Mencintai Dalam Diam

By LiNaaaboooo

6.2K 3.5K 2.2K

Cerita ini menceritakan tentang seorang gadis yang mencintai dalam diam seorang lelaki di sekolahnya tanpa se... More

Prolog
First time, I meet U
I Think U
Degup jantung
Bertemu lagi
Menjaga Pandangan
Ragu
Jawaban?
MAAF
Mengakui
masalah kecil
Aneh
Informasi tentangmuโค
Idamanku
Semakin Jatuh Hati
Instagram
Kita saling berbicara
Upacara
Santunan Anak Yatim
Hafalan
Dia punya pacar?
Mendoakan-Nya

Main Bareng

166 115 82
By LiNaaaboooo

"Jangan cemburu dengan apa yang dimiliki oleh orang lain sebab semuanya telah memiliki porsinya masing-masing"




Tetttt.... Tetttt.... Tetttt


Bel pulang sekolah berbunyi nyaring di seluruh sekolah untuk memberi tahu bahwasanya waktu belajar di sekolah telah habis dan saatnya para siswa untuk pulang.

Seperti biasa sebelum pulang Tisa memberikan sentuhan bedak di wajahnya biar tidak kelihatan kumus-kumus. Kemudian tidak sengaja dis melihat sahabatnya yang memasukkan bukunya ke dalam tas, ia menjadi berpikir besok hari minggu sekolah libur. Dia mau mengajak temannya ini main ke rumahnya mumpung ada momen yang tepat.


"Guys," Panggil Tisa sambil menaruh bedaknya di meja. Lantas, kedua sahabatnya itu mengalihkan pandangan ke arahnya. Darka dan Brian yang mau pergi itupun dicegah olehnya.


"Kalian jangan pulang dulu, sini," Ajak Tisa. Keduanya saling pandang lalu Brian menginterupsi untuk menghampiri Tisa, maka Darka pun mengikutinya.


"Kenapa?" tanya Darka sambil membenarkan letak tasnya di bahunya.


Setelah semuanya berkumpul Tisa mulai mengatakan keinginannya. "Besok kan libur gimana kalau kalian main ke rumah gue?"ucapnya sembari melihat semua sahabatnya secara bergantian.


Dia menantikan jawaban dari sahabatnya itu tapi mereka malah asyik saling pandang.


Tisa menghela napas. "Ih jangan saling pandang, gue itu butuh jawaban dari kalian. Kenapa diam aja?" Omelnya.


"Gue sih setuju aja soalnya kita kan udah jarang kumpul nih."

"Bener terakhir kalo kita ngumpul itu pas pertengahan kelas 10."


Mereka telah bersahabat semenjak kelas 10 dan bisa berkumpul itu pas pertengahan. Itupun karena menjenguk Tisa yang lagi sakit, jadi mau naik kelas 11 ini mereka jarang sekali ngumpul bareng. Sekali ngumpul dan ngobrol itu pas waktu sekolah saja. Tisa ingin ngobrol bareng bersama mereka dalam hari selain sekolah, dia ingin menikmati waktu libur bersama sahabatnya.


"Aggya sama Lisna gimana?"
Aggya meremas roknya. "Gue tanya bunda dulu ya," Aggya yang memang notabenenya anak strict parents ini tidak bisa menjawabnya langsung.
Soalnya ia harus meminta izin terlebih dahulu pada orang tuanya, pokoknya kemanapun ia pergi ia harus konfirmasi dulu ke orang tuanya. Biasanya sih dibolehin cuman ia tidak boleh pulang kemalaman.


Apalagi main berdua sama lelaki, orang tuanya tidak suka dan sangat melarangnya, takut terjadi apa-apa mengingat dia seorang wanita. Awalnya Aggya kesal karena orang tuanya ini membatasi dirinya untuk pergi bersama teman, setiap mau pergi keluar bersama teman.


Ia ditanyai pergi sama siapa? Kemana saja? Ada acara apa? Pokoknya begitulah ditambah lagi ia tidak boleh keluar malam dan berpergian keluar kota kecuali orang tuanya atau ada acara seperti studytour dan lainnya.


Aggya tentu amat kesal dan pernah marah sama orang tuanya karena hal itu, cuman semakin lama ia mencoba ikhlas dan mengerti mengapa orang tuanya begitu. Aggya bersyukur mereka masih memperhatikannya dan sangat menjaganya dari dunia luar yang semakin hari semakin gelap gulita.


Sahabatnya ini tahu semuanya tentang itu dan mereka memakluminya. Tidak pula mengeceknya atau menjauhinya.


Tisa mengangguk. "Lu gimana?"


Lisna. "Gue ikut aja." Balasnya sambil mencangklong tasnya.


"Oke besok main ke rumah gue ya, jam setengah 10 semuanya udah harus di rumah gue."


Semuanya mengganguk lalu Tisa mengenggam tangan Aggya sampai sang empu terjengit kaget. "Aggya lu usahain ikut ya soalnya nggak enak kalau nggak ada lu. Mumpung liburan nih kita bisa ngumpul bareng, jadi usahain ikut ya. "


"Pokoknya semua harus ikut." Timpal Darka.


Aggya pun merasa tidak enak hati karena semua sahabatnya menunggu kehadirannya apalagi saat melihat wajah melas Tisa, ia jadi tidak tega. "Oke aku usahain nanti supaya di izinin main bareng kalian."


"Yeay," Tisa menepuk tangannya berbahagia begitupula yang lain.


****

Setelah meminta izin kepada orang tuanya Aggya diperbolehkan ikut meskipun sebelumnya harus diinterogasi terlebih dahulu, akhirnya ia mampu melaluinya dan menepati ucapannya. Aggya pergi berboncengan dengan Lisna.


Cukup memakan banyak waktu untuk sampai di rumah Tisa, Lisna memarkirkan sepeda motor scoopy-nya di halaman rumah Tisa yang begitu amat luas dan mewah secara orang tuanya tajir melintir.



Kemudian terdengar suara deru motor yang memasuki ruangan ini ternyata Darka dan Brian.

"Buset rumahnya makin gede aja," Seru Brian sambil melepaskan helmnya dan matanya sibuk menelisik ke seluruh penjuru rumah Tisa yang amat memanjakan hati dan membuat orang iri ingin memilikinya.

Darka turun dari motornya. "Perasaan dulu nggak ada pos satpam sekarang ada."


"Mungkin semenjak kakaknya Tisa pergi keluar negeri makanya ada pos satpam yang jagain rumah." Sahut Lisna.


"Tunggu apalagi ayo masuk," Ajak Aggya dan mereka pun berjalan menuju ruang pintu.

Baru saja menginjakkan kaki di teras mereka terlebih dahulu dikejutkan akan pintu yang terbuka lebar kemudian muncul pemilik rumah yang tiba-tiba saja memeluk Aggya dan Lisna.

"

Etdah main serobot aja," Ucap Lisna sambil melepaskan pelukan Tisa. Tisa memandang mereka penuh bahagia apalagi ketika mendapati Aggya ikut juga, akhirnya mereka bisa berkumpul lagi setelah sekian lama.

"Syukurlah lu ikut kesini gue makin seneng," Tisa memegang bahu Aggya dan Aggya tersenyum. "Iya Alhamdulillah aku dibolehin main ke rumah kamu."


"Gua nggak dipeluk nih?" Celoteh Brian sambil melebarkan tangannya pada Tisa, semua orang memandang dengan raut muka cengo.


"Pelukan sono sama Darka." Tukas Tisa lalu mengajak dua gadis ini masuk ke dalam tanpa mengajak Darka dan Brian.


Brian menoleh pada sahabatnya dengan tangannya yang masih melebar. "Peluk," Pintanya sambil menunjukkan raut manja.


Darka bergidik ngeri. "Dih gue masih normal, jijik gue." Ceplosnya sambil mendorong Brian agar menjauh darinya dan meninggalkannya.


Brian pun kesal. "Gue juga masih normal kali," Gerutunya sambil menurunkan tangannya dan menyusul masuk ke dalam.


Rumah Tisa ini gede banget hanya saja sepi penghuni, kedua orang tua Tisa seorang dokter yang super sibuk. Tisa juga punya seorang kakak yang berkuliah di luar negeri jadinya ia sendiri tinggal disini bersama pembantunya. Biasanya kalau libur begini dia main bareng sama pacarnya cuman hari ini ia tidak bisa kesini. Karena Ibunya jatuh sakit dan Tisa memakluminya, niat hati ingin punya pacar yang sedaerah ini malah kepincut luar kota. Nasib, nasib.

"Kalian duduk semua. Terserah mau di sofa apa lesehan. Gue ke dapur dulu."

Semuanya pun duduk di lantai yang beralaskan karpet selembut sutra, daripada duduk di atas mereka lebih memilih di bawah. Soalnya enak bisa lesehan kemudian Tisa kembali bersama pembantunya sambil membawa makanan yang menggoda perut.

"Silahkan dimakan nak, ini buatan bibi sama nak Tisa. "

Sepiring pisang goreng dan risol mayo di taruh ditengah mereka, Brian dan Darka menatap penuh nikmat makanan itu.


Darka dan Brian langsung mencomot risol mayo begitu tidak sabaran. "Untung tadi nggak sarapan," Ceplos Brian sambil memasukkan semua risol mayo ke dalam mulutnya. Ketiga sahabatnya ini memandang aneh dia sedangkan bibi malah tersenyum senang.

"Makannya hati-hati jangan buru-buru," Peringat Aggya. Setelah mendapat teguran dari Aggya mereka memperlambat makannya sebegitu patuhnya terhadap Aggya. Pembantu itu kembali ke dapur diikuti dengan Tisa dan keduanya kembali lagi membawa makanan serta minuman.

"Ya Allah Tisa jadi ngerepotin kamu sama bibi."

Tisa melambaikan tangannya. "Santai aja nggak kok,makan aja."

"Ini kebanyakan loh."

"Nggak lah, udah ayo cepetan dimakan."

Darka dan Brian begitu bahagia "Woah ini kenyang gue disini."

Sekarang mereka harus memperlebar duduknya karena kedatangan banyak makanan yang disiapkan oleh Tisa bersama pembantunya. Setelah membantu menyiapkan dia ikut duduk. "Ayo semuanya makan sebelum pulang makanannya harus habis."

"Siap." Seru Brian paling semangat kalau disuruh ngabisin makanan, setiap ke rumah Tisa ia paling bahagia soalnya banyak makanan gratis enak lagi.

****

Sehabis ngobrol panjang lebar dan menghabiskan makanan mereka berganti bermain spin botol biar suasananya makin seru.

Tisa memutar ujung botol yang langsung mengarah pada Aggya yang raut mukanya berubah menjadi kusut, ia menjadi orang pertama yang ditunjuk oleh botolnya. Mengapa harus ia yang kena tidak lainnya, Aggya takut sahabatnya ini menanyainya aneh-aneh.
Tisa berseru senang apalagi lainnya.

"Oke gue aja yang tanya," Tisa semangat 45 seolah memang sudah menargetkan Aggya dari tadi.


Aggya menatapnya waspada. "Lu lagi suka sama orang apa nggak?" tanya Tisa to the point yang disambut bahagia oleh lainnya tapi tidak untuk Aggya kan benar apa dipikirannya, pertanyaannya aneh. Aggya menggaruk hidungnya mendadak gatal rasanya tak nyaman dilihat semua orang.


"Ayo jawab Aggya."

"Iya gue penasaran nih," Sahut Lisna.


"A-da," Jawabnya lirih hampir tidak di dengar oleh lainnya, mereka saling pandang dan Tisa mendekatkan dirinya. "Apa? Lu ngomong apa nggak dengar?"

"Ada...."


Tisa pun menganga wajahnya sangat puas sekali. "Siapa tuh?"

Diam-diam ada seseorang yang begitu sangat menantikan jawaban darinya dan jantungnya berdegup kencang, ia mencoba untuk menghilangkan rasa gugupnya minum.


"Nggak usah nanya kita semua juga udah tau, ini pasti Darka ya kan?" Tebak Brian.

"Apaan sih lu?" Darka mendorong sahabatnya itu dan mereka melihat Darka sekilas lalu pada Aggya.

"Nggak," Aggya melambaikan tangannya menjadi malu sendiri. "Kita kan cuman sahabat, iya kan Darka?" tanyanya.


Seketika saat mendengar kata tersebut keluar dari mulut Aggya entah mengapa tumbuh goresan kecil di hatinya. Darka pun tersenyum kecil. "Iya," Balasnya mencoba menunjukkan senyum pahitnya. "apaan sih lu jangan ngada-ngada deh." Darka meraup muka Brian karena berani mengeluarkan pernyataan itu, dia kan menjadi tidak enak.


"Terus siapa dong?" Lisna masih penasaran.


"Ada pokoknya udahlah ayok lanjutin."


"Ih gue masih penasaran."

Darka menengahi dengan mengambil alih botol bening itu. "Udah ayok, "


Sekarang gantian Darka memutar botol itu kembali naasnya ujungnya malah mengarah ke dirinya sendiri definisi senjata makan tuan. Semuanya bersorak bahagia apalagi Brian yang tertawa kencang sahabatnya itu kena.


"Gantian gue yang nanya." Ucap Brian "Pertanyaannya sama kayak Tisa, Lu suka sama orang nggak?" tanyanya sambil menaik turunkan alisnya dan tersenyum genit.


Darka lihat Aggya sebentar "Kalau iya kenapa?" Balas Darka tanpa ragu-ragu.


"Siapa orangnya?"

"Spill buruan ....." Desak Tisa.

Sekilas Darka menoleh pada gadis disebelahnya lalu memandang sahabatnya. "Kepo," tegasnya seraya memakan pisang goreng.


"Dih pengecut lu, gitu aja disembunyiin." Ejek Brian.


"Yaudah sekelas sama kita nggak orangnya?" Sahut Lisna.


Darka mengangguk malas. "Wah gue tau nih."

"Siapa?"

"Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?"


Mendengar itu Aggya dan Lisna tertawa lebar soalnya kalau mengingatnya jadi kepikiran logat dilan kw di tiktok tersebut. Sedangkan Tisa sudah mengeluarkan tanduk merahnya bersiap memyeruduk mangsa di hadapannya. "Briannn...." Teriaknya menggelegar ke seluruh ruangan sampai semuanya tutup telinga.


Sebelum kerbau itu menerjangnya dia berlari terlebih dahulu. "Kabur ada banteng mau nyeruduk."


"Brian anjir lu ya, dasar kamprettt"

****

Hari telah beranjak sore tak terasa obrolan dan gurauan mereka telah menghabiskan banyak waktu. Sekarang saatnya mereka untuk berpamitan kepada pemilik rumah ini, Tisa begitu sedih melihat sahabatnya ini harus kembali ke rumahnya. Sebenarnya dia masih mau mereka ada disini lama menemaninya dirinya yang kesepian.


"Cepat banget ya waktunya. Padahal gue masih pengen kalian ada disini, nemenin gue." Ucapnya sambil menatap sendu semua sahabatnya.


Secepat kilat Aggya dan Lisna memeluk sahabatnya tersebut lalu Tisa membalas pelukan mereka tak kalah erat. Sahabatnya ini tahu bahwasanya Tisa selalu merasa kesepian karena ditinggal orang tuanya kerja dan tak punya teman yang bisa di ajak mengobrol.


Biarpun ada pembantu dan sopir disini dia masih membutuhkan keluarganya untuk menghabiskan waktu bersama seperti sahabat lainnya yang tak pernah merasa kesepian karena orang tuanya disini.


Mereka melepaskan pelukan. "Kalau kesepian main ke rumah aku aja soalnya bunda aku kangen sama kamu." Ucap Aggya. Bundanya ini memang sangat perhatian sekali dengan Tisa dan seringkali menanyakan kabar tentangnya.


"Rumah gue juga selalu terbuka buat lu." Tambah Lisna karena ucapan dua orang itu membikin dia pengen nangis.


Brian mengusap hidungnya yang mengeluarkan ingus lalu membersihkannya memakai baju Darka.

"Bangs*t lu ye," Darka menepeleng kepala Brian hingga dia mengaduh kesakitan dan ketiga gadis itu melihatnya.


"Lu pikir kain gue serbet apa, main buat usap ingus lu. Emak gue udah nyuci bersih malah lu kotorin, bangs*t lu. " Omel Darka seraya menggosok bajunya agar terhindar dari kuman yang disebar oleh Brian.


Sang pelaku pun hanya tertawa. "Reflek gue,"

"Ooo gue gibeng lu." Tanpa basa-basi Darka menaruh kepala Brian pada keteknya untuk memberi pelajaran. Brian pun hanya bisa berteriak minta tolong dilepaskan tapi tak ada yang memperdulikan nya.


Aggya, Lisna dan Tisa menghela napas kasar dan menggelengkan kepalanya secara bersamaan. "Bosen gue liat mereka ribut terus." Ucap Lisna


"Gue malah suka keributan ini." Balas Tisa tertawa melihat keduanya



****


Bunda memberikan masing-masing piring ke suami dan anaknya, sekeluarga sedang menikmati makan malam bersama. "Kamu tadi main ke rumahnya Tisa bagaimana kabar orang tuanya?" tanya ayah sambil menerima piring berisi nasi dari istri tercintanya.

Aggya mengambil sendiri nasinya.
"Alhamdulillah baik cuman aku nggak ketemu sama orang tuanya."

Ayah mengangguk. "Kapan Tisa main kesini sudah lama sekali dia tidak berkunjung kesini. Ajak main kesini kak, " Kata bundanya

"Iya nanti secepatnya mereka ajak aku kesini.

"Oh iya kabar kakaknya Tisa gimana?" Abangnya ganti bertanya setelah menghabiskan waktu di rumah Tisa Aggya di serbu beberapa pertanyaan oleh keluarganya. Memang kedua keluarga ini sangat dekat soalnya ayah Tisa kenal dengan ayah Aggya, begitupula abangnya yang pernah satu sekolah bersama abang Tisa.

"Alhamdulillah baik juga cuman aku nggak ketemu."


"Kapan mau balik ke Indonesia?"


"Nggak tau," Balasnya. "Kenapa abang nggak tanya sendiri, kan itu teman abang."


"Abang nggak punya nomornya semenjak perpisahan SMA kita lost contract. Coba nanti kamu minta nomornya ke Tisa."


"Iya," Jawab Aggya kemudian semuanya fokus untuk menikmati makanannya.













Ay guiss gmn kabarnya?

Siapa disini punya ortu strict parents sama kayak Aggya?

Jangan cuman baca doang ya, pencet like and tinggalkan komen juga. Saran and kritik pun boleh🥰😙

Assalamu'alaikum, sampai jumpa next chapter bye 👋👋👋👋

Continue Reading

You'll Also Like

874K 85.9K 48
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
473 48 6
Shorfa fadilla khoirunnisa, gadis manis santri Ponpes Arissya. Shorfa yang selalu menampakan kebahagiaan di depan siapapun. Bersekolah di SMA GARUDA...
498 140 6
Diawali dengan sebuah pertemuan yang tidak disengaja, namun karena ketidak sengajaan membuat Seorang pemuda misterius dan kejam itu, merasakan hal an...
2.4M 141K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...