KEPASTIAN DENGAN GUS

By aleyanakarim

373K 16.4K 983

Azizan dingin dan Alzena cuek. Azizan pintar dan Alzena lemot. Azizan ganteng dan Alzena cantik. Azizan lahir... More

1) Pertemuan
2) Lamaran
3) Terlalu Cepat
5) Ikatan Suci
6) Janji
7) Istimewa
8) Pelabuhan Terakhir
9) Hancur
10) Sebelum Shubuh
11) Utuh
12) Mencintai Manusia
13) Memaafkan
14) Terlambat
15) Laksana Mutiara
16) Menghabiskan Waktu
17) Hadiah
18) Zona Nyaman
19) Belajar Agama
20) Manusia Terindah
21) Pusat Hiburan
22) Kapal Tak Berlayar
23) Pegangan Erat
24) Empat Perkara
25) Kucing
26) Penghujung Minggu
27) Dalam Keheningan
28) Rahmat Bagi Seluruh Alam
29) Kota Tarim
30) Mengudara Bersama Waktu
31) Separuh Jiwa
32) Sejarah Palestina
33) Warisan Akhlak
34) Perjalan Hijrah
35) Pecahan
36) Mulai Membaik
37) Terlalu Cantik
38) Dimuliakan Allah
39) Dini Hari
40) Lelaki Dayyuts
41) Dialog Sebelum Shubuh
42) Rezeki Terindah
43) Penentu Kebahagiaan
44) Perjuangan Kesetaraan
45) Tanda Istiqomah
46) Turun Dari Surga
47) Kemuliaan Lelaki Dan Wanita
48) Godaan Setan
49) Lelucon Aneh
50) Sholat Itu Sebentar
51) Saksi Bisu
52) Sensasi Senja
53) Lembayung Senja
54) Ujian
55) Namanya Juga Belajar
56) Beragama Dengan Jujur
57) Langit Tak Biru
58) Jangan Sedih
59) Pria Terbaik Di Dunia
60) Samar-samar
61) Cinta Dalam Diam
62) Hati-hati Dalam Menaruh Hati
63) Setetes Kecil
64) Tertata
65) Hagia Sophia
66) Jalan Pulang
67) Mendung
68) Seusai Hujan
69) Suka Bintang
70) Tidur

4) Percaya Diri

16.7K 818 59
By aleyanakarim

Seseorang datang mengetuk pintu apartemen Rewinda. Laki-laki yang akhir-akhir ini membuat Rewinda banyak mengeluarkan air mata.

Rewinda melihat raut Jaya biasa-biasa saja. Tidak seperti Rewinda yang matanya sembab.

"Cuma mau balikin ini," ucap Jaya memberikan sebuah kotak besar. Pemberian Rewinda.

"Buang aja padahal," ujar Rewinda hidungnya masih memerah.

"Sayang kalau dibuang," balas Jaya menaruh kembali kotak tersebut.

"Sayang? Terus kenapa lo buang gue?" ungkap Rewinda semakin emosi.

Jaya tidak mau berlama-lama dengan mantannya. Ia menjelaskan, "Tadi tentang barang beda lagi kalau tentang kamu. Aku enggak ada niatan buat buang kamu. Ini demi kebaikan kita."

"Setelah putus dari gue lo keliatan bahagia ya?"

"Iya. Aku lebih bahagia bersama Allah."

"Lo jahat, Jay!"

"Aku lebih jahat kalau kita terusin hubungan ini, Da. Aku enggak mau jadi penyebab kamu masuk neraka."

***

Hari itu adalah hari yang cerah, langit biru membentang luas di atas kepala. Dua keluarga, yang tak lama lagi akan menjadi satu, berkumpul di rumah keluarga calon pengantin perempuan. Suasana hati semua orang tampak ceria dan penuh harapan, mencerminkan cuaca yang indah di luar sana.

Ruang tamu dipenuhi dengan gelak tawa dan percakapan hangat. Ada aroma kopi dan kue yang baru saja dipanggang mengambang di udara, menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan.

"Sekarang kita tentuin hari pernikahannya ya?" ucap Tata sangat antusias.

Para orangtua melirik anak mereka. Kemudian Rara berujar, "Calon pengantin maunya nikah hari apa?"

"Besok aja Bun, Umi, Abi." Tanggapan Alzena secara sukarela.

Rara tersenyum dengan jawaban Alzena. "Cepet banget, enggak masalah emang?"

"Enggak, Umi. Aku setuju," jawab Azizan sungguh-sungguh.

"MasyaAllah. Soal dekorasi gimana kalau terlalu cepat gini belum lagi yang lain?" Yadi bertanya.

"Aku maunya yang sederhana aja, enggak mau mewah. Yang penting Allah ridha," tutur Alzena dengan senyuman yang terbit.

"Tapi, Nak. Pernikahan itu sekali seumur hidup. Kamu beneran enggak apa-apa?" ujar Rara.

Gadis itu menggeleng. "Tenang aja, Bun. Ini keinginan sendiri."

***

Menjadi anak tunggal bukan hal yang mudah bagi Alzena. Ia selalu merasakan kesepian. Apa lagi semasa kecil kedua orangtuanya bercerai. Tapi ada hal yang Alzena syukuri Alzena punya Allah.

"Lo masih ingat enggak kak waktu Bunda ngatain gue kaya orang sakit pakai kaos kaki mulu?" tanya Alzena pada Fira.

"Ingat. Pasti lo sulit ya awal-awal hijrah itu padahal pakai kaos kaki kewajiban muslimah soalnya kaki juga aurat," jawab Fira mengangguk mengerti.

"Banget. Tapi waktu ketemu lo gue makin semangat buat hijrah kak. Karena ada teman. Ada dukungan," ujar Alzena dengan senyum penuh kebahagiaan.

"Bisa aja lo, Zen," timpal Fira menggelengkan kepalanya.

"Satu hal yang bikin gue bersyukur Bunda sekarang udah mulai pakai kaos kaki, Alhamdulillah enggak disangka-sangka, Kak. Perlahan Allah kabulin do'a gue."

Cerita terus berlanjut hingga salah satu di antara mereka mengakhiri telepon.

***

Fira sedang belanja bulanan hari ini. Stok makanan di rumahnya habis. Tidak lupa Hikam mengekori. Berjalan di belakang Fira.

"Beb, lama amat belanjanya," keluh Hikam mengatupkan bibirnya.

"Bentar, ini masih banyak yang harus dibeli," balas Fira memilih barang-barang yang ada di supermarket.

"Habisin aja semuanya uangnya, kamu mau apa lagi? Nanti aku beli," tawar Hikam memegang buah-buahan.

"Sesuatu yang berlebihan itu enggak baik," tegur Fira dengan mata yang tajam.

"Baik istriku," balas Hikam masih setia di samping istrinya.

Tiba-tiba Hikam memeluk Fira dari belakang menjadi bahan tontonan orang-orang yang ada di minimarket.

"Lepas! Pelukannya di rumah aja malu diliatin orang tau," ungkap Fira rasanya ingin menutup mukanya.

"Kalau di rumah enggak boleh lepas ya?" pinta Hikam.

Fira berlari kecil meninggalkan Hikam. "Enggak janji."

***

Di saat senja menyapa, cahaya matahari mulai meredup, mengecat langit dengan warna jingga keemasan yang lembut, mengusir kekelaman yang akan tiba. Pesantren itu, berdiri kokoh di antara keindahan alam, meresapi kehangatan sunyi dari sinar yang tersisa. Hamparan udara segar membawa kesejukan, mengelilingi bangunan-bangunan tua yang jadi saksi bisu perjalanan waktu.

Dedaunan bergoyang lembut, menari-nari ditemani angin yang berhembus, bersiap menyambut hening. Di kejauhan, seolah mereka merasakan, sosok-sosok yang sedang berkumpul di beranda, mempersiapkan diri untuk bertasbih bersama. Merdu nada azan Maghrib akan segera menggema, bersiaran dari menara, melintasi pepohonan dan padang savana, menyeru para santri untuk kembali bersujud pada sang Khalik, sang Pencipta alam semesta.

Dalam hatinya, Azizan merasa gembira karena ia akan menikahi wanita yang telah lama dicintainya dalam diam dan do'a.

Sosok Ekram menghampirinya. "Barakallah, semoga sakinah, mawaddah, warahmah."

*Barakallah dalam bahasa Arab artinya semoga Allah memberkahi.

*Sakinah dimaknai tentram sedangkan mawaddah bermakna kasih yang ditandai adanya rasa cinta yang diwujudkan mau saling memberi. Sementara warohmah bermakna sayang yang berwujud mau saling menerima kekurangan masing-masing

"Aamiin. Syukron, Ram. Jangan lupa hadir," balas Azizan sebelum mendengar suara azan Maghrib menggema di pesantren.

*Syukron dalam bahasa Arab artinya terimakasih.

***

Malam itu Alzena duduk di atas sajadah yang terbuka luas di kamar dan menundukkan kepalanya. Ia berusaha merenung dan memposisikan dirinya dalam keadaan tenang, meski di dalam hatinya belum sepenuhnya siap untuk pernikahan yang seharusnya akan terjadi besok.

Alzena merasa cemas dan takut, sama seperti orang lain yang baru akan menikah. Namun, ia memilih untuk mengatasi sakit dan cemasnya dengan memperbanyak ibadah. Ia tahu bahwa pernikahan yang bahagia membutuhkan kerja keras dan komitmen dari kedua belah pihak yang melibatkan Allah, bahkan sebelum kedua pasangan bersatu suami istri.

Alzena membuka Al-Quran dan membaca surat-surat yang ia hafal sejak kecil. Ia meresapi tiap huruf dalam setiap ayat yang terbaca dan merenungkan artinya. Dengannya, ia mencoba mengatasi kecemasannya dengan bimbingan dari Allah.

Waktu berlalu, matahari tenggelam dan kerlap-kerlip kotak-kotak lampu menunjukkan keadaan malam. Alzena telah melakukan beberapa salat sunnah malam, mengambil waktu untuk berbicara dengan Tuhan, merenungkan, dan memperingatkan hatinya saat menunggu rumah ramai dengan tamu di hari yang akan datang.

Malam ini Alzena merasa lebih tenang dan siap untuk menghadapi pernikahannya. Ia menyadari bahwa ibadah dapat menjadi tempat penghiburan dan ketenangan ketika dihadapkan dengan situasi yang sulit seperti saat ini. Ia siap bertanggung jawab untuk membangun sebuah keluarga yang bahagia dengan Azizan dan merajut hubungan yang berlandaskan kepercayaan dan kasih sayang.

Hari yang ditunggu sebentar lagi tiba. Setelah Alzena selesai beribadah, ia duduk di atas sajadah yang terbuka luas di kamar shalatnya. Ia merenung sejenak, memposisikan dirinya dalam keadaan tenang meski hatinya masih penuh dengan kecemasan. Tiba-tiba, Rara masuk ke dalam kamar.

Rara duduk di sampingnya dan memeluknya dengan penuh kasih sayang. "Sayang, Bunda bisa rasain kecemasan kamu. Tapi, kamu enggak sendirian dalam perjalanan ini. Allah selalu bersama kamu dan di sini kamu punya Bunda," kata Rara dengan lembut.

Alzena memandang Rara. "Bunda, aku takut enggak bisa jadi istri yang baik buat gus Azizan. Aku takut enggak bisa memenuhi semua tanggung jawab sebagai seorang istri sedangkan jadi anak Bunda aja aku banyak kurangnya maaf ya," ucapnya dengan suara tergugah.

Rara mengelus lembut punggung anaknya. "Bunda juga sama banyak kurangnya. Nak, jangan ragu sama diri kamu sendiri. Kamu itu perempuan yang kuat dan penuh kasih."

"Percaya diri dulu, do'a-in yang terbaik buat pernikahan kamu pesan Bunda jangan pernah tinggalkan sholat agar selamat dunia akhirat, belajar dari Bunda yang gagal dalam rumah tangga, cari tahu apa yang suami dan mertua kamu yang mereka suka sama enggak suka, pelajari terus jangan kayak Bunda," kata Rara dengan penuh keyakinan.

Alzena memang bukan terlahir dari keluarga yang memiliki lautan ilmu yang luas seperti Azizan tapi selama Alzena tinggal dengan Rara, bundanya ini tidak pernah lupa mengingatkannya untuk sholat.

Alzena mengangguk, mencoba menguatkan hatinya. "Makasih, Bunda. Zena mau berusaha sebaik mungkin Bunda enggak gagal bagi, Zena," ucapnya dengan suara bergetar.

Setelah berbicara dengan Rara, Alzena merasa lebih tenang dan siap menghadapi pernikahannya. Dia memutuskan untuk mempercayakan segala kecemasan dan ketakutannya kepada Allah. Dia tahu bahwa dengan doa dan usaha yang sungguh-sungguh, dia akan mampu menjalani pernikahan dengan baik.

Saat itu, ponsel Alzena berbunyi notifikasi masuk dari seseorang.

***

تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّا وَمنِْكُمْ
Mohon maaf lahir dan batin 😇🙏🏻

Continue Reading

You'll Also Like

1.3K 403 11
[ Sebelum baca harap follow dulu yaaaa !! ] Yuriza, perempuan yang selalu di anggap tidak di anggap, dan terabaikan oleh keluarga dan teman-teman ny...
951K 25.8K 34
𝙷𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑𝚙𝚊𝚑𝚊𝚖𝚊𝚗, 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚔𝚊𝚑? ═══ ❀ ═══ "Apapun ceritanya, pokoknya kita...
138K 13.7K 24
(MGMH 2) Sama-sama terlahir dari keluarga yang harmonis membuat Lana dan Nazwa juga menginginkan itu, sebisa mungkin Nazwa dan Maulana mempertahanka...
212K 10.9K 39
"Jangan menikah dengan Perempuan itu! Menikahlah dengan perempuan pilihan Umi, Gus!" Syakila Alquds, sosok gadis yang kehilangan kesucian dan berasa...