kilas balik Svarga dan Satya

Bởi penaaputihk

54K 7.1K 871

[ SEASON 2 OF "Satya dan 67 hari" ] Melanjutkan kisah dari Satya dan 67 hari terakhirnya yang belum tuntas... Xem Thêm

Selamat datang kembali
Prologue: Kilas balik
01: Mahesa Danendra
02: Masa kecil penuh penderitaan
03: Mahesa dan Alya
04: Permintaan maaf yang menggemaskan
05: "Aku nggak punya ibu."
06: Little Promise
07: Where are u? hesa.
08: bunga tulip putih
09: Alasan
10. 12 tahun berlalu
11: Dia harus tau
12: pesan terakhir
13: Dia yang berkorban
14: pemberian berharga
15: Sang pendonor
16: ucapan terimakasih
17: Ricky
18: apa yang terjadi?
19: terungkap
20: 2 anak penimbul masalah
21: masih merindukannya
22: Langkah awal dari sebuah rencana
23: "Buktikan saja!"
24: Perselisihan
25: Tetap menerimanya
26: Dia masih ada
27: rahasia besar yang terungkap
28: kabar buruk
30: berjanji
31: Rahasia besar
32: announcement

29: tak mau kehilangan

1K 113 0
Bởi penaaputihk

****

-Kilas balik Svarga dan Satya-



"Cukup sekali saja, Tuhan. Aku sudah tidak mau lagi kehilangan untuk yang kedua kalinya."









Seorang perempuan berjalan dengan tergesa-gesa sambil menggandeng bocah laki-laki disebelahnya. Wajahnya begitu menunjukan perasaan cemas dan khawatirnya dengan air mata yang sudah berlinang dari kedua matanya.

Tubuhnya melemas saat ia mendapatkan sebuah kabar buruk yang menimpa suaminya sekitar 1 jam yang lalu, lantas ia langsung bergegas menuju rumah sakit untuk melihat kondisi sang suami.

Saat ia tiba didepan ruangan UGD tersebut, sudah ada beberapa pihak kepolisian yang juga masih berada dirumah sakit ini. Segera saja Alya menghampiri pihak kepolisian tersebut untuk menanyakan kejelasannya.

"Pak, gimana keadaan suami saya? kenapa kecelakaan ini bisa terjadi?" tanya Alya dengan panik.

Pihak kepolisian tersebut langsung menoleh, "Ibu istri dari korban yang bernama Mahesa Danendra, Benar?"

"Jadi begini, bu. Menurut hasil selidik yang telah kami lakukan di TKP, korban mengalami kecelakaan bersama dengan mobil lainnya dari arah berlawanan."

"Faktor utamanya, belum jelas kami ketahui, Tetapi dugaan sementara karena mengantuk sehingga hilangnya konsentrasi dalam mengemudi."

"Tetapi berdasarkan hasil cctv jalanan yang sudah kami periksa, mobil yang dikendarai pak Mahesa melanju dengan kecepatan tinggi dengan mobil yang ada dari arah berlawanan, sehingga kecelakaan pun tidak terhindar."

Kaki Alya langsung melemas mendengarnya, "Ta-tapi, keadaan suami saya sekarang bagaimana, pak?" tanya Alya gemetar.

"Pak Mahesa sudah ditangani oleh pihak medis saat ini. Awalnya kami mengira bahwa tidak ada korban yang selamat melihat dari kecelakan ini cukup fatal. Namun, ternyata pak Mahesa ditemukan masih bernapas saat itu. Dan dengan segera kami membawanya kerumah sakit sebelum terlambat."

Alya kembali menangis, hatinya sedikit lega bahwa suaminya tidak kehilangan nyawanya karena kecelakaan ini dan masih bisa selamat. Namun, bagaimanapun juga Alya masih merasa khawatir jika Mahesa belum dinyatakan baik-baik saja sekarang.

"Baik, pak. Terimakasih banyak, ya." ucap Alya.

Pihak kepolisian tersebut akhirnya berpamitan untuk mengundurkan diri dari hadapan Alya dan ingin kembali bertugas. Kini giliran Alya dan Satya kecil yang menunggu Mahesa dari luar ruang UGD.

Setelah Mahesa dikeluarkan dari ruang operasi beberapa waktu lalu, kini lelaki itu telah dipindahkan ke ruang UGD. Namun hingga sekarang pun penanganan masih dilakukan, dan pihak medis belum keluar dari ruangan tersebut.

Hati perempuan itu menjadi begitu gelisah, perasaannya tidak tenang. Ia terus mengenggan tangan kecil putranya untuk memberikan kekuatan.

Sementara Satya kecil yang belum mengerti apapun dan melihat bundanya menangis tersendu didepannya tidak bisa tinggal diam saja.

Dengan inisiatifnya sendiri, anak itu mengusap air mata yang terus keluar dari mata bundanya.

"Bunda jangan nangis," ucap Satya.

"Aku nggak suka liat bunda nangis, udah, ya, jangan nangis lagi. Kan disini ada aku."

Alya menoleh kemudian menatap putranya itu sambil tersenyum, ia membawa Satya kecil kedalam dekapannya. Ia ingin memeluk anaknya itu agar bisa membuat perasaannya lebih tenang.

"Iya, sayang. Makasih, ya, Satya jangan kemana-mana juga. Disini aja sama bunda."

Satya kecil yang berada dipelukan bundanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Alya mencium puncuk kepala bocah itu penuh kasih sayang seolah tak ingin kehilangan anak ini.

Setidaknya, sekarang Alya masih memiliki Satya putranya yang bisa membuat perasaannya lebih tenang. Yang bisa menemaninya dan membuatnya berhenti menangis.

Alya tidak tau harus bagaimana kalau sampai Mahesa tiada, yang Alya miliki sekarang dalam hidupnya hanya Mahesa dan Satya kecil putranya. Ia tidak mau kehilangan mereka berdua, Alya akan menjaga keduanya sebagai bagian dari hidupnya.


Seorang pria terus memejamkan matanya dengan alat bantu pernapasan oksigen dan beberapa alat medis lainnnya. Bahkan bunyi alat pendeteksi jantung pun turut menyuarai keadaan dari lelaki itu.

Kaki kanannya terangkat 1 menggunakan alat khusus yang menyangga kakinya, kemudian kepalanya pun masih dibalut perban.

Setelah selesai menjalankan operasi pasca kecelakaan, ia sudah bisa dipindahkan keruang rawat pasien namun kondisinya masih dalam keadaan koma.

Pintu ruang rawat itu terbuka, seorang ibu dan anak kecil masuk kedalam setelah menunggu hampir 2 jam dengan perasaan yang begitu cemas.

Alya mendekat kearah ranjang suaminya, ia melihat Mahesa yang masih memejamkan matanya dengan banyaknya luka dan perban diseluruh tubuhnya menambahkan rasa sesak didada perempuan itu.

Tangannya mengelus dengan lembut dan penuh hati-hati surai hitam Mahesa, sambil tersenyum getir.

"Sayang, aku disini..." lirihnya membisikan tepat ditelinga Mahesa.

Tak bisa membendung lagi tangisannya, perempuan itu menitihkan kembali air matanya ketika melihat kondisi sang suami yang begitu memprihatinkan.

Seorang bocah lelaki masih terdiam sambil memperhatikan kondisi papahnya. Kemudian Satya mendekat kearah ranjang sang papah.

"Bunda, papah kenapa?" tanyanya dengan polos. Satya kecil belum paham dan belum mengetahui apa yang terjadi pada papahnya itu.

Alya menoleh dan menunduk menatap putranya, kemudian tersenyum.

"Papah lagi sakit, sayang. Dan papah lagi bobo sebentar, kita sama-sama berdoa, ya, semoga papah cepet bangun." ucap Alya agar Satya dapat mengerti.

Satya kecil kembali menoleh kearah Mahesa, banyak luka diseluruh tubuh papahnya, selain itu beberapa perban juga turun ada dimana-mana. Melihat itu, Satya dibuat bergidik ngeri.

"Ih, papah luka-luka, bun. Pasti sakit makanya papah nggak bangun." ucap Satya.

Alya hanya dapat menunjukan senyum getirnya. Ia kembali menatap sang suami yang masih memejamkan matanya begitu rapat.

Satya memegang tangan papahnya, kemudian mengelusnya dengan lembut.

"Papah cepet sembuh, ya, dan cepet bangun. Biar kita bisa main bareng lagi." ucap Satya.

"Nanti Satya sama bunda bakalan terus doain papah sampe papah bangun, jangan bobo mulu nanti kita kangen papah."

Dengan pintarnya, anak itu mengecup punggung tangan Mahesa, seolah memberikan kekuatan kepada papahnya agar bisa secepatnya sadar dan pulih.

Alya yang melihatnya pun kembali tersenyum meskipun hatinya masih cemas dan sedih. Perempuan itu mengelus puncak kepala anaknya.

Tak berapa lama, seorang dokter masuk kedalam ruang rawat Mahesa.

"Anda keluarga dari pasien?" tanya dokter tersebut.

"Iya, Dokter. Saya istrinya." jawab Alya.

"Baik, kami akan memberitahu informasi mengenai kondisi terkini dari pasien."

Dokter itu melihat keadaan Mahesa kembali sebelum melanjutkan ucapnnya lagi.

"Pasien adalah korban kecelakaan beberapa jam yang lalu, dan cukup saya akuin kecelakaan tersebut benar-benar kecelakaan yang cukup besar dan sangat fatal. Untungnya korban segera dilarikan kerumah sakit dan langsung mendapat pertolongan. Jika tidak, maaf sekali, mungkin nyawa korban tidak akan bisa tertolong." jelas dokter tersebut.

Alya memejamkan matanya saat mendengar penjelasan memilukan dari dokter itu tentang kondisi sang suami.

"Namun meskipun berhasil selamat dari kecelakaan maut tersebut, kondisi terkini pasien bisa dibilang memprihatinkan."

"Ada benturan keras dikepala korban yang mungkin akan mengalami cidera berkepanjangan. Untungnya kami telah menanganinya dengan cepat agar tidak terjadi penggumpalan darah yang mungkin kabar buruknya bisa membuat pasien lupa ingatan."

"Lalu, kaki sebelah kanan pasien mengalami patah tulang. Akibatnya pasien harus mendapatkan perawatan intensif dan pemulihan patah tulang. Dalam waktu tertentu, mungkin pasien harus selalu menggunakan kursi roda."

Pandangan Alya seketika berubah saat mendengar satu benda yang begitu membekas dan mengenang dalam ingatannya.

Kursi roda.

"Tapi, apakah patah tulangnya bisa disembuhkan, dokter?" tanya Alya.

"Tentu bisa, secara bertahap patah tulang tentu bisa disembuhkan. Mungkin akan memakan waktu masa penyembuhan patah tulang kurang lebih 6 bulan."

"Selain itu, bisa kita lihat sekarang..." dokter itu menujuk keadaan Mahesa.

"Pasien mengalami koma."

Kaki Alya semakin dibuat lemas oleh setiap perkataan tentang kondisi suaminya yang diucapakan dokter tersebut. Rasanya tubuhnya melemas.

"Kita tunggu saja kedepannya, saya harap pasien bisa secepatnya tersadar dan bisa melewati masa komanya." ucap dokter tersebut.

"Kalau begitu, saya permisi dulu."

Alya menganggukan kepalanya dan tersenyum, "Terimakasih banyak, dokter."

Setelah dokter tersebut keluar dari ruang rawat Mahesa, Alya kembali memandang keadaan suaminya yang kini begitu memprihatinkan. Lagi-lagi air mata mengalir dari kedua kelopak matanya.

Perempuan itu mengenggan tangan suaminya untuk memberikan kekuatan, "kamu pasti bisa bertahan, hesa. Kamu harus bisa secepatnya sadar dan melewati masa koma kamu..." lirih Alya.

Ia menghapus air matanya, "Kenapa ini bisa terjadi, ada apa dengan kamu, Mahesa? kenapa bisa sampai seperti ini."


Pria dengan usia 60 tahun itu berjalan dengan langkah tergesa-gesa dari arah kooridor rumah sakit ini. Langkahnya disusul oleh seorang pria yang sedari tadi juga berjalan dengan langkah tergesa-gesa sambil menunjukan raut wajah cemasnya.

Beberapa jam yang lalu, pak Hilmi dan Ricky diberi kabar oleh Alya bahwa Mahesa mengalami kecelakaan dan sekarang dalam keadaan koma. Sontak hal tersebut membuat pak Hilmi selaku ayah Mahesa menjadi panik dan cemas, begitupun dengan adik angkat Mahesa, Ricky.

Keduanya tiba dirumah sakit ini dengan segera, pak Hilmi beserta Ricky langsung masuk kedalam kamar rawat Mahesa, nampak masih ada Alya didalam ruangan sambil tertidur dengan posisi duduk disebelah Mahesa. Sementara Satya, anak itu tertidur disofa rumah sakit. Keduanya tertidur karena waktu sudah menunjukan lewat tengah malam.

Pak Hilmi mendekati Alya perlahan, ingin membangunkan dengan hati-hati menantunya itu.

"Alya," panggil pak Hilmi.

Sontak perempuan itu terbangun dari tidurnya dan langsung berdiri ketika melihat pak Hilmi sudah tiba dirumah sakit ini.

"Papah,"

"Gimana keadaan Hesa sekarang?" tanya pak Hilmi khawatir.

"Dokter bilang, Mahesa masih mengalami masa koma. Kecelakaannya cukup parah sehingga Mahesa mengalami patah tulang kaki." jelas Alya.

Pak Hilmi memandang putra kandungnya itu dengan tatapan sendu, "Ya ampun, nak. Kenapa bisa terjadi..." lirih pak Hilmi.

"Kak, kecelakaannya kenapa bisa terjadi? apa penyebabnya?" kini Ricky membuka suaranya.

"Pihak kepolisian masih terus menyelidikinya, dugaan sementara karena Mahesa mengantuk sambil membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi." Alya kembali menjelaskan.

Ricky terdiam, menatap sang kakak yang terus memejamkan matanya dengan alat bantu pernapasan pada dirinya.

"Nggak mungkin karena mengantuk, gue tau betul kak Mahesa nggak pernah mengantuk selama mengemudi dan dia selalu berhati-hati. Pasti ada sesuatu yang dipikirkan kak Mahesa makanya dia jadi nggak fokus mengemudi. Pasti ada sesuatu." batin Ricky.

Pak Hilmi terus memandang wajah putranya, tangannya langsung menggenggam tangan milik Mahesa dengan perasaan sedih.

"Papah disini, Hesa...papah disini." lirih pak Hilmi.

Semuanya terdiam, meratapi kesedihan dari insiden kecelakaan yang mengakibatkan Mahesa koma. Mereka semua benar-benar terkejut ketika mendapat kabar buruk yang menimpa lelaki itu.

Pasalnya, mereka semua tau Mahesa adalah type orang yang sangat berhati-hati dalam mengemudi. Jika ia sampai hilang kendali dan hilang konsentrasi saat mengemudi pasti telah terjadi sesuatu yang membuat pria itu kacau dalam mengemudi.

"Kak Alya lebih baik pulang dulu istirahat, kasihan pasti kakak juga capek dan kasihan juga Satya tidur disofa kaya gitu, pasti kurang nyaman." titah Ricky.

"Tapi, gimana sama Mahesa?" ucap Alya masih mencemaskan suaminya itu.

"Jangan khawatir, kan sekarang ada gue dan papah. Kita bisa gantian jaga kak Mahesa, dan kak Alya lebih baik pulang dulu aja, ya."

Alya terdiam, ia masih berat untuk meninggalkan suaminya. Alya masih sangat khawatir. Namun, ia juga memikirkan anaknya yang sedari tadi pasti juga lelah bahkan sampai tertidur disofa seperti itu. Alya juga harus memikirkan Satya apalagi bocah itu masih kecil.

Setelah yakin, akhirnya wanita itu memilih untuk pulang malam ini. Sementara pak Hilmi dan Ricky yang akan bergantian menjaga Mahesa dirumah sakit.

Ricky segera mengantar kakak iparnya itu untuk pulang, lelaki itu juga menggendong keponakannya yang tertidur. Setelah berpamitan dengan pak Himi, Alya akhirnya pulang untuk beristirahat bersama Satya.

Tinggallah pak Hilmi dan Mahesa diruangan rawat itu, pria itu masih mengenggam tangan putranya. Ia masih menggenggamnya sama seperti Mahesa kecil dulu.

Pak Hilmi mengelus tangan Mahesa, ia jadi teringat kenangan kecil putranya yang penuh dengan penderitaan karena penyakitnya.

Melihat Mahesa dirumah sakit lagi dengan mata terpejam tak sadarkan diri membuat pak Hilmi lagi-lagi mengenang masa penuh kepahitan dalam hidup putranya kecil dulu. Dimana kala itu memang Mahesa selalu bolak-balik kerumah sakit, dan apabila dirumah sakit maka pak Hilmi akan selalu berada disamping anaknya itu sambil menggenggam tangan Mahesa.

Sekarang, pak Hilmi kembali melakukannya lagi. Kali ini perasaannya sebagai seorang ayah tergerak kembali meskipun putranya itu sudah besar dan dewasa. Tapi dimatanya, Mahesa tetaplah putranya, sama seperti ia kecil dulu.

"Apa yang terjadi sama kamu, nak? kenapa bisa terjadi seperti ini..." lirih pak Hilmi.

Pak Hilmi menghembuskan napasnya, ia sudah lega putranya itu sekarang tidak lagi mengalami sakit dari penyakitnya dan tidak pernah lagi ke rumah sakit semenjak dirinya berhasil mendapatkan transplatasi jantung.

Tapi kali ini lelaki itu kembali ke rumah saki lagi dengan keadaan koma. Sungguh membuat hati dan perasaan pak Hilmi hancur kembali.

Namun seketika, pak Hilmi kembali mengangkat kepalanya menatap Mahesa. Ia jadi teringat sebuah pertanyaan yang pernah ditanyakan oleh Mahesa padanya tempo waktu lalu.

Pertanyaan yang membuat pak Hilmi agak terkejut dan kesulitan untuk menjawab.

"Papah kenal dengan orang bernama Satya?"

Pada saat Mahesa bertanya, pak Hilmi sama sekali tidak menjawab dan hanya terdiam. Ia tidak bisa menjawabnya, mulutnya seolah terkunci dan sulit sekali untuk membukanya.

Badannya gemetar saat itu atas pertanyaan putranya sendiri yang benar-benar diluar dugaannya.

Sejak hari itu, pak Hilmi sama sekali tidak bisa tenang. Pria itu terus merasa gelisah dan dihantui rasa ketakutan. Entah mengapa, rasanya masih sulit sekali untuk menjawab 1 pertanyaan yang pernah Mahesa tanyakan padanya.

Ia akan menjawab apapun pertanyaan itu, asalkan jangan pernah bertanya tentang hal tersebut. Karena itu adalah hal yang begitu kelam dalam hidup lampaunya.

Sebuah hal yang membuat pak Hilmi sengaja menutupi putranya sendiri dari dunia luar dan tidak mau memberikan identitas keluarganya.

Pak Hilmi menatap Mahesa dalam, seolah ingin mengucapkan permintaan maafnya.

Pak Hilmi tertunduk sejenak, pikirannya sedang gundah sekali dan bercabang. Pertanyaan Mahesa belum bisa ia jawab. Maka dari itu pak Hilmi begitu merasa bersalah sekali pada lelaki itu.

"Papah nggak bermaksud apapun dan menyembunyikan apapun dari kamu, Hesa..."

"Tapi sebaiknya, kamu tidak perlu mengetahui hal-hal yang membuat kita sengsara dulu."

Pak Hilmi kembali menatap putranya yang masih memejamkan matanya tanpa merespon apapun dari perkataannya.

Sampai akhirnya, pak Hilmi berucap dalam hatinya.

"Darimana kamu tau nama itu, Mahesa?"










****

-Kilas balik Svarga dan Satya-








bersambung...

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

2.8K 1.3K 29
Tidak menyangka, Askar bertemu kembali dengan teman masa kecilnya bernama Geana, setelah 12 tahun lalu berpisah. Namun, Geana malah melupakan sosok d...
139K 8.6K 24
"Hestama berhak tahu kalau ada bagian dari dia yang hidup di dalam rahim lo, Run." Cinta mereka tidak setara. Pernikahan mereka diambang perceraian...
5.2K 814 28
Eccedentesiast menurut psikologi adalah orang yang menyembunyikan kesedihan dibalik senyumannya. Orang yang selalu tersenyum walau sebenarnya dia me...
696K 6K 19
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...