kilas balik Svarga dan Satya

By penaaputihk

61.2K 7.9K 903

[ SEASON 2 OF "Satya dan 67 hari" ] Melanjutkan kisah dari Satya dan 67 hari terakhirnya yang belum tuntas... More

Selamat datang kembali
Prologue: Kilas balik
01: Mahesa Danendra
02: Masa kecil penuh penderitaan
03: Mahesa dan Alya
04: Permintaan maaf yang menggemaskan
05: "Aku nggak punya ibu."
06: Little Promise
07: Where are u? hesa.
08: bunga tulip putih
09: Alasan
10. 12 tahun berlalu
11: Dia harus tau
12: pesan terakhir
13: Dia yang berkorban
14: pemberian berharga
15: Sang pendonor
17: Ricky
18: apa yang terjadi?
19: terungkap
20: 2 anak penimbul masalah
21: masih merindukannya
22: Langkah awal dari sebuah rencana
23: "Buktikan saja!"
24: Perselisihan
25: Tetap menerimanya
26: Dia masih ada
27: rahasia besar yang terungkap
28: kabar buruk
29: tak mau kehilangan
30: berjanji
31: Rahasia besar
32: announcement

16: ucapan terimakasih

1.4K 195 5
By penaaputihk



****

-Kilas balik Svarga dan Satya-





"Terkadang, seseorang yang kita anggap sebagai saingan justru malah orang yang paling peduli. Maka dari itu, hindarilah kata saingan, jika mereka membantumu, maka kau yang akan malu."











Setelah terlewatkan 3 bulan yang lalu, kini kondisi tubuh dan juga kesehatan Mahesa sudah sepenuhnya stabil. Ia tidak lagi merasakan sakitnya degupan jantungnya disetiap malam dan lain sebagainya.

Itu semua berkat kerjakeras tim medis dan juga dokter Rafi, Mahesa juga tidak melupakan sosok orang dibalik pendonor jantung untuk dirinya itu. Mahesa akan sepenuhnya menjaga jantung ini.

"Pah, hesa mau kerumah sakit dulu." ucapnya pada sang ayah yang tengah membaca koran diruang utama keluarga.

Pak Hilmi menoleh, cukup khawatir. "Memangnya kondisi kamu sudah sepenuhnya pulih? kamu tetap harus banyak istirahat, hesa." ucap pak Hilmi.

Mahesa tersenyum penuh yakin, "Hesa udah baik-baik aja pah. Aku harus kerumah sakit buat nemuin dokter Rafi. Ada pertanyaan yang pengen banget aku tanyain sama beliau."

Pak Hilmi terdiam sejenak, "Heum, yasudah. Tapi ingat setelahnya kamu langsung pulang ya, kamu harus tetap membuat diri kamu pulih sepenuhnya, nak." pesan pak Hilmi.

Hesa menganggukan kepala, kemudian mulai melengaskan langkahnya untuk menuju kerumah sakit.

Tujuannya hanya satu, menemui dokter Rafi untuk menanyakan satu hal yang membuatnya belum tenang. Siapa sang pendonor jantung ini untuknya.



Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya Mahesa sudah tiba kembali dirumah sakit ini. Tapi rasanya kini berbeda, seolah ia belum mempercayainya kalau dirinya telah sembuh sepenuhnya.

Mahesa langsung menuju ke ruang dokter Rafi, ia sudah paham betul dimana ruangan dokter tersebut. Tetapi sebelum ia melakukan hal itu, ada baiknya ia harus menanyakan jadwal dokter Rafi pada Resepsionis rumah sakit ini. Barang kali dokter Budi sedang ada praktik atau jadwal lainnya.

"Permisi, sus. Saya mau bertemu dengan dokter Rafi." ucap Mahesa.

"Baik, mas. Dimohon tunggu sebentar." jawab suster tersebut.

Tak berapa lama, suster tersebut menyambungkan telponnya dengan dokter Rafi.

"Mas, dokter Rafi kebetulan sedang tidak ada jadwal apapun. Anda boleh segera mendatangi ruangannya." ucap suster tersebut.

"Ah, oke. Makasih banyak suster."

Setelahnya, Mahesa segera melengaskan langkahnya menuju ruangan dokter Rafi yang sudah sangat dihapalnya. Tibalah ia didepan pintu ruangan dokter Rafi. Sebelum membukanya, Mahesa menarik napas terlebih dahulu dan mengetuk pintunya beberapa kali.

"Ya, silakan." sahut seseorang dari dalam sana.

Mahesa langsung masuk kedalam ruangan dokter Rafi setelah ia dipersilakan untuk masuk. Dokter Rafi menyambut kehadiran Mahesa dengan senang.

"Wah, bagaimana kabar kamu, Mahesa?" tanya dokter Rafi.

"Jauh lebih baik, dok. Gimana dengan kabar dokter Rafi?" tanya balik Mahesa.

"Saya juga baik."

"Saya masih tidak percaya, salah satu pasien keren saya akhirnya bisa tersenyum dengan lebar sekarang dan benar-benar telah sembuh."

Mahesa tersenym mendengarnya, jangkan dokter Rafi, ia saja tidak percaya dirinya bisa sembuh.

"Eum, begini, dok. Maksud dan tujuan saya menemui dokter Rafi." sudah cukup basa-basinya, sekarang mulai pada topik intinya.

"Ya, ada apa, Mahesa?"

Rasanya hampir mustahil kan awalnya untuk menemukan transplatasi jantung yang cocok dengan saya, tapi Tuhan telah berkehendak dan mengizinkan saya untuk sembuh."

Dokter Rafi mendengarkan ucapan Mahesa dengan sangat serius.

"Sudah bertahun-tahun lamanya saya dan papah saya berjuang demi kesembuhan jantung saya, dari yang didalan negeri sampai diluar negeri sekalipun sudah kami datangkan. Namun sayangnya tetap sama saja."

"Saya tau, ini sulit. dan sangat terkejut juga heran kenapa dalam 1 malam transplatasi jantung ini cocok dengan saya."

Dokter Rafi menatap Mahesa lekat, seolah mengerti arah pembicaraan lelaki tersebut.

"Kalau Tuhan sudah berkehendak maka semua pasti akan terjadi, maupun itu mustahil sekalipun." ucap dokter Rafi.

"Benar, dok. Tapi saya sedikit penasaran dan mengganjal dalam diri dan hati saya, ingin sekali rasanya mengetahui suatu hal yang seharus saya ketahui."

"Tetapi, sepertinya hal itu memang harus saya ketahui kan?"

Mahesa menghentikan sejenak ucapannya, matanya nampak gelisah seolah tengah mencari ucapan yang tepat.

"Kalau saya boleh tau, jantung siapa yang ada didalam diri saya ini, dokter?"

Dokter Rafi spontan memandang Mahesa cukup lama, seharusnya ia tidak terkejut dengan pertanyaan ini. Memang sudah sepatutnya juga Mahesa tau.

"Siapa orang yang telah mendonorkan jantungnya kepada saya? apa saya mengenalnya?" tanya Mahesa lagi.

Dokter Rafi berdehem, bingung harus menjawab bagaimana. Sementara itu ia telah diberi pesan oleh dokter Budi untuk tidak memberitahu siapa orang tersebut kepada Mahesanya.

"Kenapa kamu ingin tau? itu tidak penting, kan?" jawab dokter Rafi.

Mahesa mengernyit. "Tidak penting? jelas ini penting bagi saya, dok. Dokter Rafi tau sendiri jantung saya ini sulit dan golongan darah saya langka. Tidak sembarang orang bisa mencampurinya, jadi saya harus tau siapa dia." tegas Mahesa kembali.

Kini dokter Rafi seperti tertelak oleh kenyataan dari perkataan Mahesa. Ia ingin berbohong tapi ia seorang dokter yang harus terus jujur pada pasiennya, jikalau dokter Rafi memberitahu maka ia tidak amanat.

Tapi, apapun resikonya nampaknya hal ini memang jelas harus diketahui oleh Mahesa. Karena lelaki itulah yang menggunakan jantung orang tersebut.

"Baiklah, saya akan memberitahu kamu. Tapi kamu harus berjanji tidak boleh memberitahukan ini kepada siapapun. Ini adalah pesan terakhir dari beliau."

Mahesa nampak ragu, aneh sekali. Tapi selanjutnya ia mengganggukan kepalanya bertanda setuju.

"Jadi, Mahesa..." dokter Rafi mulai berbicara kebenarannya. Suasana didalam ruangan dokter tersebut jadi terasa menegangkan.

"Yang mendonorkan jantungnya untuk mu itu adalah..."

"Satya."


Seorang lelaki mulai menginjak-kan langkahnya pada sebuah rumput area pemakaman yang masih nampak baru. Masih begitu banyak sekali taburan bunga diatasnya dan tidak lupa pula dengan beberapa bucket bunga yang ada disekeliling makam tersebut.

Lelaki itu diam sejenak, membaca ukiran nama nisan yang ada diatas makam tersebut kemudian mulai berjongkok untuk mensejajarkan posisinya.

Ia tersenyum dengan begitu hangat kearah nisan tersebut, seolah tengah tersenyum pada sosok nyata orang yang menjelma dalam kuburan ini.

"Hai, ini gue Mahesa. Satya."

Mahesa menggapai batu nisan Satya, mengelusnya cukup lembut. Matanya mulai memanas padahal ia baru saja tiba dan belum berbicara apapun.

"Ternyata ini maksud omongan lo, kita berdua nggak boleh mati, salah satu diantara kita harus bertahan hidup."

"Gue ngerti sekarang maksud ucapan lo."

Mahesa menunduk, meratapi bagaimana dirinya kala itu tidak paham sama sekali dengan ucapan Satya padanya.

"Ma-makasih, Sat." lirihnya disela isakannya sendiri.

Mahesa menyeka sedikit air matanya yang terus mengalir, perasaannya ikut sesak. Kenapa dulu ia bisa sejahat itu menuduh Satya pria tidak baik untuk Alya, justru Satya lah sosok yang begitu sempurna bagi Alya dan orang disekitarnya.

Mahesa memegang dadanya, seolah merasakan degupan jantung milik Satya yang berdetak didalam tubuhnya.

"Gue nggak tau harus ngomong rasa terimakasih gue untuk lo dengan cara apa lagi, Sat. Gue ngerasa gue nggak pantes untuk nerima jantung lo."

"Gue terlalu naif."

Mahesa meremas kemejanya sendiri dengan geram, pantaskah dirinya dikasihanin oleh Satya? pantaskah dirinya menerima kebaikan dari Satya?

"Ternyata lo yang harus berkorban juga demi salah satu diantara kita bisa hidup sebagai pendamping Alya."

"Dan untuk sekarang, nggak ada alasan lagi untuk gue buat nggak menuhin pesan terakhir lo, Sat."

"Gue janji, dalam diri gue selama detak jantung lo masih berdegup. Gue janji akan selalu jagain dia sesuai permintaan terakhir lo, Satya."

"Makasih banyak, lo udah kasih gue kesempatan untuk gue bisa nebus rasa bersalah gue ke Alya selama ini. Dan makasih juga berkat lo gue bisa selamanya ada disamping dia."

Mahesa menghentikan sejenak ucapannya, ia menunduk. Kemudian mengangkat kepalanya lagi untuk menatap ukiran nama Satya diatas batu nisan tersebut yang begitu terpampang jelas.

"Lo istirahat dengan tenang, ya, Satya. Gue akan jaga semua apa yang udah lo titipkan dan berikan ke gue. Sampai gue mati gue akan tetap ngejaga ini semua."

"Terimakasih banyak sekali lagi, Satya."

Mahesa mengelus batu nisan tersebut, bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman hangat nan tulus. Kemudian Mahesa berdiri, meletakan bucket bunga yang paling indah diatas makam Satya.

Setelah perbincang singkat membicarakan isi hatinya yang tertahan selama ini, Mahesa membalikan badannya untuk mulai meninggalkan pemakaman Satya.

Terakhir kali keduanya bertemu, Satya masih ada. Mahesa masih bisa mendengar suara lelaki tersebut. Tetapi kali ini, hanya pemakamannya saja yang menjadi kenangan dari lelaki tersebut untuk semuanya.

Mahesa berjanji dalam hidupnya kepada Satya, ia tidak mau membiarkan pengorbanan dan perjuangan Satya selama ini sia-sia. Maka selama Mahesa masih hidup dengan detak jantung Satya, ia akan selalu menjaga Alya, dan membawa Alya kembali kedalam kehidupannya lagi.

Untuk selama-lamanya...


















****






nggak bisa ngebayangin gimana jadi Mahesa, dia pasti ngerasa berhutang banget nggak sih...

tapi kan ini kemauan satya, jadi mahesa harus terus hidup sebagai pengganti satya.

kalo kata aku sih, Satya nih spesies langka dan hanya 1 dimuka bumi ini 😔😔



Bersambung....

Continue Reading

You'll Also Like

2.1K 116 8
ini hanyalah cerita fiktif belaka yang menceritakan tentang ohmnanaon ,jadi diharap bijak dalam membaca
2.3K 123 6
sunoo yg mempunyai 2 anak ,tanpa suaminya tahu kalo dia sedang hamil selama ini suaminya mencari keberadaan nya jan salah lapak ‼️‼️
1.9K 141 40
[Jangan lupa follow sebelum membaca] Yang Jungwon; Menjadi berbeda itu, bukan berarti tidak mendapatkan hak yang sama. Memang sudah kodratnya manusia...
1.2K 92 21
Angkasa, kamu lupa tentang satu hal. Dari banyak hal sederhana yang kamu lakukan untuk semua orang disekitar kamu. Dari banyaknya cerita atas luka or...