KEPASTIAN DENGAN GUS

By aleyanakarim

351K 15.4K 972

Azizan dingin dan Alzena cuek. Azizan pintar dan Alzena lemot. Azizan ganteng dan Alzena cantik. Azizan lahir... More

1) Pertemuan
2) Lamaran
3) Terlalu Cepat
4) Percaya Diri
5) Ikatan Suci
7) Istimewa
8) Pelabuhan Terakhir
9) Hancur
10) Sebelum Shubuh
11) Utuh
12) Mencintai Manusia
13) Memaafkan
14) Terlambat
15) Laksana Mutiara
16) Menghabiskan Waktu
17) Hadiah
18) Zona Nyaman
19) Belajar Agama
20) Manusia Terindah
21) Pusat Hiburan
22) Kapal Tak Berlayar
23) Pegangan Erat
24) Empat Perkara
25) Kucing
26) Penghujung Minggu
27) Dalam Keheningan
28) Rahmat Bagi Seluruh Alam
29) Kota Tarim
30) Mengudara Bersama Waktu
31) Separuh Jiwa
32) Sejarah Palestina
33) Warisan Akhlak
34) Perjalan Hijrah
35) Pecahan
36) Mulai Membaik
37) Terlalu Cantik
38) Dimuliakan Allah
39) Dini Hari
40) Lelaki Dayyuts
41) Dialog Sebelum Shubuh
42) Rezeki Terindah
43) Penentu Kebahagiaan
44) Perjuangan Kesetaraan
45) Tanda Istiqomah
46) Turun Dari Surga
47) Kemuliaan Lelaki Dan Wanita
48) Godaan Setan
49) Lelucon Aneh
50) Sholat Itu Sebentar
51) Saksi Bisu
52) Sensasi Senja
53) Lembayung Senja
54) Ujian
55) Namanya Juga Belajar
56) Beragama Dengan Jujur
57) Langit Tak Biru
58) Jangan Sedih
59) Pria Terbaik Di Dunia
60) Samar-samar
61) Cinta Dalam Diam
62) Hati-hati Dalam Menaruh Hati
63) Setetes Kecil
64) Tertata
65) Hagia Sophia
66) Jalan Pulang
67) Mendung
68) Seusai Hujan
69) Suka Bintang
70) Tidur

6) Janji

17.9K 749 102
By aleyanakarim

Pasangan suami istri baru itu sedang membereskan barang-barang Alzena yang lumayan banyak. Agar nanti setelah rumahnya diisi tidak perlu repot lagi.

"Bisa enggak ngambilnya?" tanya Azizan saat melihat Alzena kesulitan mengambil barang di atas lemari karena tubuh kecilnya.

Alzena itu seorang perempuan yang terbiasa berdiri dengan kakinya sendiri. Tidak suka merepotkan orang lain.

"Mau dibantuin?" tawar Azizan saat melihat Alzena berusaha keras mengambil barangnya.

"Aku bisa sendiri," ucap Alzena merasa tidak enak.

"Aku tau kamu bisa apa-apa sendiri, tapi sekarang sama aku ya? Aku janji bakal temenin kamu kecuali kalau Allah panggil aku untuk pulang," timpal Azizan dengan gerakan cepat Azizan meraih sebuah kotak milik Alzena.

Alzena terharu karena telah menemukan seseorang yang tepat untuknya.

Selesai beres-beres mereka berencana untuk memindahkan barang ke rumah yang baru. Yang sudah lama Azizan siapkan. Tidak lupa mereka berpamitan kepada orang tua mereka.

"Zen, enggak mau jauh dari Bunda!" rengek Alzena manja.

Mata Alzena berkaca-kaca. Azizan menguatkan Alzena dengan menggenggam tangan Alzena. Padahal hanya sehari.

"Anak umi terang-terangan ya sekarang, mentang-mentang udah halal," goda Tata seraya tersenyum.

Azizan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Salah tingkah.

"Kehadiran cucu dari kalian kita tunggu ya," ucap Rara ceplas-ceplos.

"Baru aja nikah, Bun. Masa langsung dimintain cucu," protes Alzena tak terima.

"Bunda enggak sabar soalnya," aku Rara mengatakan yang sebenarnya.

Kemudian Azizan ikut menimpali, "Do'a-in yang terbaik aja Bunda."

"Pasti. Titip Alzena ya, Bang. Banyakin sabar ngadepin dia," pesan Rara untuk menantunya.

"Siap, Bun. Alzena jadi tanggung jawab Azizan sekarang," balas Azizan dengan anggukan.

Azizan dan Alzena berpamitan sambil mengucapkan salam. Azizan membukakan pintu mobil untuk Alzena dan menutupnya.

"Romantis banget ya anak kamu," komentar Rara memperhatikan mereka.

"Dia emang gitu. Tiap aku masuk aja selalu dibukain. Alhamdulillah," timpal Tata senyuman terbit dari wajahnya.

Mereka berdua melaju di atas jalan tol yang sepi, hanya terdengar suara mesin mobil yang menggema. Cahaya bulan memancar terang menyinari jalan raya yang terbentang panjang.

Azizan fokus mengemudikan mobil, sementara Alzena menikmati pemandangan malam yang indah di sekitar mereka. Langit gelap membuat bintang-bintang bersinar dengan indahnya, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Alzena terpesona dengan keindahan malam itu, seolah lupa akan perjalanan yang masih panjang.

"Kalau ngantuk tidur aja dulu," saran Azizan saat melihat Alzena menguap.

"Emang masih lama ya?" tanya Alzena penasaran.

"Lumayan," timpal Azizan fokus menyetir.

Alzena akhirnya memutuskan untuk tidur. Azizan sesekali menatap Alzena mengagumi betapa indahnya ciptaan Allah. Bulu matanya yang lentik, bibirnya yang tipis, wajahnya yang manis Azizan suka. Tidak henti-hentinya Azizan mengucap syukur.

Hanya menghabiskan waktu satu jam karena tidak macet mereka akhirnya sampai. Azizan membangunkan Alzena.

"Sayang bangun!" titah Azizan dengan suara lembut.

"Lo siapa? Sayang-sayang kepala lo peyang!" gerutu Alzena marah.

"Aku Azizan Arsala Sidik suaminya Alzena Nisaka Maryam yang baru saja resmi menikah kemarin," jelas Azizan dengan tenang.

Alzena berusaha mengingat-ngingat kejadian kemarin. "Astaghfirullah maaf. Maaf," ulang Alzena jadi malu.

"Benar ya kata bunda kamu itu pelupa mana masih muda," ledek Azizan akhirnya.

"Namanya juga manusia," balas Alzena memanyunkan bibirnya.

Azizan tersenyum menanggapi tingkah Alzena. Mereka akhirnya turun dari mobil.

Mata Alzena langsung terpikat saat melihat rumah barunya.


Alzena berdecak kagum dengan halaman rumah yang akan ditinggalinya bersama Azizan kelak. Desainnya unik. "MasyaAllah."

"Kamu suka?"

"Suka banget makasih ya. Pasti betah aku tinggal di sini alhamdulillah ala bini'matillah."

*Segala puji bagi Allah, dengan kenikmatan dari-Nya menjadi sempurna semua amal kebaikan.

***

Rayno sedang berdiam diri di kamar. Dia masih belum rela untuk melepas Alzena bersanding dengan laki-laki lain.

"Kak, gue salah ya jatuh cinta?" tanya Rayno pada satu-satunya kakak perempuan⎯Rhea Kaynen.

"Enggak. Lo cuman belum nemu yang tepat aja," balas Rhea mencoba menghibur adiknya.

Rayno menopang pipinya. "Susah banget kak buat ikhlas. Gue sama Alzena bareng dari bayi sampai SMP itu lama banget. Enggak semudah itu buat nyari pengganti Alzena."

"Lo pasti bisa terbiasa tanpa Alzena. Beberapa tahun aja lo enggak kenapa-kenapa," balas Rhea tidak ingin adiknya terlalu sedih.

"Iya raga gue bisa tanpa Alzena tapi hati gue mentok di Alzena kak," ucap Rayno dengan muram.

"Lo datang kemarin ke pernikahannya Alzena?" tanya Rhea.

"Datang. Gue enggak mau rusak kebahagiaan Alzena," jawab Rayno dengan senyuman yang kecut.

"Jangan sedih mulu! Enggak cocok banget adik gue yang cerewet galau!" decak Rhea ikut pilu.

Kali ini Rayno membantah, "Galau itu manusiawi, Kak!"

"Tapi kalau berlarut-larut ngapain? Lo punya kehidupan sendiri yang harus dijalani." Rhea tau adiknya ini sudah jatuh terlalu dalam.

"Ya udah. Gue ke kamar dulu," pamitnya.

Dengan helaan nafas yang berat Rhea berucap, "Makan dulu Rayno!"

"Nanti aja kak! Enggak lapar!" timpal Rayno.

"Kasian perut lo. Jangan nyiksa diri sendiri!" Rhea tidak mau kalah ia menyodorkan banyak makanan di depan Rayno.

Sedangkan Rayno masih keras kepala. "Nanti gue makan, Kak."

"Sekarang Rayno!" pinta Rhea dengan tatapan yang menusuk.

"Iya gue makan sekarang juga!" Dengan berat hati Rayno menurut.

***

Hikam sedang mengajar di kampus. Namun hatinya tetap saja tidak tenang memikirkan istrinya yang sedang hamil sendirian di rumah.

"Ayolah, Fir! Angkat!" gumam Hikam gelisah.

Hikam jadi tidak fokus mengajar.

Sedangkan Fira yang di khawatirkan Hikam sedang sibuk senam ibu hamil.

Dia tidak melihat layar ponselnya sama sekali.

***

Ditengah-tengah sibuknya belajar untuk ujian pada malam hari Azizan menggunakan kacamata fokus mempelajari bidang yang diminatinya. Sebentar lagi ia bisa tinggal bersama Alzena namun seseorang mengetuk pintu kost Azizan.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, calon dokter hebat tolong buka pintunya!"

Itu tetangga sekaligus teman Azizan yang suka membawa orang lain ke kostan-nya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, ini bukan rumah sakit bawa pasien ke tempatnya," pinta Azizan sedikit kesal.

"Aku maunya bawa ke sini enggak bisa ke RS tau!" balasnya dengan senyuman.

Kaki milik teman Azizan bawa penuh dengan luka hingga darahnya keluar.

"Diobatin sama dia pasti sembuh, dia mahasiswa terbaik di universitas kedokteran sini."

"Ini yang terakhir ya, aku enggak mau gara-gara ini aku dikeluarin. Masuk dulu!"

Mereka akhirnya masuk, teman Azizan yang masih memapah untuk membantu agar orang itu bisa jalan.

"Sakit." Meringis orang tersebut menahan perih saat celana panjangnya Azizan lipat hingga atas lutut.

"Dimana-mana kalau diobatin pasti sakit, jangan khawatir sakit itu sebagai penghapus dosa baiknya Allah ke kita ya gitu," timpal Azizan meraih sarung tangan yang steril.

"Si duta kampus masih di tolak?" katanya.

"Untuk gapai cita-cita hebat tidak bisa diiringi maksiat dengan dalih cinta," ujar Azizan.

"Aku udah punya istri juga enggak tertarik sama yang lain," aku Azizan dengan senyuman kecil.

5 tahun lebih yang ditunggu-tunggu akhirnya berlalu Azizan selesai menyelesaikan pendidikannya dan mendapat gelar dokter.

Azizan berdiri di podium, mengenakan toga dan topi seperti teman-temannya. Ada rasa lega yang membuncah di dadanya. Ini adalah hari yang dia nanti-nantikan selama lima tahun terakhir. Hari di mana dia akan resmi mendapatkan gelar dokter.

Azizan melihat ke arah istri dan orangtuanya dan adiknya yang mengangguk dengan bangga ke arahnya. Azizan tersenyum melihat mereka, mengingat hari-hari sulit di mana ia harus bekerja keras, belajar untuk ujian, dan menghadapi kenyataan bahwa menjadi dokter adalah perjalanan yang sulit.

"Sekarang, dengan bangga, saya mengumumkan bahwa lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Negeri ini telah berhasil menjalani semua program yang diperlukan dan memenuhi semua persyaratan untuk menyelesaikan gelar dokter," kata dekan fakultas dengan bangga, memulai prosesi kelulusan.

Azizan merasa kebahagiaannya meledak. Dia merasa sedikit takut tentang apa yang akan terjadi setelah ini, tetapi pada saat yang sama, dia tahu bahwa dia telah menyelesaikan bagian terberat dari perjalanan ini.

Saat para lulusan mengambil sumpah dokter, ia melihat ke arah istri dan orangtuanya lagi. Mereka tersenyum, beberapa air mata meleleh di sana. Azizan merasa seperti dia telah membuat mereka bangga, dan ini memberinya kekuatan untuk maju.

Setelah upacara selesai, Azizan dan keluarganya bertemu di luar gedung. Mereka memeluknya dengan erat, memberi ucapan selamat, dan berkata berulang kali betapa mereka bangga dan senang atas pencapaian Azizan.

"Umi sama Abi bangga sama kamu, Nak," kata Tata di antara tangisannya, memeluk anak lelakinya dengan erat.

"Kamu kerja keras banget dan sekarang kamu jadi dokter. Setelah semua tantangan, tiba saatnya meregangkan otot dan menikmati hidup sebagai seorang dokter muda, jangan lalai sama tugas kamu sebagai dokter, Nak. Kamu juga punya istri sekarang. Abi yakin kamu bisa jadi nahkoda yang baik," ucap Yadi menepuk bahu putranya.

"Aamiin, Abi. Makasih banyak udah dampingin Abang selama ini," tutur Azizan penuh syukur.

"Selamat, Sayang, insyaAllah kerja keras kamu membuahkan hasil," ujar Alzena menyerahkan bunga yang Alzena bawa.

"Abang, selamat." Alzam tersenyum bangga.

Azizan senyum penuh syukur untuk keluarganya. Dia bisa merasakan betapa mereka mencintainya dan percaya padanya, dan itu memberinya kekuatan untuk ke depannya. Dia tahu bahwa perjalanan yang sulit bukanlah sesuatu yang bisa dia lakukan sendirian.

"Makasih, Mi. Makasih, Bi. Makasih, Sayang. Makasih, Alzam," kata Azizan sambil menghapus air mata Tata. "Pasti enggak bisa lakuin ini tanpa dukungan kalian. Abang janji bakal lakuin yang terbaik."

Mereka berkumpul, menikmati makan siang bersama, dan berbicara tentang masa depan. Azizan merasa tegar, siap untuk menerima tantangan berikutnya. Dia tahu perjuangan dokter sebenarnya baru saja dimulai. Dan dia siap menghadapinya.

Alzena kira keadaan akan canggung setelah serumah ternyata tidak sama sekali.

Alzena dan Azizan sedang membaca buku bersama di sofa. Alzena menidurkan kepalanya di lengan Azizan. Mereka sangat menikmati waktu berdua.

"Biar aku yang bacain, kamu yang dengerin," ucap Azizan memutuskan.

Alzena langsung setuju. "Oke."

Azizan mencium puncak kepala Alzena beberapa kali yang membuat Alzena menjadi geli.

"Stop! Katanya mau bacain tapi malah nyium mulu," komentar Alzena gemas sendiri.

"Abisnya gemes," timpal Azizan. Bucinnya semakin menjadi-jadi.

"Gimana mau fokus dengerinnya coba kalau kamunya kaya gini," ujar Alzena menggembungkan pipinya.

"Iya-iya. Bawel banget punya istri," ucap Azizan yang pada akhirnya menurut. Mencubit pipi istrinya.

Alzena diam-diam tersenyum karena Azizan menurutinya.

Mereka akhirnya mengakhiri kegiatan membaca buku. Azizan terus saja menempel kepada Alzena kemana Alzena pergi Azizan mengikuti.

"Akhirnya aku punya pengawal," canda Alzena garing sekali.

"Pengawal dan imam yang akan memimpin kamu menuju surga Allah yang indah insyaAllah," balas Azizan memulai aksi gombalnya.

Alzena mengajak Azizan menautkan janjinya. "Janji?"

"Janji. InsyaAllah," jawab Azizan mengaitkan jarinya pada Alzena.

Alzena tersenyum puas Azizan tidak mungkin mengingkari janjinya.

"Kamu sadar enggak sih kamu itu ganteng banget?" tanya Alzena biarkan kali ini Alzena yang memuji Azizan.

"Enggak. Yang lebih ganteng dari aku itu banyak," jawab Azizan mengakui kebenaran menurutnya.

Tidak semudah itu Alzena untuk percaya. "Yang lebih cantik dari aku juga banyak. Bahkan aku jauh dari kata cantik. Kenapa harus aku di antara banyaknya perempuan yang suka sama kamu?"

"Tapi, bagi aku kamu cantik banget. Karena kamu perempuan yang pandai menjaga diri. Yang menjaga hanya milik yang terjaga," ucap Azizan.

"Yang lebih menjaga diri dari aku juga banyak," balas Alzena.

"Soalnya garis takdirnya aku itu kamu, zaujati jamilah jiddan jiddan."

"Gombal mulu! Nggak nyangka banget kamu yang dingin aslinya kaya gini."

"Tapi kamu suka?"

"Suka."

***


Alzam menghampiri Abinya. "Boleh pinjam ponsel Abi?"

Yadi menautkan alisnya tidak biasanya anak bungsunya seperti ini. "Ngapain?"

"Maaf sebagai anak boleh mengontrol ponsel orang tua," jawab Alzam setelah merebut ponsel Yadi.

Yadi menggeleng-geleng kepalanya. Tapi akhirnya memberikan kepada Alzam.

"Aku mau buka WhatsApp. Ini hp dipakai apa?" ucap Alzam nadanya terdengar tegas.

Alzam menggulir ponsel Yadi dan ternyata isi WhatsApp Yadi banyak yang berbincang dengan teman laki-lakinya. "Oh bagus dipakai ngaji."

"Itu bukan ngaji tapi chat pakai bahasa Arab," komentar Yadi dengan garang.

"Oh iya-iya." Alzam tidak teliti kalau ternyata itu bukan ayat Al-Quran.

"Kalau ngaji bukan gitu ngaji mah Quran," timpal Yadi.

"Ya udah saya balikin. MasyaAllah. Pinter-pinter." Alzam mengusap-ngusap bahu Yadi.

Yadi hampir saja melempar hpnya karena kesabarannya menghadapi Alzam hampir setipis tisu.

***

Gimana ceritanya? Seru gak?

Kalau ada yang mau kasih kritik dan saran boleh banget. Entah itu lewat chat pribadi atau komentar.

Terimakasih, See u insyaAllah🤎

Continue Reading

You'll Also Like

157K 26.6K 30
kisah dua orang yang saling bertolak belakang yang terikat dalam hubungan pernikahan. ••• Adam Haidar Arizki, lelaki yang mempunyai sifat sholeh, men...
675K 35.5K 43
Ini adalah sebuah kisah dimana seorang santriwati terkurung dengan seorang santriwan dalam sebuah perpustakaan hingga berakhir dalam ikatan suci. Iqb...
4.1K 196 18
hanya berisi kata2 motivasi,pembelajaran islam dan insyaAllah bermanfaat 😄😄jadi jangan lupa baca ya😊😊😊
14.7K 2K 20
- by: dwimardani - "Maaf, dalam Islam dilarang pacaran" -Aisyahnissa Azzahra- "Baiklah, aku akan memilikimu dengan cara ta'aruf" -Devin...