LOVE IT

By EmiLiani00

7K 1.3K 376

ADA sesuatu yang ingin ku katakan padamu sejak dulu, sampai sekarang aku belum mengatakannya karena.... yah... More

Cast
1✓
2✓
3✓
4✓
5✓
6✓
7✓
8✓
9✓
10✓
11✓
12✓
14✓
15✓
16✓
17✓
18✓
19✓
20✓
21✓
22✓
23✓
24✓

13✓

176 46 23
By EmiLiani00

"Kalian sudah tahu besok adalah hari pertunjukan perdanaku, bukan?" Tanya Jennie untuk kesekian kalinya hari ini.

Zico menengadahkan wajah dengan gaya dramatis. "Kami tidak mungkin lupa, Jennie. Demi Tuhan kau terus, mengingatkan kami setiap jam. Ada apa denganmu? Tenanglah sedikit."

Jisoo baru saja pulang ketika Jennie menariknya ke dapur, di sana Zico yang menggenakan piama sutra ungu sudah berdiri sambil memegang secangkir coklat panas dan langsung melemparkan pertanyaan tadi. Jennie terlihat sangat bersemangat. Juga tegang.

"Aku tidak bisa tenang," kata Jennie sambil berjalan mondar mandir di dapur mereka yang kecil. "Ini peran utamaku yang pertama. Pertunjukan ini harus berhasil. Harus! Kalau ini berhasil baik, maka kesempatan-kesempatan besar lain akan terbuka untukku. Aku akan terkenal! Aku akan mendapat banyak tawaran! Aku akan mendapat kesempatan berbagi panggung dengan aktor-aktor besar! Aku akan....."

"Wow, berhenti sebentar," sela Zico sambil mengacungkan sebelah tangan ke wajah Jennie. "Pelan-pelan saja. Aku tidak bisa memahami kalau kau berbicara secepat kereta api ekspres. Tarik napas dalam-dalam."

Jennie mengangguk-angguk dan menarik napas dalam-dalam, mematuhi kata-kata Zico. Namun ia langsung menggeleng. "Tidak, tidak. Ini tidak berhasil. Aku tidak bisa tenang. Apakah kalian sudah mengundang semua teman kalian ke pertunjukanku?"

"Tenanglah, Sayang. Aku sudah mengundang semua temanku dan aku jamin mereka pasti datang," sahut Zico. Lalu ia mengerdip ke arah Jisoo dan berbisik, "Aku sudah mengancam mereka."

Seketika Jisoo tertawa kencang.

Jennie menoleh ke arah Jisoo dan menyipitkan mata. "Bagaimana dengan Taehyung? Kapan dia akan kembali ke London? Waktu itu dia sudah berjanji akan mengajak semua rekan kerjanya ke pertunjukanku. Kalau dia tidak jadi datang....."

"Dia akan kembali malam ini. Setidaknya itulah yang dikatakannya padaku ketika dia meneleponku kemarin." Sela Jisoo cepat.

Dan Jisoo berharap itu benar. Taehyung sudah pergi selama lebih dari seminggu dan Jisoo berharap bisa segera bertemu dengannya, bukan hanya melihatnya di video yang dikirimkan Taehyung untuknya. Jisoo menghela napas dan menghembuskannya dengan pelan. Sepertinya ia mulai kacau. Taehyung baru pergi selama seminggu, tetapi kenapa ia merasa seolah-olah Taehyung sudah pergi lebih dari sebulan?

"Sekarang sudah larut dan aku sudah mengantuk," kata Zico sambil menguap, lalu menatap Jennie. "Dan kalau kau ingin aku tampil prima untuk pertunjukan perdanamu, kau akan membiarkanku tidur dengan tenang."

Jennie memberengut ke arah Zico yang berjalan ke kamarnya sendiri, lalu menoleh ke arah Jisoo dan tersenyum. "Aku juga harus tidur sekarang. Aku tidak mau sampai ada lingkaran hitam di sekeliling mataku besok. Selamat malam."

Jisoo balas mengucapkan selamat malam dan masih berdiri bersandar di lemari dapur beberapa saat setelah Jennie masuk ke kamar. Tubuhnya terasa lelah, namun pikirannya masih segar bugar. Dan seperti yang sering dialaminya akhir-akhir ini kalau sedang sendirian, pikirannya langsung melayang pada Kim Taehyung. Apakah Taehyung akan meneleponnya kalau ia sudah tiba di London? Mungkin tidak. Malam sudah larut dan Taehyung pasti sangat lelah.

Jisoo memejamkan mata dan menggeleng-geleng. Oh, dear. Ini harus dihentikan. Ia tidak bisa memikirkan Taehyung terus. Yang harus dilakukannya sekarang adalah mandi dan tidur.

Namun ketika Jisoo masuk ke kamarnya sendiri, ponselnya berbunyi. Ia mengeluarkan ponsel dari tas dan menatap tulisan yang muncul di layar. Wajahnya langsung berseri-seri. "Taehyung!"

"Wah, kedengarannya kau sedang gembira." Suara Taehyung terdengar agak lelah, namun masih ada tawa di dalamnya. "Kuharap itu karena kau gembira mendengar suaraku."

Jisoo mendengus pelan, namun ia tidak bisa mencegah senyum lebar yang muncul di wajahnya. "Kau sudah ada di London?"

"Mmm," gumam Taehyung membenarkan. "Baru turun dari kereta dan orang pertama yang terpikirkan olehku adalah kau. Aneh, bukan?"

"Kau baru memikirkan ku setelah turun dari kereta?" Gurau Jisoo.

"Ah, sebenarnya aku memikirkanmu sepanjang perjalanan pulang," koreksi Taehyung. "Dan setiap hari selama aku tidak ada di London. Setiap hari. Bahkan setiap jam. Bagaimana kedengarannya?"

Jisoo tertawa. "Kedengarannya tidak normal."

"Kau benar. Ini tidak normal. Ngomong-ngomong kenapa kau belum tidur?"

"Aku baru pulang."

"Selarut ini?"

Jisoo melirik jam tangan. Memang sudah hampir tengah malam. "Pemotretannya berlangsung lebih lama daripada yang kukira. Tapi kenapa kau masih meneleponku kalau kau memang merasa ini sudah larut?"

"Tadinya aku berencana meninggalkan pesan di kotak suaramu. Tapi karena kau ternyata belum tidur, maukah kau membantuku?" Tanya Taehyung.

Sebelah alis Jisoo terangkat. "Apa?"

"Sudah lama aku tidak melihatmu dan karena aku sudah tiba di London kurasa aku tidak akan bisa tidur malam ini kalau aku belum melihatmu. Maukah kau melihat keluar jendela?" 

Apa? Jisoo mengerjap kaget sementara jantungnya mulai berdebar semakin keras dan cepat. Tanpa membuang-buang waktu, ia melompat ke jendela kamar tidurnya dan menyibakkan tirai. Benar saja. Taehyung sedang berdiri di bawah tiang lampu di seberang jalan di depan gedung flat Jisoo. Sebelah tangannya yang tidak memegang ponsel terangkat menyapa Jisoo. Wajahnya yang terdongak ke arah Jisoo terlihat agak pucat dan lelah, namun senyum yang sangat di sukai Jisoo itu tetap tersungging di bibirnya.

"Taehyung," Jisoo merasa hatinya membuncah dan ia tidak bisa menahan senyumnya.

"Atau kau bisa turun sebentar dan membiarkanku melihatmu dari dekat," tambah Taehyung pelan.

Jisoo tidak ragu sedetik pun. "Tunggu di sana," katanya, lalu berbalik, melesat keluar dari kamarnya, keluar dari pintu flat dan berlari menuruni tangga. Kurang dari tiga puluh detik kemudian Jisoo sudah menginjak trotoar di depan gedung flatnya. Ia harus mencegah dirinya berlari menyebrangi jalan dan memeluk Taehyung. Tanpa melepaskan pandangan dari wajah Taehyung, Jisoo memaksa dirinya berjalan dengan tenang menyebrangi jalan yang sudah sepi dan berhenti di depan Taehyung.

"Cepat sekali," komentar Taehyung sambil tersenyum ke dalam mata Jisoo.

Jisoo mengangkat bahu. "Yah, semakin cepat aku turun ke sini dan menemuimu, semakin cepat kau bisa pulang dan membiarkan aku tidur."

Taehyung tertawa pelan. Lalu ia mengangkat sebelah tangannya dan menyentuh pipi Jisoo. "Benarkah?"

Mata Jisoo melebar, napasnya tercekat, jantungnya berdebar begitu keras sampai rasanya hampir melompat keluar dari dadanya. Tetapi ia tidak bisa bergerak. Tidak bisa berbicara. Tidak bisa bernapas. Mata Taehyung yang gelap seolah-olah menghipnotisnya. Tangan Taehyung terasa hangat di pipi Jisoo yang dingin. Kehangatan tangan itu mulai meresap di kulit Jisoo dan menjalari seluruh tubuhnya. Sama seperti waktu itu di flat Taehyung.

Perlahan-lahan tangan Taehyung bergerak merangkul bahu Jisoo dan menariknya mendekat. Dan sebelum Jisoo bisa bereaksi, kedua lengan Taehyung sudah melingkari tubuhnya, menyelubunginya dengan kehangatan. Jisoo mengerjap kaget. Kaget karena Taehyung memeluknya. Kaget karena ia membiarkan Taehyung memeluknya. Kaget karena rasa aman yang dirasakannya dalam pelukan Taehyung.

"Ah, senang sekali melihatmu lagi," gumam Taehyung di pelipis Jisoo.

Jisoo pun menghembuskan napas yang ditahannya sejak tadi, seiring dengan ketegangan yang menguap dari tubuhnya. Ia menenggelamkan wajahnya di dada Taehyung dan memejamkan mata. Ia bisa merasakan debar jantung Taehyung, dan entah kenapa hal itu membuatnya merasakan kedamaian yang belum pernah dirasakannya selama ini. 

Lalu suara Taehyung yang berat kembali terdengar dari balik kabut kedamaian yang menyelimutinya dengan nyaman. "Apa yang akan kau lakukan besok?"

Sulit rasanya berpikir tentang besok ketika saat ini ia sedang berada dalam pelukan Taehyung, tetapi Jisoo berhasil memaksa otaknya bekerja. "Besok pagi aku harus pergi ke kantor agensiku."

"Setelah itu?"

"Bersiap-siap untuk menghadiri pertunjukan perdana Jennie."

Taehyung tertawa kecil. "Kau tidak perlu menghabiskan seharian mempersiapkan diri." Taehyung melepaskan pelukannya, kedua tangannya memegang bahu Jisoo, lalu ia mengamati Jisoo dari kepala sampai ke kaki, lalu kembali ke wajah Jisoo. "Menurutku kau sudah sempurna."

Wajah Jisoo pun memanas. Ia yakin wajahnya terlihat merah, bahkan di bawah sinar lampu jalan yang remang-remang.

"Setelah kau ke agensimu, dan sebelum kita menghadiri pertunjukan Jennie, bagaimana kalau kau menemaniku menghabiskan hari liburku?"

Bagaimana mungkin Jisoo menolak sementara Taehyung tersenyum padanya seperti itu. Dan saat itulah ia menyadari sesuatu, sesuatu yang sudah tersembunyi rapi di dalam hatinya sejak lama, namun kali ini perasaan itu begitu kuat sampai tidak mungkin diabaikan lagi.

Sepertinya ia sudah jatuh cinta pada Kim Taehyung.

Oh, dear.....




















Hai aku kembali lagi.
Gimana sama ceritanya? Senang gak akhirnya jisoo sadar sama perasaannya dia?  Aku yang tulis aja sampe baper sama nih pasangan. Sengaja aku tulis sedikit part ini karena part selanjutnya bakal sedikit tegang.

Jangan lupa komen yang banyak dan vote juga. Tiga part selanjutnya udah selesai di tulis, kalau mau cepat up ya komen yang banyak.

Pengen spoiler. Part selanjutnya bakal sedikit demi sedikit terungkap masa lalu nya jisoo. jadi buat ridersku siap-siap kalian menebak-nebak apa yang terjadi sama jisoo di masa lalu.

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 7.6K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
1.4M 68.5K 69
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
16.9M 750K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
2.3M 35.1K 48
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...