LOVE IT

Od EmiLiani00

7K 1.3K 376

ADA sesuatu yang ingin ku katakan padamu sejak dulu, sampai sekarang aku belum mengatakannya karena.... yah... Více

Cast
1✓
2✓
3✓
4✓
5✓
6✓
8✓
9✓
10✓
11✓
12✓
13✓
14✓
15✓
16✓
17✓
18✓
19✓
20✓
21✓
22✓
23✓
24✓

7✓

190 45 6
Od EmiLiani00

"Sudah berapa lama?" Tanya Zico kepada Jennie.

Jennie mengangkat bahu. "Tiga minggu? Sekitar itulah."

Mereka berdua duduk berhadapan di meja dapur dengan cangkir di tangan. Jennie menyesap kopi paginya seperti biasa sementara Zico menggenggam secangkir teh Earl Grey.

"Dia benar-benar sudah berubah, bukan?" Tanya Zico lagi.

"Dia tidak gila kerja seperti dulu. Jadwal kerjanya juga tidak sepadat dulu." Jawab Jennie sambil mengangguk.

"Dan dia makan dengan teratur. Biasanya dia bahkan hampir tidak pernah.... Oh, aku tidak mau memikirkan dia dulu yang jarang makan." Kata Zico gemetar, lalu menyesap tehnya.  "Aku jadi ingin bertemu dengan orang bernama Kim Taehyung itu."

Jennie merenung. "Kurasa mereka berdua...." Jennie berhenti sejenak, lalu menatap Zico. "Zico, mungkinkah dia menyukai laki-laki itu? Bagaimanapun juga, mereka masih berhubungan walaupun syuting video musik itu sudah selesai."

Saat itu pintu kamar Jisoo terbuka dan kedua orang di meja dapur serentak menoleh kearahnya. Jisoo berdiri di ambang pintu dalam balutan baju tidur dan dengan wajah seseorang yang jelas-jelas baru bangun tidur. Itu adalah perubahan lagin yang disadari sahabat-sahabatnya dalam diri Jisoo selama tiga minggu terakhir. Waktu tidurnya juga membaik.

"Selamat pagi, sunshine." Sapa Zico riang. "Ayo bergabung dengan kami dan muffin-muffin lucu yang baru ku buat ini."

Jisoo menguap lebar, lalu menatap kedua sahabatnya. "Apa yang sedang kalian bicarakan?"

"Tentang bagaimana Taehyung berhasil membuatmu berubah," sahut Zico langsung, dan tersenyum lebar ketika Jisoo menatapnya dengan mata disipitkan. "Dan kami sama sekali tidak mengeluh."

Jisoo menyeduh secangkir teh hijau untuk dirinya sendiri dan bergabung dengan mereka di meja. Jisoo meraih salah satu muffin coklat dari piring besar diatas meja, lalu menatap kedua sahabatnya bergantian. "Apa?" Tanyanya.

Kedua sahabatnya hanya menggeleng-geleng sambil tersenyum lebar. "Apa yang akan kau lakukan hari ini?" Tanya Zico.

"Hmm, ini enak sekali," sahut Jisoo setelah menggigit muffin nya. "Siang nanti aku harus pergi menemui Sana. Dia sudah kembali ke London dan katanya banyak yang mau diceritakannya padaku. Kurasa dia juga mau mengajakku menemui salah satu perancang busana yang akan ditampilkannya dalam majalah. Lalu setelah itu aku ada jadwal pemotretan."

Zico meletakkan cangkir tehnya dengan pelan, lalu berdeham. "Kau tidak pergi menemui Taehyung-mu hari ini?" Tanyanya, memasang sikap pura-pura tidak terlalu tertarik, namun gagal total.

Jisoo mengangkat bahu. "Entahlah, mungkin hari ini tidak akan sempat."

"Ngomong-ngomong, kau akan mengajaknya ke pertunjukan perdanaku nanti?" Tanya Jennie tiba-tiba.

Zico menjentikkan jari. "Ya, benar. Ajak saja dia. Aku sudah penasaran ingin bertemu Taehyung-mu itu. Aku sering mendengar tentang dia tapi belum pernah melihat orangnya. Gagasan yang bagus, Jennie." Kata Zico cepat. Ia kembali menatap Jisoo dengan wajah berseri-seri. "Jennie pernah bilang dia sangat tinggi dan tampan. Benar-benar tipeku."

Jisoo mengerutkan alis, lalu tertawa pendek. "Oh, dear."

Zico mengibaskan tangan. "Tenang saja. Aku hanya akan mengagumi dari jauh. Aku tidak pernah merampas milik sahabatku sendiri."

Jisoo mendengus. "Milik...."

"Telepon dia sekarang. Tanyakan padanya apakah dia bisa datang ke pertunjukan ku atau tidak. Dia boleh mengajak teman-temannya, tentu saja. Semakin banyak orang yang datang menonton pertunjukan itu semakin baik. Ini peran penting pertamaku, kalian tahu? Peranku memang hanya sebagai sahabat tokoh utamanya, tapi kupastikan pada kalian bahwa itu peran yang sangat penting." Sela Jennie cepat.

Jisoo mendongak menatap jam kecil di atas kulkas. "Telpon sekarang?" Tanyanya.

"Ya. Biar aku tahu berapa lembar tiket yang harus kuberikan kepadamu."

Jisoo masuk kembali ke kamar untuk mengambil ponselnya, lalu kembali ke dapur dengan ponsel ditempelkan ke telinga. Beberapa detik kemudian ia menggeleng dan mematikan ponsel. "Sedang sibuk. Nanti saja baru ku telepon lagi."  Lalu Jisoo kembali melirik jam. "Sebaiknya aku mandi sekarang."

Zico tetap diam, menunggu sampai Jisoo mengunci diri di kamar mandi, lalu bergegas berbisik kepada Jennie dengan penuh semangat. "Kau dengar tadi? Aku menyebut Taehyung-nya dua kali dan...."

"Dan dia tidak membantah," Jennie menyelesaikan kalimat Zico sambil tersenyum. "Menarik sekali."

.

.

.

.

.

Satu jam kemudian Jisoo sudah berada di dalam mobil hitam milik  Minatozaki Sana dan mendengarkan temannya itu bercerita tentang apa yang dialaminya selama liburan di Korea.

"Jadi pesta ulang tahun kakekmu diadakan besar-besaran?" Tanya Jisoo.

"Ya. Mereka mengundang banyak orang," sahut Sana dari balik kemudi. "Tentu saja itu bagus bagiku. Kau tahu aku suka berada diantara banyak orang. Dan yang lebih baik adalah banyak diantara para tamu yang bisa berbahasa Inggris. Aku tidak merasa aneh sendiri dan aku bertemu dengan banyak orang yang menarik."

Jisoo tersenyum, memahami maksud temannya. "Maksudmu, banyak pria menarik?"

Sana tertawa. "Itu juga. Oh, liburan kali ini sangat hebat." Akunya.

Ketika Sana menghentikan mobil di depan sebuah gedung bergaya modern di daerah Covent Garden, Jisoo mengerutkan kening. "Sana, kenapa kita berhenti di sini? Kukira kita mau pergi menemui perancang busana itu."

"Oh, aku harus memberikan barang titipan kepada seseorang," kata Sana sambil mengambil sebuah bungkusan dari kursi belakang mobil. "Ada teman ibuku ingin mengirimkan ginseng kepada anak laki-lakinya yang tinggal di London. Dan, dia menitipkannya kepada ku."

"Oh," gumam Jisoo sambil keluar dari mobil.

"Tapi aku yakin itu hanya alasan. Aku yakin dia dan ibuku berkomplot ingin menjodohkan aku dengan anak laki-lakinya."

Alis Jisoo terangkat. "Oh, ya?"

"Wanita itu menunjukkan foto anaknya kepadaku. Di foto itu anak laki-lakinya memang terlihat sempurna menurut penilaianku. Tapi siapa tahu? Foto bisa dipermak disana sini. Mungkin orang aslinya tidak sesempurna di foto."

"Karena itu kau mengajakku?" Tebak Jisoo sambil meringis.

Sana tersenyum meminta maaf. "Kalau ternyata laki-laki itu berbeda jauh dengan foto yang kulihat, aku tidak ingin berlama-lama di sini. Kau bisa menjadi alasanku untuk cepat-cepat kabur."

"Kalau ternyata dia sesempurna di foto?"

"Kau boleh menyingkir jauh-jauh dan membiarkan aku mengurusnya sendiri," gurau Sana.

Jisoo menghela napas lalu menggeleng-geleng. Ia kembali mendongak menatap gedung dihadapannya. Kebetulan sekali laki-laki yang ingin ditemui Sana bekerja di studio Jang Taeyoo. Mungkin ia bisa menemui Taehyung sebentar sementara Sana menemui siapa pun yang ingin ditemuinya itu. Tentu saja itu kalau Taehyung tidak terlalu sibuk.

.

.

.

.

.

Taehyung sedang mengedit gambar bersama salah seorang editor ketika ponselnya berbunyi. Taehyung menatap layar ponselnya. Dari kakaknya? Taehyung keluar dari ruangan untuk menerima telepon.

"Hai, Noona," sapanya pendek.

"Hei, Taehyung. Kuharap aku tidak menggangumu," suara Jieun yang halus terdengar di ujung sana.

"Tidak. Tidak apa-apa," sahut Taehyung sambil keluar ke koridor dan menutup pintu dibelakangnya. "Ada apa?"

"Sudah beberapa hari ini aku bermaksud meneleponmu, tapi entah kenapa aku lupa. Ini soal eomma dan ambisinya."

Taehyung duduk di salah satu bangku yang berderet di koridor dan tersenyum kecil. Ia bisa menebak arah pembicaraan kakaknya. "Eomma dan ambisinya," ulangnya pelan.

"Ya. Minggu lalu eomma pergi menghadiri pesta___jangan tanyakan padaku pesta apa. Aku tidak tahu___dan dia bertemu dengan seorang temannya, atau kenalannya, atau semacamnya...."

"Dan temannya, atau kenalannya, atau semacamnya itu punya seorang anak perempuan?" Tebak Taehyung.

"Ya. Dan kebetulan sekali anak perempuan orang itu akan pulang ke London. Jadi ibu bertanya padanya apakah dia boleh menitipkan ginseng kepada gadis itu untuk diberikan kepadamu."

"Mm-hmm. Ginseng. Benar-benar kreatif."

"Jadi aku ingin memperingatkan mu bahwa eomma masih belum menyerah dalam usahanya menjodohkan mu, walaupun kau sudah melarikan diri sampai ke seberang samudra," kata Jieun sambil tertawa.

"Aku sudah menduganya," desah Taehyung.

"Apa?"

"Tadi pagi dia sudah meneleponku." 

"Siapa? Eomma?"

"Bukan. Wanita itu," sahut Taehyung singkat.

"Wanita yang mana? Maksudmu yang ingin dijodohkan eomma denganmu?" Tanya Jieun heran.

"Mm-hmm."

"Oh, jadi dia sudah ada di London? Bagaimana rupanya? Apa katanya?"

Taehyung tertawa. "Noona, aku belum bertemu dengannya. Dia hanya menelpon ku tadi. Kurasa eomma yang memberikan nomor teleponku kepadanya. Dia tidak berkata apa-apa, hanya bahwa eomma menitipkan ginseng untukku. Kami akan bertemu nanti." Taehyung melirik jam tangannya. "Malah sebentar lagi dia akan datang kesini."

"Oh, Taehyung, kau harus menceritakannya kepadaku nanti. Aku ingin tahu bagaimana rupanya. Kata eomma wanita itu cantik dan akan sangat cocok untukmu. Tapi kurasa eomma selalu berkata begitu tentang semua wanita yang ingin dijodohkannya denganmu."   
Kata Jieun penasaran.  "Apakah kau akan mengajaknya makan siang? Kurasa di sana sekarang masih siang, bukan? Siapa tahu kau akan menyukai yang satu ini."

Taehyung meringis. "Aku sangat meragukannya. Noona jangan terlalu berharap. Dan tolong katakan pada eomma untuk berhenti menjodoh-jodohkan aku. Aku benar-benar tidak mau ikut dalam permainan ini lagi."

"Memangnya kenapa? Bukankah kau belum pernah bertemu dengan gadis ini? Bukannya aku membela eomma, tapi kau jangan berkata tidak sebelum kau.... Tunggu, aku mencium sesuatu disini."   Jieun terdiam sejenak, lalu bertanya curiga.  "Kim Taehyung, apakah kau sudah bertemu dengan seseorang di sana?"

Senyum Taehyung melebar. Kakaknya memang sangat tajam. Ia baru hendak menjawab ketika seseorang memanggilnya. Taehyung mendongak dan melihat salah seorang rekan kerjanya berkata bahwa ada tamu untuknya di bawah. Taehyung mengangguk dan mengangkat sebelah tangan untuk berterima kasih. Kemudian Taehyung berkata kepada kakaknya di telepon. "Dengar, Noona, aku harus pergi sekarang. Kurasa wanita itu sudah datang. Lain kali saja kita bicara lagi."

"Kim Taehyung...."

"Aku tutup dulu, Noona."

Taehyung langsung menutup ponsel sambil tersenyum puas. Kakaknya pasti uring-uringan. Oh, itu sudah pasti. Tapi Taehyung akan membiarkan kakaknya menebak-nebak dulu. Setidaknya untuk sementara.

.

.

.

.

.

Jisoo menatap ponselnya dengan kening berkerut. Kenapa ponsel Taehyung masih sibuk? Ia menghembuskan napas dan kembali menghampiri Sana yang duduk di salah satu sofa yang tersedia setelah memberikan nama orang yang ingin ditemuinya kepada si resepsionis.

Sana mendongak menatapnya. "Kenapa? Temanmu tidak ada?" Tanyanya.

"Mungkin sedang sibuk," sahut Jisoo dan duduk di samping Sana.

Tidak lama kemudian Sana menyikutnya. "Coba lihat. Kurasa itu dia."

Jisoo menoleh kearah meja resepsionis. Ada seorang laki-laki bertubuh jangkung di sana, berbicara kepada resepsionis. Lho, bukankah itu....? Jisoo mengerjap kaget. Kim Taehyung?

"Astaga, dia kelihatan persis seperti di fotonya," gumam Sana bersemangat. "Sama persis. Sempurna."

Jisoo menoleh menatap temannya yang mengamati Taehyung dengan mata berkilat-kilat memuji. Mendadak saja jantungnya mulai berdebar lebih keras. Oh, dear. Jangan katakan bahwa orang yang dijodohkan dengan Sana adalah Taehyung.

Kemudian Taehyung menoleh ketika si resepsionis menunjuk ke arah Jisoo dan Sana. Mata Taehyung langsung tertuju pada Jisoo dan senyumnya pun mengembang. Oh, dear, kenapa ia harus tersenyum seperti itu?  Pikir Jisoo tanpa sadar. Jisoo kembali melirik Sana. Tentu saja Sana juga melihat senyum itu. Dan kilatan baru yang dilihatnya di mata Sana menegaskan kecurigaannya.

"Jisoo, kenapa kemari?" Tanya Taehyung sambil menghampiri Jisoo dengan langkah lebar. Dan senyum terkutuk itu masih tersungging di bibirnya.

Jisoo menyadari kepala Sana berputar cepat kearahnya. "Kau mengenalnya?" Bisik Sana dengan nada heran.

Jisoo cepat-cepat berdiri dan memaksa bibirnya tersenyum. "Hai, Taehyung."

"Aku baru berencana mengajakmu makan siang bersama nanti. Ternyata kau sudah datang kesini." kata Taehyung, masih menatap Jisoo.

"Eh, sebenarnya...." Jisoo menoleh kearah Sana yang juga sudah berdiri disampingnya. "Ini temanku, dan eh...." Jisoo benar-benar tidak tahu bagaimana menjelaskan keadaan ini karena ia sendiri masih bingung.

Sana dengan tangkas mengambil alih keadaan. Ia mengulurkan tangan kearah Taehyung dan menyunggingkan senyum cerah yang sering ditunjukkannya di depan kamera. "Halo, aku Minatozaki Sana. Orang yang meneleponmu tadi pagi."

Taehyung menjabat tangannya. "Oh?" Ia juga terlihat agak bingung sementara ia memandang Sana dan Jisoo bergantian. "Jadi...."

"Sebenarnya Jisoo hanya menemaniku ke sini untuk menemuimu. Aku tidak tahu ternyata kalian berdua saling mengenal. Ini kejutan yang menyenangkan."

"Rupanya begitu. Ini memang kejutan," kata Taehyung sambil mengangguk-angguk kecil. Lalu ia menyadari sesuatu. "Oh ya, maaf, aku lupa memperkenalkan diri. Aku Kim Taehyung. Senang berkenalan denganmu. Teman Jisoo adalah temanku juga."

Sana menyodorkan bungkusan yang dipegangnya. "Ini titipan dari ibumu."

"Terima kasih. Aku minta maaf karena sudah merepotkan."

"Aku sama sekali tidak keberatan."

Jisoo melirik Sana dan harus mencegah dirinya memutar bola matanya. Wajah Sana jelas-jelas menunjukkan bahwa ia sangat tertarik dengan yang ada didepan matanya.

"Ngomong-ngomong, tadinya aku bermaksud mengajak Jisoo makan siang bersama. Bagaimana kalau kau juga ikut dengan kami? Kau sudah berbaik hati membawakan titipan ibuku sampai ke kantorku, paling tidak aku bisa mentraktirmu makan siang." Taehyung melirik jam tangannya, lalu menatap Jisoo, "Bagaimana kalau kira-kira satu setengah jam lagi?"

"Aku tidak bisa," sahut Jisoo, agak kaget menyadari nada suaranya terdengar ketus. "Ada pekerjaan siang ini."

Taehyung mengangkat alis.

Kali ini Jisoo menjaga suaranya tetap terkendali dan cepat-cepat menambah, "Aku akan makan. Tenang saja. Aku pasti makan. Hanya saja aku tidak akan punya cukup waktu untuk makan siang di luar."

"Itu bagus," kata Taehyung sambil tersenyum kecil.

"Aku bebas siang ini," sela Sana tiba-tiba.

Taehyung mengalihkan tatapan dan senyumnya dari Jisoo mengarahkannya kepada Sana. "Baiklah. Bagaimana kalau satu setengah jam lagi kita bertemu di Covent Garden Piazza? Kita bisa menemukan banyak pilihan di sana."

"Tentu saja," sahut Sana.

Kepala Jisoo tiba-tiba terasa berdenyut-denyut. Astaga, ada apa lagi dengan dirinya? Ia sudah cukup tidur dan cukup makan. Kenapa kepalanya kembali bermasalah?

Beberapa menit kemudian mereka berdua sudah duduk kembali didalam mobil Sana dan Jisoo harus mendengarkan celotehan Sana yang menggebu-gebu. "Ini benar-benar kebetulan, bukan, Jisoo?" Tanya Sana sambil tertawa. "Ternyata Kim Taehyung itu temanmu. Dunia memang sempit. Kenapa kau tidak pernah bilang kau punya teman setampan itu?"

Jisoo hanya tersenyum dan bergumam tidak jelas.

"Dan apakah sudah kubilang bahwa dia sama persis dengan foto yang kulihat? Ini benar-benar hebat. Jisoo, kau harus menceritakan semua tentang dia kepadaku."

Jisoo menoleh menatap temannya. "Kenapa aku?"

Sana tertawa. "Apakah itu juga perlu ditanya? Kau temannya dan kau tahu lebih banyak tentang dirinya. Sudah jelas kau bisa membantuku."

Tidak tahu apa yang harus dikatakannya, Jisoo kembali tersenyum, lalu memalingkan wajah ke luar jendela dan menghembuskan napas pelan.












~Tbc

Jangan lupa vote komennya 🙏🙏
Dan jangan lupa juga buat follow akun aku 🖤
Gimana? Next or unpublish

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

3.5M 36.8K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
17M 753K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
7.2M 351K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
6.5M 335K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...