinta kamu, Mahesa..."

Mahesa adalah cintanya Alya sekarang, meskipun ia bukan cinta pertamanya, tetapi mungkin Mahesa akan menjadi cinta terakhirnya.

Mungkin, rasa cintanya terhadap Mahesa dulu belum sebesar rasa cintanya terhadap mendiang Satya. Namun, kini seiring berjalannya waktu, Alya benar-benar bisa menerima dan mencintai suaminya itu dengan sangat tulus dan sepenuh hati. Menggantikan posisi Satya sebelumnya dalam hatinya.

Bahkan ia tidak mau sampai suaminya ini meninggalkan dirinya. Karena Alya telah mencintai Mahesa. Benar-benar mencintai lelaki itu.

Dan mungkin, perjuangan cinta Mahesa tidak sebanding dengan pengorbanan besar yang pernah Satya lakukan untuk Alya. Akan tetapi jika dipandang dari sudut pandanganya Mahesa, pengorbanan cintanya sama seperti Satya. Hanya saja, pengorbanan Mahesa tertutup dan tidak terlihat.

Jika kalian tau, cinta pertama Mahesa adalah Alya. Teman kecilnya, teman pertamanya, dan cinta pertamanya.

Dan itulah mengapa, Tuhan sudah merancang dan merencanakan kisah hidup Mahesa dan kembali menyatukan lagi teman pertama dan cinta pertama dalam hidupnya.

"Sejauh apapun aku pergi, sejauh apapun waktu dan rintangan memisahkan kita, aku akan tetap kembali kepada kamu, Alya. Cinta pertama ku."






1 bulan kemudian...


1 bulan telah terlewati pasca insiden naas itu terjadi, dimana seorang pria hampir saja kehilangan nyawanya karena tragedi kecelakaan hebat yang ia alami.

Beruntungnya, Tuhan masih berpihak padanya dan masih memberikan dirinya kesempatan untuk hidup lebih lama lagi, karena Tuhan tau, ada beberapa orang yang masih membutuhkan dirinya.

Dan alasan lain Tuhan memberikannya kesempatan untuk tetap hidup juga karena ia belum menyelesaikan dan menuntaskan sebuah teka-teki dan rahasia dalam hidupnya. Yang mungkin memang telah diatur dan diizinkan oleh-nya.

Kini, 1 bulan telah berlalu, kondisinya juga sudah semakin membaik. Mahesa juga sudah diperkenankan untuk pulang kerumahnya tetapi akan tetap mendapatkan rawat jalan atas saran dari pihak rumah sakit.

Hari ini, Mahesa masih duduk diatas kursi rodanya. Masih memandang pemandangan tepi perkotaan lewat jendela kamarnya dari atas kursi rodanya.

Meskipun ia berhasil selamat, namun Mahesa harus mengalami patah kaki yang menyebabkan dirinya tidak bisa berjalan dalam beberapa bulan kedepan dan harus selalu menggunakan kursi roda kemanapun.

Mahesa melamun, ingatannya tentang 1 bulan yang lalu dimana saat itu ia bertemu dengan Satya dalam alam bawah sadarnya terus terngiang dan masih berputar dalam bayangannya.

Ia harus menjalankan pesan Satya dan menuntuskan kejanggalan ini sampai ia benar-benar terbongkar semua. Mahesa sudah bergerak sejauh ini, ia tidak boleh berhenti ditengah jalan begitu saja.

Sudah bertahun-tahun lamanya ia menahan hasratnya untuk mencari tau kejanggalan dirinya dan Satya, dulu ia selalu menganggap bahwa itu semua hanya kebetulan. Tetapi jika ia pikir lagi, nampaknya mustahil dan aneh.

Maka dari itu, Mahesa mulai bergerak perlahan untuk membongkar kejanggalan tersebut dengan menggunakan langkah awalnya yaitu melakukan test DNA dengan Satya.

Setelah melakukan test tersebut, ternyata hasilnya memang sesuai dengan dugaannya selama ini. Dugaannya bukan lagi ilusi belaka tetapi kini menjadi nyata.

Dimana ternyata memang ia memiliki hubungan darah dengan Satya. Aneh bukan?

Tak heran bila golongan darah langka keduanya bisa sama dan jantung keduanya pun bisa cocok karena memang mereka adalah saudara kandung. Saudara sedarah.

Kembali memikirkan hal itu saja hampir membuat Mahesa gila, lelaki itu meringis memegangi kepalanya yang terasa berat. Pernyataan hasil test tersebut kembali membuatnya hampir tak bisa mempercayainya.

Satu hal dalam benak lelaki itu yang sangat menjadi pertanyaan besar untuknya, kenapa bisa ia dan Satya menjadi saudara? dan siapa mereka sebenarnya?

Mahesa memejamkan matanya, menghembuskan napasnya.

"Ini nggak masuk akal, tapi ini nyata. Satya." lirih lelaki itu.

"Gue nggak pernah menyangka sama sekali, bahwa kita adalah saudara."

"Kenapa? kenapa ini bisa terjadi?"

Lelaki itu meremas gagang penyangga lengan kursi rodanya, orang pertama yang menjadi target sasaran atas setiap pertanyaanya adalah ayahnya.

Sialnya, lelaki berusia 60-an itu selalu mengelak apabila ditanyakan soal keluarga, bahkan Mahesa pernah sekali menyinggung soal nama Satya pada ayahnya. Tetapi Hilmi selalu mengelak dan terus berbohong.

Jadi ini alasan Hilmi berbohong, karena ada sesuatu yang memang benar pria itu sembunyikan dari anaknya.

Pintu kamar tersebut tiba-tiba terbuka dengan perlahan, seorang wanita masuk kedalam kamar itu. Tetapi langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok sang suami yang membelakangi dirinya sambil duduk diatas kursi roda tersebut.

Melihat dari belakang seorang lelaki dengan menggunakan kursi roda membuat wanita itu mengangkat sebuah senyuman penuh arti. Ia jadi kembali teringat pada sosok lelaki yang sempat ia cintai dulu.

Melihat Mahesa yang duduk diatas kursi roda tersebut membuat Alya jadi teringat pada sosok Satya, dulu ketika lelaki itu masih ada, Satya selalu duduk diatas kursi roda juga.

Bahkan, melihat Mahesa yang duduk dikursi roda dari arah belakang, entah kenapa pria itu begitu mirip dengan mendiang sosok Satya. Apa ini hanya perasaan Alya saja karena ia terlalu merindukan sosok Satya?

Wanita itu berjalan mendekat kearah suaminya, kemudian berdiri didepan Mahesa. Melihat sang istri yang ada didepannya, spontan Mahesa menyambutnya dengan senyuman.

"Sayang, ada yang mau ketemu sama kamu," ucap Alya.

Mahesa mengernyit bingung, "Siapa?" tanyanya.

"Papah," jawab Alya.

Papahnya? Pak Hilmi. Sejak 1 bulan yang lalu, pak Hilmi memang belum sempat bertemu kembali dengan Mahesa, ia harus melakukan penerbangan ke Singapura karena pekerjaannya. Setelah dikabarkan Mahesa telah sadar dari masa komanya dan telah pulang kerumah, Pak Hilmi segera kembali ke Indonesia saat itu juga untuk melihat keadaan anaknya.

Kini pria itu sudah berada dirumah Mahesa, untuk bertemu kembali dan melihat keadaan anaknya.

"Suruh papah masuk kesini," ucap Mahesa.

Alya menganggukan kepalanya, tetapi saat perempuan itu hendak beranjak, Mahesa memegang lengannya.

"Nanti saat papah udah ada dikamar aku, tolong kamu jangan masuk dulu, ya, aku mau ngomong 4 mata sama papah dan ada yang harus diomongin." ucap Mahesa berpesan.

Alya menganggukan kepalanya mengerti, "Iya, Hesa. Aku anter papah kedalam kamar ini dulu, ya."

Setelah Alya turun kebawah, Mahesa kembali menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Hari ini, ia akan berterus terang pada ayahnya itu.

Apapun jawaban pak Hilmi nanti, Mahesa harus memastikan bahwa papahnya akan berkata apa adanya dan jujur padanya, apapun yang terjadi.

Ia tidak bisa lagi menerima elakan dari ayahnya atas setiap pertanyaan tentang hal ini. Untuk sekarang, Mahesa akan meminta penjelasan dan kejujuran pada ayahnya.


Seorang lelaki berusia 30 tahun menatap kearah pria dengan usia 65 tahun tersebut dengan pandangan serius dari kedua matanya. Itu adalah sepasang ayah dan anak yang berada dalam sebuah ruang kamar tersebut.

''Bagaimana kabar dan keadaan kamu sekarang, Hesa?" tanya pak Hilmi kearah sang putra.

Mahesa menatap ayahnya sambil mengembangkan senyum tipisnya, "Seperti yang papah lihat sekarang." jawab lelaki itu.

Pak Hilmi menundukan kepalanya, pria itu masih merasa bersalah pada anaknya sendiri, pak Hilmi tau, Mahesa pasti juga merasa kecewa pada dirinya. Bagiamanapun juga pak Hilmi tau betul sejak dulu Mahesa ingin sekali mengetahui asal-usul keluarga dan ibunya namun pak Hilmi selalu merahasiakaannya dan masih tetap berbohong hingga sekarang.

Pak Hilmi dapat melihat dari mata putranya itu yang nampak menunjukan rasa kecewa. Pak Hilmi menatap Mahesa kembali, senang rasanya bisa melihat putranya itu kini telah sadar kembali dan bisa melewati masa komanya. Meskipun sekarang Mahesa harus menggunakan kursi roda karena kakinya mengalami patah tulang, setidaknya lelaki itu masih bisa selamat dan bertahan hidup pasca insiden kecelakaan parah yang telah menimpanya.

Selama pak Hilmi berada di Singapura, ia selalu berharap bahwa secepatnya putranya itu bisa tersadar dari masa komanya. Pak Hilmi begitu mengkhawatirkan keadaan Mahesa dan selalu berharap agar secepatnya lelaki itu sadar.

Dan kini Mahesa telah kembali sadar dan bisa bertahan melewati masa komanya, pak Hilmi memiliki sebuah janji yang pernah ia ucap saat Mahesa masih dalam keadaan koma. Dimana janjinya adalah, pak Hilmi akan jujur kepada putranya itu tentang apa yang selama ini selalu menjadi pertanyaan terbesar darinya.

"Hesa," panggil pak Hilmi.

Mahesa menatap kearah sang ayah, "Ada apa, pah?" tanya balik lelaki itu.

Pak Hilmi nampak terdiam sejenak, pria itu nampak ragu. Sementara Mahesa masih terdiam menunggu pak Hilmi untuk berbicara. Entah mengapa kini keadaan dan suasana ayah dan anak ini nampak canggung. Sebenarnya hubungan Mahesa dan ayahnya itu juga memang tidak sedang baik-baik saja sejak terakhir kali mereka bertemu.

Dimana saat itu Mahesa sempat bertanya mengenai nama seseorang pada ayahnya, namun Pak Hilmi selalu mengelak bahkan menyuruh dirinya untuk tidak pernah bertanya hal seperti itu lagi padanya.

Sejak saat itulah Mahesa merasa kecewa pada sang ayah yang masih tetap saja berbohong dan tidak pernah mau menjawab pertanyaannya. Mahesa yakin betul pasti ada sesuatu yang ayahnya sembunyikan dari dirinya. Padahal diluar dari dugaan pak Hilmi, anaknya itu bahkan telah mengetahui sendiri apa yang seharusnya tidak Mahesa ketahui.

Mahesa hanya ingin tau apabila ayahnya itu memang sedang menyembunyikan sesuatu darinya, ia hanya ingin tau apa maksud ayahnya selama ini. Pasti pak Hilmi memiliki suatu alasan mengapa dirinya selalu berbohong dan menutupi semuanya kepada Mahesa. Mahesa ingin mendengar langsung dari mulut papahnya.

"Sebelumnya, ada yang ingin Hesa tanyakan juga sama papah," kini giliran Mahesa yang bertanya kembali.

Pak Hilmi menatap anaknya itu agak terkejut, apalagi gaya bicara Mahesa yang nampak berbeda. "Apapun itu tanyakan saja, Hesa." jawab pak Hilmi.

Mahesa menghembuskan sedikit napasnya, kembali menatap sang ayah. "Tapi kali ini, Hesa mau papah jujur. Hesa nggak mau sampai papah menyangkal kembali dan berbohong lagi, Pah. untuk kali ini Hesa mohon."

Pak Hilmi nampak terdiam, kemudian menganggukan kepalanya, "untuk kali ini juga, papah akan berjanji dan papah akan jujur dan berterus terang sama kamu, Hesa."

"Maaf selama ini papah selalu berbohong yang mungkin membuat kamu menjadi kecewa sekarang sama papah, tetapi papah punya alasan mengapa papah bertindak sedemikian rupa. Dan sekarang, papah nggak akan lagi menyangkal apapun. Papah sudah berjanji saat kamu masih koma bahwa papah akan mengatakan semuanya."

Mahesa terdiam masih menatap papahnya, "Semuanya? berarti selama ini memang benar, ya, bahwa ada sesuatu yang papah sembunyiin dari, Hesa."

Kini pak Hilmi yang terdiam kembali, mau menyangkal dan berbohong pun rasanya sudan tidak bisa lagi. "Maafin, papah." hanya kata maaf yang kini hanya bisa lelaki itu ucapkan.

"Sekarang, Hesa punya satu pertanyaan untuk papah, dan aku yakin pasti papah tau. Hesa mau, papah berterus terang dan jujur tentang pertanyaan ini, Pah." ucap Mähesa.

"Baik, papah akan berkata apa adanya untuk kali ini, papah berjanji."

Mahesa terdiam sesaat, lelaki itu mendayuh kursi rodanya untuk berjalan kearah sebuah nakas dikamarnya, lelaki itu mengambil sesuatu dari dalam sana. Itu adalah sebuah surat dari hasil test DNAnya dengan mendiang Satya.

Mahesa sengaja menggunakan bukti surat ini agar ayahnya tidak dapat lagi menyangkal dan akan berterus terang padanya.

Pak Hilmi nampak terdiam sambil memperhatikan Mahesa. Sementara Mahesa bersiap untuk melanjutkan lagi perkataan dan pertanyaannya. Mungkin hari ini, adalah hari dimana Mahesa akan mengetahui semua teka-teki hidupnya dan rahasia yang selama ini selalu mengganjal dan menghantui dirinya. Ia telah mempersiapkan diri dan mentalnya. Mahesa harus tau dan berhak tau.

"Pah, pertanyaannya tetap sama seperti tempo waktu lalu. Dan kali ini papah tidak bisa lagi menyangkalnya seperti hari itu juga." ucap Mahesa.

Mahesa terdiam, menatap kearah papahnya dengan begitu serius. Ia tidak akan lagi tinggal diam apabila ayahnya itu berbohong. Karena kini Mahesa memiliki sebuah bukti yang sangat kuat.

"Siapa itu, Satya?" tanya Mahesa. Pertanyaan yang sama yang akan menjadi topik utama dalam pembicaraan serius dengan papahnya.

"Papah pasti nggak asing dengan nama itu kan?"

Pak Hilmi masih terdiam, tetapi kini raut wajah lelaki itu nampak berbeda. Pak Hilmi menundukan kepalanya. Ekspresinya sangat tidak bisa berbohong lagi.

"Kenapa papah diam aja? katanya papah akan jujur kali ini."

"Hesa butuh kejelasan, pah. Dan aku bukan lagi anak kecil yang bisa papah bohongin kaya dulu. Apa yang ingin aku ketahui itu adalah hak aku, Pah." ucap Mahesa dengan sangat serius.

Pak Hilmi kembali mengangkat kepalanya, menatap Mahesa dengan serius juga."Dari mana kamu tau nama itu?" tanya pak Hilmi sebelum menjawab.

Mahesa tersenyum, lelaki itu menunjukan senyum penuh artinya. "Mungkin papah nggak tau selama ini bagaimana anaknya bisa sembuh dari penyakit mematikan itu."

Pak Hilmi nampak tersontak kaget mendengarnya, orangtua itu masih terdiam sambil mendengarkan kembali perkataan putranya.

"Apa papah tau, siapa orang berhati baik yang selalu papah puji karena sudah mendonorkan jantungnya untuk anak papah yang malang ini?" Mahesa bertanya agak sarkatis kepada ayahnya.

Pak Hilmi menatap Mahesa, "Jangan bilang kalau..."

Mahesa tersenyum kembali, menatap papahnya sambil menganggukan kepalanya, "Iya, pah, benar. Orang yang sudah mendonorkan jantungnya untuk Mahesa adalah dia,"

"Satya."

deg!

Seketika pak Hilmi terdiam tanpa bisa berbicara kembali. Ia menatap Mahesa dengan pandangan tak percayanya. Ternyata selama ini, orang itu adalah Satya. Pak Hilmi sama sekali tidak tau, dan baru hari ini ia tau sehabis Mahesa memberitahunya. Hal itu membuat pak Hilmi sungguh terkejut.

"Jika dilihat dari respon papah, sepertinya papah kenal dan tidak asing dengan orang dan nama itu kan, pah?" ucap Mahesa.

"Dan satu lagi, papah pasti bingung kan mengapa jantung dia bisa tepat dan cocok untuk Mahesa? sama, pah, aku juga awalnya bingung mengapa jantung dia bisa cocok dengan Hesa."

"Bahkan, bukan hanya kecocokan jantung kami saja, Tetapi juga golongan darah kami. Papah yang paling tau bahwa golongan darah aku langka. Dan kenapa juga pada saat aku pernah mendonorkan darah Hesa untuk Satya, dan hasilnya juga cocok."

"Papah pasti sangat bingung dan terkejut kan?" ucap Mahesa.

Mahesa tersenyum kearah pak Hilmi, menatap wajah papahnya itu yang sedang terdiam dengan raut wajah terkejutnya, "Tapi, bukannya papah yang paling tau hal tersebut mengapa bisa terjadi?" Mahesa kembali berucap dengan sarkatis.

Mahesa menatap sebuah surat ditangannya, kemudian menyerahkan surat tersebut kepada papahnya. Pak HIlmi menerimanya dengan tangan yang sedikit bergetar.

"Mungkin dari surat inilah papah bisa meenjelaskannya semuanya kepada Hesa." ucap lelaki itu.

Pak Hilmi mulai membuka surat tersebut kemudian mulai membacanya dengan begitu fokus dan teliti. Sementara Mahesa menunggu. Lelaki itu memiliki harapan yang besar hari ini agar semua apa yang menjadi pertanyaanya sejak dulu bisa terjawab semua.

Tangan pak Hilmi bergetar hebat, ia telah selesai membaca surat tersebut. Sebuah surat pernyataan yang sangat diluar dugaannya. Pak Hilmi kembali menatap Mahesa dengan pandangannya sulit untuk diartikan.

"Hesa, kenapa kamu mencari tau semua ini sendiri?" akhirnya pak Hilmi membuka suaranya untuk bertanya.

"Karena papah nggak pernah mau jujur selama ini sama Hesa."

"Karena itulah Hesa mencari tau semuanya sendiri, pah. Mahesa melakukan test DNA dengan Satya untuk menuntaskan kecurigaan selama ini."

"Papah nggak tau kan, seberapa keras perjuangan Hesa untuk mencari tau semua ini? bahkan papah juga nggak tau kan Hesa kecelakaan karena kacau dengan hal ini?" Mahesa mulai mengungkapnya apa yang ada didalam hatinya.

"Papah sudah lihat surat tersebut kan? dan papah pasti mengerti apa arti dari surat hasil test DNA itu."

Jelas pak Hilmi tau, bahkan lebih tau dari Mahesa. Sekarang yang Mahesa inginkan hanya kejujuran dan kejelasan dari papahnya.

"Hasil test DNA itu positif, pah. Apa papah bisa ngejelasin dengan hasil test DNA itu?"

Mahesa masih menatap pak Hilmi yang masih diam tak berkutik.

"Pah, Mahesa bisa sembuh karena Satya. Dan Satya telah tiada." ulang Mahesa.

Pak Hilmi memejamkan matanya, matanya sudah menampung air matanya sendiri. Oranglain tidak akan tau apa yang dirasakan pak Hilmi hingga ia ingin menitihkan air matanya, karena pak Hilmi belum juga berterus terang.

"Ternyata dia sudah meninggal, Satya." batin pak Hilmi berucap.

"Sekarang, papah nggak bisa lagi berbohong dan mengelak. Karena bukti jelas sudah ada didepan kita."

"Yang Hesa inginkan, hanya penjelasan dari papah."

"Siapa Satya, pah?" ulang Mahesa lagi.

"Satya Langit Aksara,"

Pak Hilmi mengangkat kepalanya, menatap Mahesa dengan pandangan yang benar-benar tidak dapat diartikan maknanya. Matanya bahkan memerah, seperti menahan tangisannya. Namun, mata tersebut benar-benar tersirat rasa penyesalan yang amat mendalam.

"Mahesa papah minta maaf...Papah akan jujur sama kamu, tapi, papah mohon, kamu jangan membenci papah setelah ini. Papah akan menjelasakan semuanya, tapi papah nggak mau kamu benci sama papah nantinya."

Hati Mahesa seketika menjadi sakit, nampaknya memang benar, papahnya itu memiliki rahasia yang sengaja ia sembunyikan dari dirinya sendiri. Dan pak Hilmi tau dan mengenal siapa itu Satya.

"Hesa nggak akan benci papah, tapi papah tolong jelaskan secara jujur."

"Siapa itu Satya?"

"Satya Langit Aksara, apakah dia adalah anak papah juga?"

Mahesa terus mendesak papahnya, ia harus segera mengetahui rahasia ini. Ini adalah sebuah rahasia besar yang sudah lama sekali ia cari tau, dan kunci dari jawaban semua ini adalah pak Hilmi.

Sudah bertahun-tahun pak Hilmi membohongi dan mencoba menutupi semuanya dari Mahesa bahkan sejak Mahesa kecil. Ini sudah tidak bisa lagi teruskan, karena bukti sudah ada jelas didepan matanya.

Pak Hilmi memejamkan matanya sebelum melanjutkan lagi perkataannya.

"Ya, papah tau dia, Satya." pak Hilmi kembali membuka suara.

"Sesuai dengan hasil test DNA yang telah kamu cari tau, semua ini memang benar."

"Satya Langit Aksara, dia adalah saudara kandung kamu. Dia adalah anak kandung papah, dan dia adalah...

"Kembaran kamu, Mahesa."











****

-Kilas balik Svarga dan Satya-

Bersambung...









maap ya lagi-lagi digantung hihi, tapi bukan author namanya kalo nggak bikin readersnya penasaran 🙏🏻

kalian terkejut gak sama omongan pak Hilmi diakhir chapter ini? sebuah plot twist kah? atau kalian emang udah menduga sebelumnya?

aku mau mogok update lagi ah kalo kalian gak ngasih semangat buat update ke chapter selanjutnya 😣 gaenak kan digantung gini, emangnya hubungan aja yang bisa ngegantung, cerita ini juga bisa dong hahaha ~

mana komen lanjutnya kalo kalian penasaran???

Continue Reading

You'll Also Like

58.7K 8.2K 32
(aku bukan mayad series) nakamura Yoichi, seorang pemuda bersurai peach yg keluarga nya di bantai oleh kibutsuji Muzan saat tengah pergi bermain bers...
404K 28.3K 21
Seorang remaja bernama Arshaka Jocasta yang menjadi pusat obsessi para sahabatnya. Arshaka mengidap penyakit langka. Sindrom Kleine-Levin. Di mana s...
462K 39.4K 60
jatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jad...
18.6K 2.9K 35
"Walaupun hidupku tanpa warna, namun kehadiranmu membuatnya menjadi lebih sempurna." Tentang Riki dengan hidup suramnya, dan kedatangan Ayra yang me...