LOVE IT

By EmiLiani00

7K 1.3K 376

ADA sesuatu yang ingin ku katakan padamu sejak dulu, sampai sekarang aku belum mengatakannya karena.... yah... More

Cast
1✓
2✓
3✓
4✓
5✓
6✓
7✓
8✓
9✓
10✓
12✓
13✓
14✓
15✓
16✓
17✓
18✓
19✓
20✓
21✓
22✓
23✓
24✓

11✓

185 49 22
By EmiLiani00

    

     
       "Kau mau ke Lake District? Hari ini?" Tanya Jisoo di ponsel dengan alis terangkat. Ia sedang minum teh dengan Jennie di kafe Holland Park ketika Taehyung meneleponnya dan berkata bahwa ia akan pergi ke Lake District, New Country.

  "Ya," sahut Taehyung di ujung sana. "Kami sedang mengerjakan video musik baru dan pengambilan gambarnya akan dilakukan di sana. Kudengar tempat itu sangat indah." 

  "Kudengar juga begitu. Tapi, Taehyung, apakah kau yakin kau sudah cukup sehat untuk melakukan perjalanan jauh?"

   "Aku sudah sembuh. Sungguh. Hyung juga tidak akan mengizinkan aku pergi kalau aku masih sakit."

  "Kapan kau akan kembali?"

  "Entahlah. Aku tidak yakin. Kurasa hanya dua atau tiga hari."

  "Dua atau tiga hari?"

 
  "Kenapa? Tentunya kau bisa bertahan beberapa hari tanpa aku, bukan?" Gurau Taehyung.

  Jisoo mendengus. "Aku sudah bertahan seumur hidup tanpa dirimu, jadi aku yakin aku akan baik-baik saja." 

   Saat itu Jennie mencondongkan tubuhnya kearah Jisoo dan berbisik, "Apakah dia akan datang ke pertunjukanku?"

   Jisoo meneruskan pertanyaan Jennie kepada Taehyung.

  "Katakan padanya aku pasti datang. Bukankah aku sudah pulang sebelum hari pertunjukan perdananya?" Sahut Taehyung diseberang sana.

   "Dia pasti datang." Kata Jisoo kepada Jennie, lalu kembali berkata kepada Taehyung. "Baiklah kalau begitu. Jaga dirimu."

  "Kau juga. Aku akan meneleponmu lagi nanti."

  "Ada pekerjaan di North Country?" Tanya Jennie sambil memasukkan scone kedalam mulut ketika Jisoo sudah menutup ponsel.

  "Katanya dia akan pergi selama beberapa hari." Sahut Jisoo pelan, lalu menoleh memandang keluar jendela. Seperti biasa, langit London terlihat suram walaupun sinar matahari berusaha mengintip dari sela-sela awan.

  "Oh, astaga." Kata Jennie tiba-tiba. Seulas senyum lebar tersungging di bibirnya dan mata kucingnya berkilat-kilat penuh arti.

  Jisoo menatapnya dengan alis terangkat. "Apa?"

   "Kau mendesah, Jisoo." Kata Jennie.

  "Mendesah?" Ulang Jisoo sambil mengerjap kaget. Ia tidak mendesah. "Aku tidak mendesah."

  Senyum Jennie semakin lebar. "Kau sudah pasti mendesah tadi dan aku tahu jenis desahan seperti itu." Jennie mencondongkan tubuh dan menopang kedua siku di atas meja. Matanya menatap mata Jisoo lurus-lurus. "Belum apa-apa kau sudah merindukannya."

  "Apa?"

  Jennie tertawa. "Oh, akui saja, Jisoo. Kau menyukai laki-laki itu."

   "Aku...." Jisoo terdiam sejenak, lalu mengembuskan napas. "Sebaiknya kita bicarakan hal lain saja."

  Jennie mengangkat bahu. "Kenapa? Kim Taehyung itu sangat tampan, baik, sopan, dan menyenangkan. Dan aku yakin dia juga menyukaimu. Jadi apa salahnya kalau...."

  "Sana menyukainya," sela Jisoo.

  "Aku tahu itu," kata Jennie, membuat Jisoo heran. "Tapi lalu kenapa? Taehyung tidak menyukainya, bukan?"

  Jisoo mengangkat bahu. "Aku sudah berjanji akan membantunya."

  "Membantu siapa? Sana?"

  Jisoo mengangguk.

   "Maksudmu, membantunya mendekati Taehyung?"

  Jisoo tidak menjawabnya.

  Jennie menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan. "Kau tahu, Jisoo, kadang-kadang kau bisa sangat bodoh."

   Jisoo tidak berkomentar. Ia hanya menunduk dan mengaduk-aduk tehnya.

  "Ngomong-ngomong soal Sana," gumam Jennie tiba-tiba.

   Jisoo mengangkat wajah dan melihat Jennie sedang memandang kearah pintu restoran. Jisoo mengikuti arah pandang Jennie dan matanya langsung menangkap sosok Sana yang sedang berjalan ke meja mereka sambil tersenyum cerah. Terakhir kali Jisoo bertemu dengan Sana adalah empat hari yang lalu, ketika mereka pulang dari apartemen Taehyung.

   "Halo," sapa Sana ceria ketika ia sudah berdiri di samping meja Jisoo dan Jennie. "Aku kebetulan lewat dan melihat kalian dari luar restoran, jadi kuputuskan untuk ikut bergabung dengan kalian. Kalian tidak keberatan, bukan?"

   "Tidak, tidak. Silahkan duduk," kata Jennie sambil bergeser ke kursi disampingnya untuk memberi tempat kepada Sana.

   Sana melepas jaket sambil memesan secangkir teh pada seorang pelayan yang menghampirinya. Setelah si pelayan pergi. Sana menatap Jisoo dan Jennie bergantian. "Jadi apa yang sedang kalian bicarakan?"

   Jisoo melirik Jennie sekilas, lalu menatap Sana. "Hanya tentang pertunjukan Jennie minggu depan. Dia ingin memastikan kita semua datang. Kau juga pasti datang, bukan?"

   Selama beberapa saat mereka mengobrol tentang berbagai hal sambil minum teh dan melahap semua scone dan kue kecil yang mereka pesan.

    "Ngomong-ngomong, kenapa Zico dan Taehyung tidak ikut minum teh bersama kita?" Tanya Sana tiba-tiba.

   "Zico tidak bisa meninggalkan restoran. Sedangkan Taehyung sedang pergi ke luar kota," sahut Jennie.

   Alis Sana terangkat dan ia menoleh kearah Jisoo. "Ke luar kota? Kemana?"

   Jisoo memaksakan seulas senyum tipis. "Lake District. Ada pekerjaan di sana."

   "Lake District." Gumam Sana dengan nada merenung. Sesaat kemudian ia menatap Jisoo dan Jennie bergantian. "Ada yang mau pesan scone lagi? Scone di sini benar-benar enak."

                           

                               

     

                               * * *

   

       Tiga hari kemudian

       
    
     
       Begitu Jisoo membuka pintu flatnya, aroma tidak asing langsung menyerbu hidungnya. Aroma masakan. Seulas senyum otomatis tersungging di bibirnya. Pasti Zico sudah ada di rumah. Dan kalau menilai dari aromanya, Zico pasti sedang memasak sesuatu yang lezat.

   "Jisoo, kaukah itu?" Seru Zico dari dapur.

   "Ya, ini aku," Jisoo balas berseru sambil menggantung jaket dan melepas sepatunya. Lalu ia berjalan ke dapur. "Aromanya enak sekali."

   Zico sedang mengaduk-aduk sesuatu di panci sementara Jennie duduk di meja makan dan memotong-motong sayuran hijau dengan canggung. Jisoo tersenyum memikirkan bagaimana jadinya Jennie kalau ia disuruh memerankan koki andal dalam drama. Ia pasti gagal total. 

   "Kuharap kau belum makan malam, sayang." Kata Zico, lalu mencicipi saus yang sedang dimasaknya. "Oh.... Ya tuhan, aku benar-benar jenius. Saus ini benar-benar lezat. Aku bisa jatuh cinta pada diriku sendiri."

   "Aku belum makan malam dan aku kelaparan," kata Jisoo. Ia menghampiri Zico dan mengintip kedalam panci. "Kita akan makan apa malam ini?"

   "Pasta. Oh, ya bagaimana kalau kau mengundang Taehyung makan malam bersama kita? Kuharap dia tidak alergi lobster." Kata Zico.

   Jisoo menggeleng. "Taehyung belum kembali ke London."

   "Kenapa? Bukankah dia bilang hanya dua atau tiga hari?" Tanya Jennie.

  "Kemarin malam dia menelponku dan sepertinya ada sedikit masalah teknis di sana. Jadi mereka terpaksa tinggal lebih lama daripada yang direncanakan."

   Tiba-tiba Zico berhenti mengaduk pancinya dan berbalik menatap Jisoo. "Dia pergi ke Lake District, bukan?"

   Jisoo mengangguk. "Ya, kenapa?"

   "Kudengar di sana pemandangannya sangat indah," kata Zico sambil berpikir-pikir.

  "Lalu?"

  "Kudengar juga tempat itu sangat romantis. Tempat yang membuat orang jatuh cinta semudah ini." Zico menjentikkan jari.

  "Oh, Zico. Tolong katakan saja langsung apa yang ingin kau katakan," kata Jennie.

   Raut wajah Zico terlihat serius. "Kau tidak takut dia akan jatuh cinta pada wanita lain di sana?" Tanyanya pada Jisoo. "Bayangkan saja, dia berada di salah satu tempat paling indah di dunia, dikelilingi kedamaian pegunungan, padang rumput hijau, danau biru, udara segar, desa-desa kecil yang indah. Mungkin kalian tidak tahu, tapi percayalah padaku apabila kukatakan bahwa suasana seperti itu membuat kita jatuh cinta dengan mudah. Sangat mudah. Bagaimana kalau Taehyung bertemu dengan salah seorang gadis desa yang cantik dan lugu di sana, lalu dia terpesona dan.... Dan tidak mau kembali ke London lagi?"

   Jisoo menyipitkan mata menatap Zico, seulas senyum kecil tersungging di sudut bibirnya. "Kau tahu masalahmu?" Kau terlalu banyak nonton film-film lama."

   Zico terkekeh. "Setidaknya memang itu yang terjadi dalam film," kata Zico. Ia menoleh ke arah Jennie yang masih memotong-motong sayuran dengan kikuk. "Sayangku, kalau kau memotong seperti itu, salad-nya baru bisa dihidangkan besok pagi."

   "Aku lebih mementingkan keselamatanku. Aku tidak mau jariku putus," balas Jennie, masih memotong sayuran dengan teramat hati-hati.

  "Baiklah," kata Jisoo sambil beranjak ke kamarnya. "Aku akan mandi. Setelah itu aku akan membantu kalian."

                           




                             * * *

   

   

        "Dia belum meneleponmu hari ini?" Tanya Zico tiba-tiba setelah mereka selesai makan malam dan duduk mengobrol di meja makan.

   Jisoo mengalihkan tatapan dari jam kecil di atas kulkas dan menatap Zico. "Apa?"

  "Ayolah, Jisoo. Daritadi kau terus melirik jam," timpal Jennie sambil tersenyum.

  "Dan kalau tidak melirik jam, kau melirik ponselmu." Zico menambahkan.

   "Jelas sekali kau sedang menunggu telepon," lanjut Jennie.

   "Tepatnya, telepon dari Taehyung," kata Zico.

    Jisoo tidak tahu apa yang bisa dikatakannya untuk menghadapi serangan kedua sahabatnya. Tetapi ia memang tidak ingin membantah. Jisoo memang sedang menunggu telepon dari Taehyung. Biasanya Taehyung meneleponnya atau mengirim pesan singkat setiap hari___setiap hari___hanya untuk mengabarkan keadaannya ataupun menanyakan kabar Jisoo. Tetapi dua hari terakhir ini laki-laki itu belum menghubungi Jisoo dan hal itu membuat Jisoo bertanya-tanya. Apa yang sedang dilakukannya di sana?

   Tiba-tiba Jisoo tertegun dan alisnya berkerut bingung. Kenapa ia seperti ini? Aneh sekali. Sudah beberapa hari ini Jisoo tidak melihat Taehyung dan ia mulai merasa rindu. Rindu? Yah, walaupun Jisoo tidak ingin mengakuinya, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang dirasakannya sekarang. Jisoo ingin bertemu dengan Taehyung, ingin mendengar suaranya, ingin berbicara dengannya, ingin..... Oh, dear aku sudah gila, pikir Jisoo sambil menggeleng pelan.

   "Kau tidak gila. Apa yang kau rasakan itu wajar saja," kata Zico.

   Jisoo mendongak kaget. Apakah ia mengatakan apa yang dipikirkannya tadi? Sepertinya begitu.

   "Kenapa kau tidak meneleponnya?" Jennie menyarankan dan mulai membereskan meja. "Dia juga bukannya pergi ke luar negeri. Telepon saja dia sekarang."

   Jisoo menggigit bibir, mempertimbangkan usul itu sejenak, lalu ia tersenyum. "Baiklah kalau begitu." Jisoo menarik ponsel dan menekan nomor Taehyung. Nada sambung terdengar empat kali sebelum akhirnya telepon diangkat di ujung sana dan....

   "Halo?"

   Jisoo mengerjap dan matanya pun melebar. Suara wanita? Apa....?

   "Halo?" Kata suara itu lagi. Lalu, "Jisoo?"

   Tanpa sadar Jisoo mencengkeram ponselnya lebih erat sementara jantungnya seolah-olah berhenti sejenak ketika ia mengenali suara itu. "Sana?" Tanyanya kaget.

   Zico dan Jennie yang sedang membereskan meja menghentikan gerakan mereka dan menatap Jisoo dengan alis terangkat kaget. Namun kekagetan mereka tidak seberapa dibandingkan dengan kekagetan Jisoo. Sana? Sana menjawab ponsel Taehyung? Apa ini? Apa yang sedang terjadi?

   "Ternyata benar kau, Jisoo," kata Sana. Suaranya terdengar ringan dan ceria seperti biasa. "Taehyung sedang pergi ke toilet dan ponselnya ditinggalkan di meja."

   Jisoo merasa kepalanya nyaris meledak karena banyaknya pertanyaan yang berseliweran di sana. "Tapi, Sana, bagaimana kau bisa ada di.... Maksudku, sedang apa kau di sana?" Tanya Jisoo, berusaha mengendalikan suaranya.

   "Oh, kau tidak tahu aku ada di Lake District? Bukankah sudah kukatakan padamu aku ingin menulis artikel tentang Lake District? Aku yakin aku pernah mengatakannya padamu."

   Jisoo memang ingat Sana pernah menyebut-nyebut soal itu, tapi ia tidak tahu bahwa Sana akan langsung pergi ke sana. Dan bertemu dengan Taehyung. Dan menjawab ponsel Taehyung!

   "Jadi aku datang ke sini dan aku kebetulan bertemu dengan Taehyung dan rombongannya di Keswick. Benar-benar kebetulan yang luar biasa, bukan? Dan karena malam ini mereka tidak sibuk, aku mengundang Taehyung dan rombongannya makan malam bersama. Oh, Jisoo, mereka benar-benar rombongan yang menyenangkan. Dan Taehyung benar-benar teman mengobrol yang luar biasa. Dia membuatku tertawa sepanjang malam." Sana melanjutkan penjelasannya.

    Jisoo harus menahan diri untuk tidak memutuskan hubungan saat itu juga. "Oh, begitu? Menyenangkan sekali," gumamnya kaku.

  "Oh, oh, ada yang ingin kukatakan padamu," kata Sana lagi. Suaranya terdengar antusias.

   Jisoo tidak yakin ia ingin mendengarnya.

  "Taehyung akan mengajakku ke suatu tempat sehabis makan malam," bisik Sana senang. "Kurasa dia mulai menyukaiku."

   Dan Jisoo merasa jantungnya jatuh ke lantai dapur flatnya.

  "Aku akan menceritakan semuanya kepadamu ketika aku pulang nanti."

   Tidak. Jangan. Jisoo menarik napas dalam-dalam. "Baiklah kalau begitu. Aku tidak akan menganggu acara makan malammu. Bersenang-senanglah. Dan semoga artikel mu berhasil."

   "Artikel?" Tanya Sana bingung. "Oh, artikel itu! Ya, ya, tentu saja. Terima kasih, Jisoo."

   Jisoo tidak bisa menahan diri dan memutar bola matanya.

  "Oh, Jisoo, kau ada pesan untuk Taehyung? Akan ku sampaikan kepadanya," tambah Sana.

  "Tidak," tukas Jisoo cepat. Suaranya terdengar agak ketus, jadi Jisoo menarik napas lagi dan berkata dengan lebih tenang. "Tidak, terima kasih, Sana. Tidak usah. Tidak ada yang penting."

   Jisoo menutup ponsel dan menatap Zico dan Jennie yang sedang menatapnya dengan ragu. "Itu tadi Sana," katanya singkat.

   Zico dan Jennie saling berpandangan sejenak. "Ya, kami sudah mendengarnya."

   "Dia sedang makan malam dengan Taehyung," kata Jisoo lagi. Dadanya terasa agak berat. "Yah, bukan berdua dengan Taehyung. Rekan-rekan kerja Taehyung juga ada di sana."

  Zico dan Jennie mengangguk.

  "Katanya Taehyung sedang pergi ke toilet dan meninggalkan ponselnya di meja. Katanya Sana sedang menulis artikel tentang Lake District dan kebetulan bertemu dengan Taehyung di Keswick." Lagi-lagi Jisoo menarik napas dalam-dalam, lalu bergumam lirih. "Katanya Taehyung akan mengajaknya ke suatu tempat setelah makan malam."

  Zico dan Jennie masih diam. Lalu Zico berkata ragu. "Kau tahu, itu mungkin tidak berarti apa-apa. Kusarankan kau tidak terlalu memikirkannya."

   Jisoo mengangkat wajah dan menatap Zico. "Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja," katanya cepat.

   Lalu Jisoo berbalik dan masuk ke dalam kamarnya, melempar ponsel ketempat tidur dan berdiri di tengah-tengah kamar dengan kedua tangan dilipat di depan dada.

   Taehyung akan mengajakku ke suatu tempat sehabis makan malam. Kurasa dia mulai menyukaiku.

    Mata Jisoo terasa perih. Ia juga mendadak merasa sesak. Jisoo membuka jendelanya lebar-lebar dan menarik napas dalam-dalam. Kenapa tiba-tiba bernapas membuat dadanya terasa sakit?

                             





                                  * * *

  



     Sana sedang menunduk menatap ponsel Taehyung yang ada dalam genggamannya ketika suara Taehyung mengagetkannya. "Ada yang menelepon?"

  Sana mendongak dan menyunggingkan senyum cerah. "Jisoo," sahutnya. "Maaf, aku menjawab teleponmu. Tapi sudah kukatakan padanya bahwa kau sedang pergi ke toilet."

   Taehyung duduk dan menerima ponsel yang disodorkan Sana. Jisoo meneleponnya? Apakah ada masalah? Taehyung memang tidak sempat menelpon gadis itu selama dua hari ini, tetapi itu karena Jang Taeyoo membuat semua orang sibuk sepanjang hari dan ketika akhirnya Taehyung mendapat waktu luang, Sana mendadak muncul dan mengajak mereka semua makan malam.

   "Maaf, aku keluar sebentar," kata Taehyung kepada Sana. Kemudian ia keluar dari restoran dan berdiri di tepi jalan yang melandai. Taehyung menekan nomor telepon Jisoo dan menempelkan ponsel ke telinga.

   Nada sambung terdengar satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali, lima kali.... Jisoo tidak menjawab telepon. Ke mana gadis itu? Kenapa tidak menjawab telepon?





  * * *

 

   Jisoo menatap ponselnya yang berdering di atas tempat tidur, namun sama sekali tidak bergerak untuk menjawabnya. Ia tetap berdiri di depan jendela sambil melipat kedua tangan di depan dada. Jisoo tahu itu telepon dari Taehyung, ia sudah melihat nama yang muncul di layar ponsel, tetapi Jisoo tidak lagi ingin berbicara dengan laki-laki itu. Tidak setelah berbicara dengan Sana tadi.

   Jisoo yakin Sana memutuskan pergi ke Lake District setelah ia tahu Taehyung ada di sana. Jisoo juga yakin Sana tidak kebetulan bertemu dengan Taehyung di Keswick. Sana pasti tahu rombongan Taehyung menginap di Keswick. Pasti begitu. Dan kini mereka berdua ada di tempat yang menurut Zico adalah salah satu tempat paling indah di dunia, dikelilingi kedamaian pegunungan, padang rumput hijau, danau biru, udara segar, desa-desa kecil yang indah.

   Tempat yang membuat orang-orang jatuh cinta dengan mudah, begitulah kata Zico tadi.

   Jisoo menyipitkan mata. Namun bukannya gadis desa yang cantik dan lugu, Taehyung malah bertemu dengan Minatozaki Sana.

  Sana yang cantik, pintar, menarik, pandai bicara, dan selalu percaya diri ditengah banyak orang.

   Sana yang sangat bertolak belakang dengan Jisoo. Sana yang pastinya bisa dengan mudah membuat Taehyung jatuh cinta.

   













Hai ketemu lagi sama aku. Gimana sama ceritanya ada yg greget gak sama Sana? 🤭
Jangan lupa vote sama komennya 🙏🙏

Meski pun aku sibuk banget selama lebaran ini aku tetap sempat-sempatnya buat nulis ini cerita 😭😭

Jangan lupa baca juga cerita aku yang lain siapa tahu kalian suka. Kalo bisa follow juga akun aku 🖤

See you gimana next or unpublish??

Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 153K 62
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
3.5M 52.3K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
557K 3.2K 24
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.
1.1M 44.2K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...