LOVE IT

By EmiLiani00

7K 1.3K 376

ADA sesuatu yang ingin ku katakan padamu sejak dulu, sampai sekarang aku belum mengatakannya karena.... yah... More

Cast
1✓
2✓
3✓
4✓
5✓
6✓
7✓
8✓
9✓
10✓
11✓
12✓
13✓
15✓
16✓
17✓
18✓
19✓
20✓
21✓
22✓
23✓
24✓

14✓

193 51 31
By EmiLiani00

Keesokan harinya ketika Jisoo keluar dari kantor agensinya, ia melihat Taehyung sudah duduk menunggunya di atas motor besar berwarna hitam.

Taehyung tersenyum lebar sambil mengulurkan helm kepadanya. "Ini motor Hyung. Dia meminjamkannya kepadaku hari ini. Ayo, naiklah."

Jisoo menatap Taehyung dan motor itu bergantian. "Kau harus tahu bahwa ini pertama kalinya aku naik motor," katanya ragu.

Taehyung menggenakan helmnya sendiri. "Benarkah? Kau sudah banyak mendapat pengalaman baru bersamaku, bukan? Dan hari ini kita akan mencari pengalaman baru lagi. Ayo, naiklah. Kau percaya padaku, bukan?"

Jisoo menatapnya sesaat, lalu perlahan-lahan keraguan memudar dari matanya dan ia tersenyum. "Baiklah."

----------------

Seperti yang dijanjikan Taehyung, Jisoo mendapat berbagai pengalaman baru hari itu. Selama tiga tahun tinggal di London, hari itu Jisoo naik sampan di Regent's Park untuk pertama kalinya, menyaksikan pergantian pengawal kerajaan di Buckingham Palace untuk pertama kalinya, dan naik London Eye untuk pertama kalinya. Lalu mereka makan dan berjalan-jalan di Leicester Square, daerah yang menjadi wilayah pejalan kaki dan pusat hiburan di West End tempat berbagai jenis seniman jalanan bersaing berebut perhatian.

Waktu memang berlalu dengan cepat ketika kau sedang bersenang-senang. Itulah yang dirasakan Jisoo. Ia menyadari bahwa menghabiskan waktu bersama Taehyung adalah saat-saat paling menyenangkan baginya. Bersama Taehyung, ia mendapati dirinya sering tertawa, selalu mengalami hal-hal baru yang menyenangkan, dan bisa berbicara bebas. Bersama Taehyung, Jisoo bisa menikmati semua hal yang tidak bisa dinikmatinya sebelum ini, melihat semua hal yang tidak akan bisa dirasakannya seumur hidupnya. Dan bersama Taehyung, ia bisa melupakan masa lalu dan masa depan, walaupun hanya sejenak, dan hanya menikmati masa sekarang.

Namun Jisoo selalu tahu bahwa masa lalu akan kembali menghantuinya. Dan kali ini ia tidak akan bisa mengelak lagi.

                               * * *

Pertunjukan Jennie sukses besar. Semua tiket terjual habis, semua kursi terisi dan respon menonton sangat bagus. Penampilan Jennie sendiri sangat memukau. Jisoo yakin sahabatnya akan mendapat banyak tawaran bagus setelah pertunjukan ini.

"Aku tidak pernah melihat Jennie seperti itu. Dia benar-benar hebat, bukan?" Kata Sana kepada Jisoo di akhir pertunjukan.

Ini adalah pertama kalinya Jisoo bertemu lagi dengan Sana setelah Sana menjawab ponsel Taehyung beberapa hari yang lalu. Sana sama sekali tidak mengungkit-ungkit kejadian itu, jadi Jisoo juga tidak pernah bertanya. Sana masih bersikap ceria seperti biasa, dan masih berusaha mendekati Taehyung setiap ada kesempatan.

Untuk merayakan kesuksesan Jennie, setelah pertunjukan berakhir Zico mengadakan pesta kejutan di restoran tempatnya bekerja. Dan berhubung yang mengadakan pesta adalah Aaron Zico, salah satu koki paling terkenal di Inggris, semua tamu yang hadir di pesta itu adalah orang-orang penting dalam dunia seni dan pertunjukan.

Zico dan Jennie adalah orang-orang yang tidak pernah merasa resah berada di tengah banyak orang, berlawanan dengan Jisoo. Jisoo tidak menyukai pesta. Bahkan bisa di bilang ia benci pesta. Tentu saja sebagai model ia harus menghadiri berbagai jenis pesta, baik pesta pribadi yang sopan maupun pesta yang berisik dan gila-gilaan. Namun Jisoo tidak pernah tinggal lebih lama dari setengah jam di setiap pesta itu, karena pada setengah jam pertama semua orang masih bersikap sopan dan suasana pesta masih beradab. Tetapi segalanya akan berubah setelah orang-orang menegak minuman keras yang tak pernah berhenti disajikan. Dan Jisoo selalu menghindari saat itu.

Tetapi malam ini ia melanggar peraturannya sendiri. Ia sudah bertahan di pesta ini selama hampir dua jam, dan itu karena Jisoo tidak ingin mengecewakan Jennie. Jennie adalah bintang pesta malam ini dan dia sangat gembira. Jisoo tidak mungkin meninggalkan pesta yang diadakan untuk merayakan keberhasilan sahabat baiknya itu begitu saja. Kalau ia melakukannya, ia akan merasa seperti orang yang tidak berperasaan.

Jisoo menoleh ke arah Taehyung yang berdiri di sampingnya dan sedang berbicara dengan salah seorang tamu pesta. Ia tidak meminta Taehyung menemaninya, tetapi sepertinya Taehyung menyadari kegelisahan Jisoo ditengah-tengah orang banyak, karena laki-laki ini tidak pernah meninggalkan sisinya sepanjang malam itu.

Jisoo menarik napas dalam-dalam dan memandang berkeliling. Alunan musik dan suara orang-orang yang mengobrol mulai membuatnya pusing. Ia mulai merasa sesak napas. Ia harus pergi dari sini. Jennie dan Zico pasti akan mengerti kalau Jisoo pulang lebih dulu.

"Ada apa?"

Mendengar suara Taehyung, Jisoo menoleh dan memaksakan seulas senyum. "Tidak apa-apa. Aku hanya...." Jisoo terlihat ragu. Ia memandang berkeliling lagi, dan kembali menatap Taehyung. "Apakah menurutmu aku boleh pulang lebih dulu?"

Taehyung memiringkan kepala sedikit, masih tetap menatap Jisoo. Lalu ia tersenyum ringan. "Tentu saja. Kita akan pamit pada Zico dan Jennie, lalu aku akan mengantarmu pulang."

                               * * *

Wajah Jisoo terlihat agak pucat. Taehyung tahu Jisoo tidak nyaman berada di tengah-tengah pesta yang ramai seperti ini dan ia bisa merasakan ketegangan yang memancar dari diri gadis itu. Taehyung tersenyum dan berkata. "Tentu saja. Kita akan pamit pada Zico dan Jennie, lalu aku akan mengantarmu pulang."

Kelegaan pun terlihat jelas di wajah Jisoo.

Ketika mereka hendak beranjak pergi, seseorang berseru memanggil Taehyung. Taehyung menoleh dan melihat seorang pria jangkung dalam balutan jas mahal sedang berjalan menerobos kerumunan kearahnya. "Oh, Junmyeon Hyung?" Gumamnya pada diri sendiri, heran melihat salah seorang temannya dari Korea di sini.

Jisoo menyentuh lengannya dan berkata. "Biar aku saja yang pergi mencari Zico dan Jennie."

Taehyung mengangguk. "Baiklah. Aku akan menunggumu di sini."

Setelah melihat sosok Jisoo menghilang di antara kerumunan orang-orang. Taehyung kembali menoleh ke arah Kim Junmyeon yang menghampirinya sambil memegang segelas wine dan tersenyum lebar.

"Hyung, apa kabar?" Sapa Taehyung ketika Junmyeon sudah berdiri dihadapannya. "Ini benar-benar kejutan. Kapan Hyung di London?"

Sebenarnya Taehyung dan Junmyeon tidak bisa disebut teman. Taehyung hanya mengenalnya sebagai salah seorang teman dekat almarhum kakak laki-lakinya, Kim Seokjin, dan orang yang dulu pernah berniat mendekati kakak perempuannya, Kim Jieun.

"Taehyung, aku sudah mendengar bahwa kau ada di London, tapi aku sama sekali tidak menyangka bisa kebetulan bertemu denganmu di pesta ini." Kata Junmyeon sambil tersenyum dan menjabat tangan Taehyung. Dari dekat wajahnya yang tampan terlihat agak merah. "Aku tiba di London tiga hari yang lalu. Urusan pekerjaan. Dan karena besok aku harus kembali ke Seoul, temanku mengajakku ke sini. Pesta yang hebat, bukan? Orang-orang terkenal dan wanita-wanita cantik. Ini baru namanya pesta." Matanya dilayangkan ke seluruh ruangan dan senyumnya semakin lebar.

Taehyung tersenyum tipis tanpa berkomentar. Ternyata Junmyeon masih sama seperti dulu. Penggemar pesta dan wanita. Diam-diam Taehyung bersyukur Junmyeon tidak berhasil menarik perhatian Jieun bertahun-tahun yang lalu. Taehyung tidak mau membayangkan kakak perempuannya menikah dengan pria seperti ini.

Junmyeon kembali menatap Taehyung dan matanya berkilat-kilat penuh arti. "Ngomong-ngomong, kalau tidak salah tadi aku melihatmu berbicara dengan seorang wanita cantik. Kalau tidak salah, wanita itu Shizuka Jisoo, bukan? Model terkenal dari Jepang itu?"

Mata Taehyung agak menyipit. Ada sesuatu dalam nada suara Junmyeon yang tidak disukainya. "Ya. Itu memang dia," gumamnya datar.

Junmyeon meneguk winenya dan terkekeh. "Wah, tidak kuduga ternyata seleramu sama dengan kakakmu."

Taehyung baru hendak membuka mulut untuk bertanya apa maksud Junmyeon ketika seseorang menyentuh lengannya. Ia menoleh dan langsung bertatapan dengan Minatozaki Sana.

"Taehyung, maaf, boleh bicara sebentar?" Tanya Sana. Lalu ia menoleh kearah Junmyeon dan tersenyum manis. "Kuharap anda tidak keberatan."

Sebelum Taehyung menjawab, Junmyeon sudah menyela cepat, "Tentu saja tidak. Tadi aku melihat seseorang yang kukenal di sana, jadi kurasa aku harus pergi dan berbicara dengannya." Junmyeon mengangkat bahu dan menyunggingkan senyum miring kepada Sana, lalu menatap Taehyung. "Oke, Taehyung, kita akan bicara lagi nanti."

                               * * *

Di mana Jennie dan Zico? Jisoo tidak melihat mereka di mana-mana. Ia harus pulang sekarang dan ia harus memberitahu Zico dan Jennie sehingga kedua sahabatnya itu tidak mengkhawatirkannya kalau mereka tiba-tiba menyadari Jisoo sudah tidak ada.

Jisoo menghembuskan napas dengan keras. Yah, kalau dipikir-pikir, dalam suasana seperti ini, kemungkinan besar Zico dan Jennie bahkan tidak memikirkannya. Semua orang terlihat sedang bersenang-senang. Semua orang, kecuali Jisoo sendiri.

Ia memijat pelipisnya sejenak. Tidak bisa, ia harus keluar sekarang. Ia akan mencoba menelepon Zico dalam perjalanan pulang nanti. Sebaiknya ia kembali ke tempat Taehyung. Jisoo berbalik dan berjalan kembali ke tempat ia meninggalkan Taehyung bersama temannya tadi. Tetapi apa yang dilihat Jisoo sedetik kemudian membuat langkanya mendadak terhenti.

Taehyung memang masih berdiri di sana, namun kini ia tidak lagi sedang berbicara dengan temannya. Kini yang berdiri dihadapannya adalah Sana. Taehyung berdiri memunggunginya, jadi Jisoo hanya bisa melihat wajah Sana yang tersenyum lebar kepada Taehyung. Lalu Taehyung mengatakan sesuatu yang membuat Sana tertawa. Dan itu bukan pemandangan yang menyenangkan.

"Jisoo, kenapa berdiri di sini seperti orang bingung?" Tanya Zico yang tiba-tiba saja sudah muncul disampingnya.

Jisoo tersentak dan menoleh. "Oh, Zico. Tidak apa-apa."

Zico segera melihat penyebabnya. Ia tersenyum pada Jisoo dan bertanya. "Kau mau aku menyeret Sana menjauh dari Taehyung?"

Jisoo menggeleng. "Tidak apa-apa, Zico. Kebetulan kau ada di sini."

"Ada apa?"

"Aku ingin pulang lebih dulu. Tolong sampaikan juga kepada Jennie."

"Kenapa?"

Jisoo tersenyum kecil. "Kau tahu aku tidak suka pesta-pesta seperti ini, Zico."

Zico berpikir sejenak, lalu berkata. "Baiklah. Tunggu sebentar di sini. Aku akan mengantarmu pulang."

"Tidak usah. Kau tuan rumah di sini. Mana mungkin tuan rumah meninggalkan tamu-tamunya begitu saja? Lagi pula, tadi Taehyung bilang dia yang akan mengantarku pulang." Jisoo kembali melirik Taehyung. "Tetapi karena sekarang sepertinya dia sedang sibuk, aku akan pulang sendiri saja."

Zico menggeleng. "Aku bisa kembali lagi ke sini setelah mengantarmu. Tunggu di sini. Aku akan memberi tahu Jennie dan setelah itu kita bisa pulang."

Jisoo mendesah pasrah ketika Zico berbalik pergi. Tetapi ia juga tidak mau menunggu lebih lama lagi di sini. Kenapa ia harus merepotkan Zico dan merusak malam Jennie? Kenapa pula ia harus menunggu Taehyung mengantarnya pulang? Ia bisa pulang sendiri. Sambil menarik napas, Jisoo pun berbalik dan berjalan ke arah tempat penitipan jaket.

Namun tempat itu kosong. Di mana penjaganya? Jisoo berdiri sebentar di meja penjaga sambil menoleh ke kiri dan kanan, mencari si penjaga tempat penitipan yang sepertinya juga ikut berpesta. Setelah beberapa menit berdiri di sana dan si penjaga belum kembali, Jisoo memutuskan untuk masuk dan mencari jaketnya sendiri.

Sementara mencari jaketnya, bayangan Taehyung dan Sana bersama kembali terbesit dalam otaknya. Jisoo cepat-cepat menggeleng untuk menyingkirkan pikiran itu. Mereka hanya mengobrol biasa. Kenapa ia harus kesal melihat Taehyung mengobrol dengan wanita lain? Yah.... Sebenarnya ia tidak kesal hanya gara-gara Taehyung mengobrol dengan Sana, tetapi kesadaran bahwa Sana sedang berusaha merayu Taehyung dan cara Sana tersenyum pada Taehyung-lah yang membuat Jisoo kesal.

Kekesalan yang tiba-tiba muncul kembali membuat Jisoo menarik jaketnya dengan kasar dari gantungan. Ia harus keluar dari sini, pikirnya untuk yang ketujuh belas kalinya malam ini. Udara malam akan menjernihkan pikirannya.

Tetapi ketika Jisoo keluar dari bilik penyimpanan jaket, ia melihat seorang pria berwajah Asia berdiri di depan bilik. Jisoo langsung membeku di tempat, berharap bumi menelannya, berharap ia bisa menguap begitu saja, berharap pria itu tidak melihatnya. Tetapi tentu saja harapannya tidak terkabul.

"Ah, rupanya kau ada di sini," kata pria itu sambil tersenyum miring. "Kau Jisoo, bukan? Aku masih ingat padamu."

Jantung Jisoo mulai mengentak-entak dadanya, ia tidak bisa bernapas, ia tidak bisa bersuara. Kepanikan mulai menjalari dirinya dengan kecepatan penuh. Dengan tangan terkepal, ia memaksa dirinya membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, namun tidak bisa. Ia tidak bisa bersuara. Hanya satu hal yang terpikirkan olehnya. Pergi. Secepatnya.

"Wow, wow, tunggu sebentar," kata pria itu sambil menahan lengan Jisoo ketika Jisoo berusaha berjalan melewatinya.

Jisoo terkesiap keras dan menyentakkan tangannya secepat kilat.

Pria itu menyipitkan mata menatap Jisoo. "Masih galak seperti dulu," gumamnya pelan.

Jisoo terbelalak kaget. Kata-kata itu dan napas pria itu yang berbau alkohol membuat sekujur tubuh Jisoo merinding. Apa maksudnya? Apakah ia pernah bertemu dengan___Ya, Tuhan!

Tubuh Jisoo mulai gemetar sementara ia merasa dirinya meluncur kembali ke masa lalu. Ke hari itu, tiga tahun yang lalu. Hari saat ia merasakan ketakutan terbesar dalam hidupnya. Hari yang menghancurkan seluruh hidupnya. Hari saat ia untuk pertama kalinya berpikir untuk mengakhiri hidupnya.

"Kalau kau tidak mengingatku, aku bisa maklum," pria itu melanjutkan sambil menyunggingkan senyum miringnya. "Kau tentu lebih mengenal Kim Seokjin."

Nama itu membuat napas Jisoo tercekat dan ketakutan besar yang pernah dirasakannya satu kali itu pun kembali melandanya.

"Kau masih ingat padanya, bukan?" Desak pria itu sambil maju selangkah. "Bagaimanapun juga kalian pernah bersenang-senang."

Jisoo mundur selangkah, namun ia sadar jalannya terhalang dan ia mundur kembali ke bilik penyimpanan jaket. Ketakutannya kini mulai lepas kendali. Matanya terbelalak liar menatap pria yang berdiri di hadapannya itu.

Pria itu mendesah berat, namun matanya tidak pernah lepas dari wajah Jisoo. "Apakah kau tahu Seokjin sudah meninggal? Ah, tentu saja kau tahu. Karena sekarang kau beralih kepada adiknya." Ia maju selangkah lagi.

Jisoo mundur lagi, semakin jauh ke dalam bilik yang penuh jaket dan remang-remang.

"Kau tahu," lanjut pria itu dengan nada melamun. "Kalau kupikir-pikir, kurasa Seokjin tidak akan keberatan kalau kau menemaniku sebentar."

Pria itu mengulurkan tangan menyentuh pipi Jisoo dan Jisoo otomatis menepis tangannya dan mundur selangkah lagi. "Tidak," kata Jisoo dengan suara tercekat dan gemetar. Ia menatap pria yang kini menghalangi jalan keluar itu dengan panik. "Biarkan aku lewat."

Jisoo berusaha berjalan melewatinya, namun pria itu tiba-tiba mencengkeram bahu Jisoo dan mendorongnya ke dalam bilik penyimpanan jaket. Jisoo mendengar jeritan keras ketika ia jatuh tersungkur di lantai, lalu menyadari bahwa itu adalah suaranya sendiri.

"Kalau kau bisa menemani Seokjin dan adiknya, kau tentu juga bisa menemaniku. Sebutkan hargamu." Jisoo mendengar pria itu berbicara dengan nada malas yang ditarik-tarik. Jisoo mendongak dan melihat pria itu sudah masuk ke bilik sempit tersebut dan menutup jalan keluar. Tubuhnya mulai gemetar dan perasaan ngeri membuat sekujur tubuhnya lumpuh. Ia tidak bisa melakukan apa pun selain menatap pria itu dengan mata terbelalak ketakutan. Jisoo sudah bersumpah ia tidak akan pernah merasakan ketakutan seperti ini lagi. Ia sudah bersumpah....

Jisoo harus menjerit. Ia harus menjerit minta tolong. Kenapa suaranya tidak mau keluar?

Sebelum Jisoo sempat berpikir, pria itu mulai menarik jaket Jisoo dengan kasar. Jisoo memekik dan berusaha melepaskan diri, tetapi tangan pria itu langsung membekap mulutnya dan menahannya di lantai. Otak dan pandangan Jisoo berubah gelap. Ia terus menjerit walaupun mulutnya dibekap dengan kasar. Ia terus meronta, mencakar, dan menendang dengan membabi buta walaupun sepertinya hal itu sama sekali tidak berpengaruh.

Lalu tiba-tiba Jisoo mendengar suara keras, sedetik kemudian tangan yang mencengkeram wajahnya itu terlepas dan pria itu tiba-tiba tersungkur di sampingnya. Masih diliputi kengerian dan tidak menyadari apa yang sedang terjadi di sekelilingnya. Jisoo cepat-cepat merangkak menjauh dan meringkuk di sudut, berusaha memperbaiki pakaiannya yang berantakan dengan tangan yang gemetar hebat sambil terisak keras di luar kendali.

                              * * *

Ketika Taehyung tidak bisa menemukan Jisoo di ruang pesta, ia memutuskan untuk mencari ke tempat penitipan jaket, melihat apakah Jisoo sudah pulang atau belum. Tetapi tidak ada orang yang terlihat di sana. Ia hampir saja berbalik pergi kalau bukan karena mendengar suara aneh di dalam bilik penyimpanan jaket. Ketika ia masuk untuk memeriksa, tidak ada satu hal pun di dunia yang bisa mempersiapkannya menyaksikan apa yang sedang terjadi. Kim Junmyeon sedang menahan Jisoo di lantai sambil berusaha merobek pakaiannya.

Dalam sekejap darah yang mengalir dalam tubuh Taehyung seolah-olah membeku. Tanpa berpikir lagi, ia mencengkeram kerah kemeja Junmyeon, menariknya berdiri dengan satu sentakan keras, lalu meninju wajahnya. Begitu Junmyeon tersungkur di lantai, Taehyung langsung menariknya berdiri lagi dan mendorongnya dengan kasar ke dinding, lengannya yang kuat menjepit leher Junmyeon. Saat itu Taehyung benar-benar kalap, tidak bisa berpikir jernih. Yang dirasakannya hanyalah amarah yang begitu besar yang belum pernah dirasakannya sebelum ini. Amarah hebat yang membuatnya ingin menuntut darah. Membuatnya sanggup membunuh siapa pun yang menyakiti Jisoo.

Junmyeon mencengkeram lengan Taehyung, berusaha melepaskan lengan Taehyung dari lehernya. "Tae.... Taehyung," rintihnya dengan suara tercekik.

Tepat pada saat itu Zico menyerbu masuk ke bilik penyimpanan jaket dan terkesiap keras melihat apa yang ada dihadapannya. "Taehyung! Apa yang terjadi?" Serunya kaget.

Mengabaikan Zico, Taehyung tetap menatap wajah Junmyeon lekat-lekat. "Aku akan membunuhmu," gumam Taehyung dengan suara yang sangat rendah, sangat dingin, dan sangat serius. Keheningan yang menyusul terasa sangat mencekam sementara Junmyeon menatap Taehyung dengan mata terbelalak dan wajah merah padam karena sesak napas.

Zico bergegas menghampiri Taehyung dan berusaha menghentikannya. "Taehyung.... Taehyung, dia tidak bisa bernapas."

Taehyung tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia mendengar suara Zico. Matanya yang gelap dan menusuk sama sekali tidak beralih dari wajah Junmyeon. "Kalau kau berani menyentuhnya sekali lagi.... Kalau kau berani mencoba menyentuhnya sekali lagi," lanjutnya dengan nada dingin dan mengancam yang sama. "Percayalah padaku, aku akan membunuhmu."

Taehyung pasti akan mencekik Junmyeon sampai kehabisan napas di sana kalau Zico tidak menyela. "Taehyung, sebaiknya kau melihat keadaan Jisoo."

Nama Jisoo berhasil menyadarkan Taehyung. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia melepaskan Junmyeon, menatap pria itu jatuh lemas ke lantai seperti onggokan lembek dan terbatuk-batuk. Zico bergegas menariknya berdiri dan mendorongnya keluar dari bilik itu. Taehyung yakin Zico juga akan langsung melempar Kim Junmyeon ke jalan.

Setelah Zico membawa Junmyeon keluar dari pandangannya. Taehyung berbalik dan jantungnya serasa ditikam ketika ia melihat sosok Jisoo yang meringkuk di sudut dengan tubuh gemetar sambil terisak. Taehyung harus menahan diri untuk tidak langsung menarik Jisoo ke dalam pelukannya. Sebagian kecil otaknya yang masih berfungsi memberitahunya bahwa Jisoo pasti sangat ketakutan saat ini dan Taehyung tidak boleh menambah ketakutannya.

Taehyung berlutut di depan Jisoo, lalu mengulurkan tangan ke wajahnya. Tetapi Jisoo terkesiap keras dan menempelkan diri ke dinding. "Ini aku. Jisoo, ini aku. Taehyung." Bisik Taehyung.

Mata coklat itu menatapnya dengan ketakutan nyata, ketakutan yang membuat dada Taehyung terasa sangat sakit. Jisoo tidak mengenalinya. Jisoo mengira Taehyung akan menyakitinya seperti Junmyeon.

"Tidak apa-apa," bisik Taehyung lagi. Suaranya terdengar serak karena berbagai emosi yang mencekat tenggorokannya. "Kau sudah aman. Aku berjanji."

Jisoo masih tidak bersuara dan tubuhnya jelas-jelas masih gemetar, tetapi tatapannya yang liar mulai berubah. Ia mengerjap satu kali, dua kali, lalu Taehyung melihat kesadaran perlahan-lahan meresap ke dalam mata itu. Jisoo sudah mengenalinya.

Taehyung beringsut duduk disamping Jisoo, lalu merangkulnya. Tubuh Jisoo terasa kaku, namun Taehyung tetap mendekatnya. Sekejap kemudian tangis Jisoo pun pecah. Ia bersandar di pundak Taehyung dan menangis tersedu-sedu.

Taehyung telah melakukan satu kesalahan malam ini. Ia membiarkan Jisoo sendirian di tengah banyak orang. Seharusnya ia tetap bersama Jisoo. Kalau ia tetap bersama Jisoo, gadis itu pasti tidak akan mengalami kejadian mengerikan ini. Taehyung sama sekali tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya sendiri kalau Jisoo sampai terluka. Ia tidak akan sanggup menanggungnya. Taehyung yakin ia bisa gila.

"Semuanya akan baik-baik saja," Taehyung bergumam lirih kepada Jisoo yang masih menangis. Ia mempererat pelukan dan menyandarkan pipinya di puncak kepala Jisoo. "Dia tidak akan menyakitimu lagi. Aku berjanji."







Kim Junmyeon



Hai aku kembali lagi... Doa siapa nih aku jadi rajin update gini?
Ayo ditebak- tebak sebenarnya ada hubungan apa Jisoo sama almarhum Kakaknya Taehyung?
Ada yang penasaran gak?
Part ini tu spesial buat kalian semua mencapai 3000 kata. Sebenarnya ini dua part ya, karena aku kasian sama kalian semua takut nantinya terlalu penasaran jadinya aku double update aja.

Sebenarnya aku tuh udah males banget tulis nih cerita, banyak banget yang masukin di reading list nya tanpa komen dan vote. Apa susahnya buat tekan bintang vote. Kalo kek gini terus tidak menutup kemungkinan cerita ini bakal di unpublish.

Dan satu lagi rencananya aku tuh mau buat cerita baru, tapi ceritanya pakai kata-kata non formal ya. Ceritanya tuh tentang Jisoo si cewek culun yang di putusin pacarnya demi cewek lain yang lebih cantik dari dia. Dan akhirnya dia bertemu dengan Taehyung yang ngebantu Jisoo jadi berubah dan cantik. Terus mantannya itu nyesel karena udah mutusin Jisoo.

Gimana kalian minat gak sama ceritanya? Kalo minat bakal aku up karena ceritanya udah ada di draft.

                              ~TBC.







Continue Reading

You'll Also Like

17M 754K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
2.5M 38.1K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
825K 78.3K 34
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...
888K 81.2K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...