My True Me (END)

By deesar

42.4K 5.8K 11.3K

17+ Setahun yang lalu, Zita tiba-tiba tersadar dan mendapatkan luka panjang dari telapak hingga pergelangan... More

Epitasio
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
That Night (1)
That Night (2)
That Night (3)
That Night (4)
That Night (5)
That Night (6)
That Night (8)
That Night (9)
That Night (10)
That Night (11)
That Night (12)
That Night (13)
That Night (14)
That Night (15)
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Her Past (1)
Her Past (2)
Her Past (3)
Her Past (4)
Her Past (5)
About Him and His Girl
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
For Tonight
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh
Empat Puluh Delapan
Empat Puluh Sembilan
Lima Puluh
Lima Puluh Satu
Lima Puluh Dua
Hatred (1)
Hatred (2)
Hatred (3)
Hatred (4)
Hatred (5)
Hatred (6)
Lima Puluh Tiga
Lima Puluh Empat
Lima Puluh Lima
Lima Puluh Enam
Lima Puluh Tujuh
Lima Puluh Delapan
Lima Puluh Sembilan
Enam Puluh
Enam Puluh Satu
Enam Puluh Dua
Animo
Enam Puluh Tiga
Enam Puluh Empat
Enam Puluh Lima
Enam Puluh Enam
Catastrophe (END)
Extra Part (1)
Extra Part (2)
Extra Part (3)

That Night (7)

517 85 215
By deesar

Adifa keluar kamarnya setelah selesai mengeringkan tubuh dan mengganti pakaiannya. Hal pertama yang dilihatnya ketika membuka pintu kamar adalah Mila yang tengah berjalan membungkuk, mengendap-endap sambil menenteng sepatunya.

"Mil?"

Gadis itu tersentak. Kepalanya menoleh ke arah Adifa seraya menegakkan tubuh.

"'Mil'?" ulang gadis itu dengan dahi berkerut.

Adifa berjalan mendekat. "Lo mau ke mana?"

Gadis itu sempat kebingungan beberapa saat, lalu buru-buru mendekap tubuhnya sendiri dengan memasang wajah memelas. "Gue kedinginan. Jadi, mau keluar buat joging sekalian cari yang anget-anget."

Kini Adifa yang berkerut dahi. Ia bisa mengerti jika Mila merasa kedinginan setelah diguyur air 3 jam lamanya, tapi ini masih jam 4 pagi! Masih terlalu gelap untuk joging di pagi hari, dan penjual makanan yang dapat menghangatkan tubuh pun jelas belum membuka lapaknya.

"Lo mau teh anget? Biar gue buatin," tawar Adifa pada akhirnya.

"Kayak bocil banget minumnya teh anget," gerutu Mila dengan bibir mencebik.

Kerutan di dahi Adifa semakin dalam, merasa ada yang aneh dengan sikap gadis itu. Ia lantas mendekat, menempelkan telapak tangannya ke dahi Mila.

"Lo sakit?" tanyanya, meski suhu tubuh Mila terasa normal-normal saja.

"Gue tuh cuma kedinginan. Bangun-bangun ada di bathub, dalam keadaan basah kuyup. Kulit gue sampai keriput. Nih!" cerocos gadis itu sambil menunjukkan ujung jari-jarinya yang berkerut. "Kayak nenek-nenek! Iyuuhh ...."

Adifa nyaris ternganga, tak menyangka jika Mila bisa secerewet itu. Sikapnya jauh berbeda dari sosok Mila yang ia kenal sebelumnya. Apa jangan-jangan masih tersisa efek dari stimulus yang diminumnya beberapa jam lalu?

Anggap saja itu benar, Adifa tak mau ambil resiko dengan membiarkan Mila berkeliaran di luar sana. "Terus lo maunya apa?"

Gadis itu mengerutkan bibir, tampak berpikir. Adifa yang melihatnya lagi-lagi merasakan kejanggalan, ia bertanya-tanya dalam hati, apa Mila memang seekspresif itu sebelumnya?

"Gue rasa ...." Mila meliriknya ragu-ragu. "I need some alcohol."

"Alkohol?" Kedua alis Adifa bertaut, tak mengira hal itu akan keluar sebagai jawaban. "Dibanding alkohol, kalau lo emang merasa nggak enak badan, kita bisa ke rumah sakit."

"No! No! No!" sergah gadis itu cepat seraya mengibas-kibaskan tangan di depan dada. "Gue nggak apa-apa. Gue cuma butuh sedikit ...," lanjut Mila sambil mendekatkan jarak ibu jari dan telunjuknya, "kehangatan dari minuman aja. Udah gue bilang kalau gue kedinginan."

Adifa menghembuskan napas dengan berat. Entah kenapa ia merasa sedang berhadapan dengan ke-ngeyel-an bocah remaja.

Ia lantas menuju ke dapur, dan menyuruh Mila duduk di depan kitchen bar. Adifa membuka lemari di bawah meja dan mengeluarkan satu botol brandy dari sana.

Mata Mila melebar, bukan karena terkejut, tapi lebih seperti respon antusias atas hadirnya minuman berwarna kecoklatan itu.

"Hanya satu gelas. Nggak lebih." Adifa memeringatkan.

"Three?" Mila mencoba menawar.

Adifa menuangkan minuman itu ke gelas, lalu mengarahkan ke hadapan Mila tanpa melepasnya. "Satu gelas atau nggak sama sekali."

Bibir Mila mencebik, lalu dengan berat hati berkata, "Iya ...."

Adifa membiarkan Mila mengambil alih gelas itu, sedangkan ia sendiri mengambil tempat duduk di sebelah Mila, ikut menuangkan sedikit minuman ke gelas miliknya sambil melirik ke arah Mila. Matanya melebar saat melihat Mila menghabiskan minumannya dalam sekali teguk. Entah memang begitu cara Mila menikmati minumannya atau justru sebaliknya, gadis itu tak tahu cara menikmati brandy!

"Hmmm ...," gumam Mila yang tengah menangkup kedua pipinya sambil memejamkan mata.

Selang beberapa menit, Mila mulai menyangga dagu karena kepalanya terantuk beberapa kali. Adifa menggeleng-gelengkan kepala sambil menyesap sedikit minumannya.

Adifa mendengar Mila bergumam tak jelas, masih dengan tangan menopang dagu, dan mata yang terlihat sayu.

"Gue bener-bener ngerasa hidup."

Lagi-lagi kalimat depresif itu keluar dari bibir gadis itu. Adifa menyesap kembali minumannya, lalu memiringkan tubuh ke arah Mila. "Lo kan emang masih hidup."

Mila menoleh. Dengan mata setengah terbuka, gadis itu terkekeh. "Pasti enak ya punya kehidupan sendiri, pegang kendali atas hidup lo sendiri, tanpa perlu berbagi sama orang lain."

Adifa mengangkat alis tak mengerti.

"Padahal gue cuma pengen ngerasain clubing, minum alkohol, godain om-om, eh!" Mila memicingkan pandangan untuk menilisik wajah Adifa. "Lo kan om-om, ya?"

Sialan! Adifa kembali meneguk minumannya. Tak memedulikan semua ucapan gadis yang tengah mabuk itu.

"Cakep juga," lanjut Mila. "Gue baru tahu, Mila punya kenalan secakep lo."

"Lo nyebut Mila seolah lo bukan Mila," sahut Adifa tanpa minat.

"Gue emang bukan Mila." Gadis itu mengulurkan tangannya ke arah Adifa. "Gue Sherly."

Sherly? Adifa mengangkat sebelah alis. Sepertinya, bermain peran sebagai orang lain adalah kebiasaan gadis itu kalau sedang mabuk.

"Calon pacarnya Theo." Gadis itu kini terkikik malu-malu atas pengakuan yang baru diungkapkannya. "Lo emang cakep, tapi Theo jauuuh lebih cakep."

Adifa hanya merotasi mata malas. Ia tak peduli, dan tak mau ambil peduli. Ia hanya sedikit tak menyangka jika Mila juga bisa se-bucin itu. "Lo udah mabuk, mending tidur, deh."

Ekspresi gadis itu kini berubah. Mukanya masam dengan bibir cemberut. "Gimana gue bisa tidur kalau sekarang gue nggak tahu lagi di mana?"

Adifa menghela napas, mencoba sabar menghadapi gadis mabuk itu. "Kamar tempat lo keluar tadi bisa lo pake, Mil. Itu kamar lo."

"Sherly!"

Adifa menarik napas dalam-dalam. "Iya, Sherly. Lo bisa pakai kamar itu untuk malam ini, Sherly."

Sherly turun dari kursinya dengan tubuh yang sedikit oleng. Telunjuknya lantas terarah ke depan wajah Adifa. "Jangan coba macem-macem! Gue bakal aduin lo ke Theo!"

Adifa hanya memasang senyum datar mendengar peringatan gadis itu. Ia tak mau tahu soal Theo-Theo itu, ia hanya tak mau berlama-lama menghadapi Mila yang sedang mode mabuk. "Sleep tight, Sherly."

...

Mila membuka mata dan langsung didera rasa pusing yang tak terkira. Kepalanya terasa berat, tenggorokannya terasa sakit, perutnya pun terasa tak nyaman.

Ia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Setelah keluar dari club, Adifa langsung membawanya pulang dan mengguyurnya dengan air dingin. Haruskah ia bersyukur karena lelaki itu tak memanfaatkan kondisinya, meski dirinya sempat menyerangnya?

Tunggu!

Mata Mila yang menatap langit-langit kontan membola. Sekelebat ingatan jika dirinya sempat mencium Adifa, tiba-tiba mencuat dalam otak.

Oh, shit! Meski ingat jika dirinya tak melakukan hal yang lebih dari sebuah kecupan singkat di pipi, fakta jika dirinya menyerang Adifa sudah cukup memalukan. Apa itu artinya dirinya telah melakukan tindakan pelecehan?

Mila meremas rambut, menyumpah-serapahi dirinya sendiri dengan berbagai macam umpatan. Dirinya pasti sudah gila!

"Aakh ...," lenguh Mila saat rasa tak nyaman pada perutnya semakin menjadi. Ia lantas bangkit dari posisi berbaringnya, bersamaan dengan suara pintu diketuk dari luar. "Masuk aja."

Daun pintu terbuka, Adifa melenggang masuk lalu duduk di tepian tempat tidur dengan bersilang kaki. Tangannya lantas terulur memberikan sekaleng minuman eletrolit pada Mila.

"Thanks," ucap Mila seraya menarik tuas pembuka di bagian atas kaleng, lalu mulai meminum isinya. Baru beberapa teguk, lambungnya seolah menolak kehadiran minuman itu. Ia pun langsung berlari menuju toilet dan memuntahkan isi perutnya ke kloset.

"Makanya kalau nggak bisa minum, nggak usah sok-sokan minum segala." Adifa mengekor di belakangnya, kemudian berjongkok di sebelahnya.

Mila tak menggubris, masih sibuk mengeluarkan sisa-sisa dalam perutnya.

Adifa memijat tengkuk wanita itu. "Lo minum brandy kayak minum air putih. Main ditelen-telen aja. Posisi lo juga belum makan. Wajar kalau sekarang lo kacau kayak gini."

Mila tak terlalu mendengarkan ceramah Adifa, yang ia tangkap hanya kata 'brandy' yang merupakan salah satu jenis alkohol. "Siapa juga yang minum brandy?"

"Terus yang ngabisin segelas brandy dalam satu teguk tadi subuh siapa?" tanya Adifa retoris. "Sherly?"

Mendengar nama itu, Mila kontan memejamkan mata sambil memijat keningnya. Ia mulai memahami situasi sekarang. Hal terakhir yang ia ingat adalah dirinya sedang berendam di dalam bathub. Sepertinya, saat itulah Sherly muncul dan mengambil alih kesadarannya.

Beruntung Adifa mengira Sherly hanyalah karakter palsu yang ia buat karena efek mabuk yang dialaminya. Bersyukur pula ia masih bisa fronting karena sepertinya Zita masih memilih menyembunyikan diri dari ketakutannya.

"Gue nggak melakukan hal aneh, kan?" Mila mendudukkan diri di lantai toilet sambil menoleh pada Adifa. Berharap tidak ada hal memalukan yang Sherly lakukan dengan menggunakan image-nya.

"Hal aneh apa? Soal lo yang mau godain om-om atau soal lo yang mengakui kalau Theo itu calon pacar lo?"

Mila mengumpat dalam hati. Sherly sialan dan kebucinan tololnya!

...

TBC

...

Yang bucin siapa, yang malu siapa...

050623

Continue Reading

You'll Also Like

1.3K 428 21
[TAMAT]✓ Prestasi: 1-bersaudra (8/12/2023) Andini telah lama tinggal di pulau sebrang sendirian. Walaupun memiliki teman yang menerimanya apa adanya...
37.2K 2.7K 30
~Bayangan Mafia di Balik Kerudung~ Semua bermula ketika seorang pria tampan yang terluka di sekujur tubuhnya, di temukan tidak berdaya di belakang...
KANAGARA [END] By isma_rh

Mystery / Thriller

7.6M 552K 93
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...
132K 15.1K 45
BIG SECRET SERIES #1 Berada di sekeliling laki-laki tanpa ada yang tahu bahwa kita perempuan? Alesha Morgan. Cantik, berbakat, dan penyayang. Sayangn...