SISTEM : Antagonist Harem

By RaraVania11

81.1K 9.1K 508

Sistem : pemindaian tubuh yang cocok telah selesai. **** Manusia-manusia menyebalkan itu mulai bersikap lemb... More

Comingsoon
Blurb
PROLOG
1. Beginning
2. Keluarga Baru
3. Makan Malam Yang Sial
4. Benci dan Dendam
5. Target Pertama
6. Siapa pembunuhnya?
7. Mansion Marquis Carlo
8. Pesta Kekacauan
9. Ayo Bertunangan!
11. Hipotesis
12. Bukan Kakak Kandung
13. Pembunuhnya Bukan Aku
14. Pembalasan Dendam Tuntas
15. Bolehkah Aku Egois?
16. Maafkan Aku
17. Akademi
18. Mereka Berkumpul, Para Targetku
19. Hari Pertama
20. Duel
21. Kemarahan
22. Jangan Jatuh Cinta Padaku
23. Ramon Jadi Sadboy
24. Putra Mahkota Kekaisaran
🎥 SEDIKIT CUPLIKAN 🎥
25. Konflik
26. Keputusan
27. Acara Berburu
28. Diculik
29. Kilas Balik Masa Lalu (Flashback)
30. First Love (Flashback)
31. Apa yang dipikirkan Noah? (Flashback)
32. Anaya & Kyle (Flashback)
33. Tragedi (Flashback)
34. Fakta yang Terbongkar (Flashback)
35. Zee Gila (Flashback)

10. Anjing Setia

2.3K 304 8
By RaraVania11

Pasti pada nanya kan, kenapa Adel dipanggil putri, bukannya Nona atau Lady?

Itu karena status Adel yang merupakan satu-satunya Putri Duke di kerajaan Alphanka. Putri Duke derajatnya setara dengan Putri Raja.

Untuk saat ini, belum diungkapkan siapa Putri Raja. Tapi di chapter depan bakal ada, kok.

Okey, selamat membaca.

Kali ini work nya agak panjang. Hehe. Semoga aja nggak bosan ya.

>2804 kata.

***

Tring!

Tring!

Tring!

{ Informasi tidak terdeteksi. Sistem error}

{ Sistem error }

{ Sistem error }

Adel mendadak blank mendengar suara notifikasi yang masuk secara beruntun.

"Putri..."

Lamunan Adel buyar tatkala mendengar deep voice Zee yang terkesan mengintimidasi. Tatapannya terarah pada laki-laki itu, dan papan hologram kembali menampilkan tulisan aneh.

{ Sistem error. Beberapa informasi tentang tubuh player hilang. Sistem tidak dapat mendeteksi informasi yang hilang }

Alis Adel mengernyit. "Kapan Anda ada di sini?"

Aula tetap hening. Dirinya menjadi pusat perhatian. Dari ujung mata, Adel bisa melihat keluarganya yang memasang wajah menahan emosi.

"Aku berniat menghampirimu karena kau tidak memberiku salam." Zee terkekeh sinis seraya menyugar rambutnya ke belakang. "Tapi, apa yang baru saja kudengar? Kau mengajukan pertunangan dengan saudaraku? Di depanku sendiri?"

Di belakang Adel, Lucifer berdiri seraya meletakkan kedua tangannya ke pinggang. Menatap dalam diam dua pasangan yang menurutnya bersikap aneh. Tak ayal juga laki-laki itu penasaran, kenapa Adel dengan percaya dirinya mengajukan pertunangan dengannya di depan banyak orang? Bahkan di depan Putra Mahkota, orang yang masih menjadi tunangan gadis itu.

"Memangnya kenapa?" Adel berusaha bersikap tenang, walau ia tahu saat ini berada dalam situasi berbahaya. Gadis itu ingin mengulik informasi dari Zee.

Entah hanya firasat atau apa, Adel merasa Zee lebih tahu tentang Anaya dibanding sistem atau keluarganya.

"Kenapa?" Zee menatap teduh netra merah lawan bicaranya. "Kau kan, tunanganku."

Deg.

Adel tertawa hambar. Informasi ini tidak disebutkan oleh sistem. Apa ini informasi yang menyebabkan sistem error? Namun, kenapa bisa?

"Apa seorang mantan tahanan kerajaan bisa menjadi tunanganmu, Putra Mahkota?" tanya Adel penasaran.

"Tentu."

"Saya kira setelah menjadi tahanan kerajaan, saya tidak akan diakui sebagai tunangan orang mulia sepertimu, Putra Mahkota."

"Kenapa tidak? Kau memang tidak diakui sebagai tunanganku karena menjadi tahanan kerajaan. Tapi..."

Zee tiba-tiba menyeringai. "Sekarang kau kembali menjadi tunanganku, karena kau sekarang sudah lepas dari penjara dan tuduhan pengkhianatan."

Brengsek.

Adel menatap Zee sengit. "Kenapa harus saya?"

"Karena kau satu-satunya Putri Duke."

Tring!

{ Sistem memperbarui... }

Adel mengalihkan perhatiannya dari Zee. Fokusnya kini terpusat pada papan hologram yang kembali aktif.

{ Misi diperbaharui.

Batalkan pertunangan dengan Zee.

reward : 1 kartu perak
Sanksi : tidak ada }

"Hei, Putri." Zee melangkah mendekati Adel. Menarik paksa dagu gadis itu, membuat Adel mendongak menatap dirinya. "Apa yang kau lakukan dari tadi? Kenapa kau mengalihkan tatapanmu dariku?"

Wajah Zee menggelap. Aura di sekitar terasa sesak. Sekeliling laki-laki berambut hitam itu didominasi oleh warna merah dan hitam.

{ Warning!

Sihir berbahaya terdeteksi. Menjauhlah dari aula demi keselamatan player! }

Mata Adel membelalak. Ia menghempaskan tangan Zee, mengacungkan jari tengahnya pada laki-laki itu. "Aku tidak mencintaimu. Jadi, aku umumkan di sini, di depan banyak orang, bahwa aku membatalkan pertunanganku dengan Putra Mahkota!"

Adel berteriak lantang. Dapat ia lihat wajah Zee yang berubah mengerikan. Namun, Adel tidak peduli. Rasanya benar-benar menyenangkan membuat laki-laki itu marah.

"Kalau begitu, sampai jumpa, Putra Mahkota!" Adel berbalik, mengangkat  gaunnya dan berlari keluar dari aula.

Zee mengepalkan tangannya, merapalkan mantra sihir dan menembaknya ke arah Adel. "VÓN HARÇÊ KÁVLÔ!"

Sihir berwarna merah melayang ke arah Adel. Namun, semua orang terkejut saat sosok Adel yang berlari tiba-tiba menghilang. Tembakan sihir itu meleset hingga membentur dinding.

"Hei, itu sihir teleportasi?!"

"Yang benar saja? Sihir teleportasi? Ada orang yang bisa menggunakannya selain Putra Mahkota?!"

Orang-orang berteriak histeris menyaksikan kejadian yang diluar dugaan. Warna mata Zee berubah merah sebelah. Tubuhnya linglung melihat kejadian barusan. Apa itu?

Zee yakin, Adel tidak mempunyai sihir teleportasi. Tapi, bagaimana gadis itu langsung menghilang?

"Dan... Apa katanya tadi?" Zee terkekeh sinis. "Membatalkan pertunangan denganku?"

Lucifer yang berada di dekat Zee, langsung merinding melihat wajah menyeramkan yang ditunjukkan Zee.

" dorê na kàlîx Têrvè!" Zee berteriak lantang. Mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke udara, dan menembakkan sihir berwarna putih yang langsung menyebar ke seluruh aula.

(Apa yang terjadi saat ini tidak akan kalian ingat! )

Zee tersenyum bangga saat semua orang terkena sihirnya. "Dengan ini, tidak ada satu pun yang mengingat kejadian ini. Dan kau, Anaya, pembatalan pertunangan yang kau ajukan, tidak akan ada yang mengetahuinya."

Tring!

{ Sihir penghapus ingatan tidak mempan pada player. }

Adel yang menyaksikan dari pojok aula, menyeringai. Gadis itu belum benar-benar pergi. Ia berhasil kabur berkat sihir tembus pandang yang dia dapat dari kartu platinum.

Saat sistem memberitahukan sihir ditembakkan ke arahnya, Adel langsung saja menggunakan sihir tembus pandang dan membuat kehadirannya tidak diketahui orang. Berkat sihir itu juga, Adel bisa selamat dari sihir Zee yang ditembakkan ke arahnya.

"Pria itu benar-benar membuat semua orang hilang ingatan." Adel mendengkus kesal melihat semua orang di aula bergerak linglung.

Bahkan Raja dan Ratu, serta keluarga Duke Yvaine ikut terpengaruh oleh sihir penghapus ingatan itu.

"Usahaku jadi sia-sia. Misi pembatalan pertunangan jadi gagal." Adel melihat papan hologram, lantas mendesah sinis.

"Yah, lebih baik aku pergi dari sini lebih dulu."

Adel segera pergi dari aula. Sebelum sihir tembus pandangnya semakin melemah dan kehadirannya diketahui oleh Zee.

***

Adel berjalan dengan menjinjing heels di tangan kanannya, sedangkan tangan kiri mengangkat gaun supaya tidak terkotori oleh tanah. Ia berinisiatif untuk pulang berjalan kaki daripada menaiki kereta kuda. Jika dia naik kereta kuda, nama keluarga Duke Yvaine akan tercoreng karena pulang lebih dulu padahal pesta baru saja diadakan.

Seakan-akan, keluarga Duke tidak menghormati hari debut seorang Putra Mahkota.

Telapak kaki Adel terluka karena menginjak kerikil di jalanan. Ia berdecak sinis. "Jika bukan karena ingin mempertahankan nama baik keluarga, aku tidak akan sudi berjalan tanpa alas kaki menuju rumah. Keluarga brengsek, berterima kasihlah padaku suatu saat nanti!"

Di sepanjang perjalanan, Adel menggerutu. Ia sengaja melepas heels  karena pergelangan kakinya terluka. Adel benar-benar belum terbiasa mengenakan sepatu ber-hak tinggi.

Untungnya Adel menemukan rute jalan yang sepi. Sehingga kehadirannya tidak diketahui banyak orang. Terlebih langit yang semakin gelap, menandakan ada manusia yang tertidur lelap.

Adel memilih melewati gang, karena selain jalan di gang, banyak orang yang berada di sana. Adel tak ingin kehadirannya diketahui.

Aku harap di dunia ini tidak ada begal atau orang cabul.

Adel meneguk ludahnya melihat gelapnya gang yang akan ia lewati. Netra merahnya melirik papan hologram yang setia menemaninya.

Tidak apa-apa, Adel. Sistem akan memberitahumu jika ada bahaya yang datang. Adel mengambil napasnya dan berjalan melewati gang itu.

Berkat bantuan dari sinar bulan yang menjadi penerang jalannya, Adel berhasil melewati gang tersebut.  Namun, tubuhnya mematung saat melihat banyak anak-anak yang terbaring di tanah dengan baju lusuh dan kotor.

"Apa ini?"

Salah satu dari mereka menyadari kehadiran Adel. Anak itu berlari memeluk Adel. "Kakak?!"

Gadis itu terkejut bukan main. "A-Apa? Kau mengenaliku?"

Anak usia tujuh tahun mengangguk antusias. "Kakak orang yang sering kami lihat di gang sebelah."

Anak yang lain datang mengerubungi Adel. "Benar, Kak! Kami melihat kakak bersama orang-orang menyeramkan."

"Kata warga sekitar sini, kakak adalah pembunuh bayaran. Benarkah itu?!"

Adel memundurkan langkah saat tiga anak itu menatapnya dengan mata berbinar. Ada yang salah. Seharusnya mereka takut padanya kalau tahu bahwa dia adalah pembunuh bayaran.

"Kalau aku pembunuh bayaran... Kenapa kalian tidak takut padaku?"

Anak laki-laki yang mengenakan baju lusuh itu mengambil telapak tangan Adel dan menggenggamnya erat. Kepala mungilnya mendongak, menatap wajah Adel dengan tatapan memelas. "Kami selalu menantikan kehadiran kakak."

"Tidak kenal waktu, kami berdoa kakak datang menghampiri kami," sahut anak yang lain.

"Karena di setiap detik yang kami lalui untuk bernapas, kami mengharapkan kakak datang untuk..."

"... Membunuh kami."

Deg.

Mata Adel membelalak kaget. Apa dia salah dengar? Anak usia tujuh tahun berkata seperti ini?

"Kak..."

Adel semakin memundurkan langkahnya saat mereka bertiga berlomba-lomba meraih tangannya. Adel menepis tangan mungil mereka semua. "M-Menjauh dariku!"

Adel bergetar ketakutan. Ada yang salah dengan mereka.

Raut wajah ketiga anak kecil itu berubah murung. "Kakak tidak menyukai kami, kan?"

"Kami tahu itu. Maka dari itu ayo bunuh kami, kak!"

"Bunuh kami! Kami... Tidak tahan untuk hidup lagi."

Anak laki-laki itu menangis sesenggukan. Anak yang lain ikut berderai air mata. Adel menggigit bibir bawahnya, tanpa sadar ia memukul pelan kepala mereka bertiga.

"Bodoh! Kenapa kalian seenaknya ingin mati, hah?!"

Ketiga anak itu tertegun. Adel berkacak pinggang, berusaha mati-matian menahan air matanya untuk tidak jatuh. "Memangnya apa yang kalian harapkan kalau sudah mati? Hidup tenang di surga? Memangnya kalian yakin akan masuk surga?!"

Adel mencubit mereka satu persatu. "Lihat ini! Anak sekecil ini malah berpikir ingin mati? Apa kalian tidak memikirkan masa depan kalian?!"

Mereka menunduk mendengar perkataan Adel. "Tapi... Kami tidak punya masa depan yang cerah."

"Benar. Jika kami hidup lebih lama, kami akan merasakan penderitaan yang lama pula."

"Ini menyakitkan, kak... Tidak ada orang yang peduli dengan kami."

Adel tanpa sadar memeluk mereka bertiga. Tubuh kurus dan hanya tersisa tulang. Adel merasa miris pada keadaan ketiga anak kecil itu.

"Tenang saja. Ada aku." Adel mempererat pelukannya. "Meskipun aku pembunuh, tapi aku tidak akan pernah membunuh masa depan kalian. Ingat itu!"

"Maaf mengganggu. Tapi, lepaskan adik-adikku."

Suara itu membuat tubuh Adel menegang. Ia berbalik, dan mendapati seorang laki-laki menyenderkan punggungnya ke dinding gang dan melipat tangannya di depan dada.

"S-Siapa kau?"

"Kak Ramon!"

Adel terkejut saat ketiga anak kecil tadi berlari memeluk laki-laki misterius itu. Ramon membalas pelukan tiga adiknya. "Riche, Black, Vira, kalian tidak apa-apa?" tanyanya lembut.

"Kami tidak apa-apa, kak."

Ramon beralih menatap Adel tajam. Kakinya melangkah mendekati gadis itu. "Siapa kau?"

"Aku? Aku hanya lewat. Tapi sebelum itu, apa kau kakaknya?" Mata Adel bergerak meneliti laki-laki itu dari atas sampai bawah. Penampilannya benar-benar mencurigakan.

"Ya. Aku kakaknya. Dan jangan pernah menyentuh adikku, sialan."

Adel kesal mendengar perkataan itu. "Kau berkata seakan-akan aku akan melukai adikmu."

"Bukankah memang begitu? Aku mendengar bahwa kau akan membunuh mereka. Kau pembunuh bayaran, kan?"

"Bodoh!" Karena kesal, Adel tanpa sadar melempar sepatu di tangannya ke wajah orang itu. Hak sepatu itu tanpa sengaja melukai pelipis Ramon.

Dugh!

WADUH!

Adel sendiri kaget dengan tindakannya. Jujur, dia melakukan itu tanpa sadar.

Ramon mengusap darah yang mengalir. Ia kembali menatap Adel tajam. "Lihat? Setelah kau melakukan ini kepadaku, bukankah itu cukup menjadi bukti bahwa kau ingin membunuh adik-adikku?"

"Jangan salah paham!" Adel berusaha untuk tidak panik. Gadis itu bisa bernapas lega saat tiga anak kecil tadi membantunya menjelaskan.

"Kak, jangan marahi kakak itu."

"Benar. Kakak itu tidak salah. Dia hanya ingin lewat."

Ramon melirik Riche, Black, dna Vira. Lalu kembali menatap Adel. Laki-laki itu mengangguk dan menurunkan kewaspadaannya. "Yah, memang, sih. Jika dilihat dari pakaianmu, apa kau mungkin seorang bangsawan?"

Ia berucap seraya mengusap darah di pelipisnya. Berusaha menghentikan pendarahan itu. Adel yang melihatnya menjadi merasa bersalah. "Benar... Aku tidak berniat membunuh adikmu. Dan aku hanya lewat di sini."

Netra merah Adel melirik ketiga anak kecil yang bersembunyi di belakang tubuh Ramon. "Tapi sebelum itu... Boleh aku bertanya? Apa yang terjadi sampai adik-adikmu mengatakan hal yang tidak seharusnya dikatakan oleh anak kecil?"

Terdiam cukup lama, Ramon menjawab. "Apa kau sudi mendengar ceritaku lebih dulu? Jangan salah paham. Biasanya para bangsawan tidak akan sudi berdekatan dengan anak di wilayah kumuh seperti kami."

Adel mengepalkan tangannya dan mengangguk tegas. "Aku akan mendengarnya. Meski aku tidak tahu apakah aku bisa membantu kalian, tapi setidaknya biarkan aku menjadi teman kalian!"

Mendengar ucapan Adel, mata tiga anak kecil tadi sontak berbinar. "Teman?!"

"Sungguh?!"

"Apa kita mempunyai teman seorang bangsawan?!"

Melihat raut antusias adiknya, mau tidak mau Ramon menceritakan hidupnya. Ia membawa Adel menjauh dari adik-adiknya.

Mereka berdua akhirnya duduk di salah satu teras rumah yang tak berpenghuni. Ramon melirik ngeri saat Adel dengan santainya duduk tanpa alas.

"Hei, kau seorang bangsawan. Apa kau tidak takut gaunmu akan kotor?"

Adel mengedikkan bahunya acuh. Malahan, ia duduk bersila. Menghadap Ramon sepenuhnya. "Karena aku seorang bangsawan, aku bisa membeli gaun apa saja untuk menggantikan gaunku yang kotor."

Mendengar penuturan sombong itu, Ramon berdecih. "Cih, ternyata kau sombong juga."

Adel tertawa pelan. Ia terdiam cukup lama. Tidak apa-apa kan, dia berada di sini sedikit lebih lama untuk mendengarkan cerita Ramon? Lagian, apa yang menunggunya di rumah kalau dia pulang sekarang? Keluarganya saja masih ada di istana.

"Hei, namamu Ramon, kan? Ayo ceritakan kehidupanmu! Aku memaksa!"

Ramon sedikit dongkol, namun ia tetap bercerita. "Kau ternyata pemaksa. Tapi, karena sangat jarang orang yang penasaran dengan kehidupanku, aku akan menceritakannya padamu."

Adel tersenyum bangga. Itu membuatnya berpikir bahwa dirinya spesial. Ah, itu hanya pemikiran konyol.

"Aku seorang mantan pangeran kerajaan negeri seberang."

Adel terkejut bukan main mendengarnya. Namun, ia tetap diam mendengarkan.

"Setelah melahirkan adikku, Black, kondisi ibuku semakin buruk. Saat adikku berusia dua tahun, ibuku meninggal." Ramon mendongak, menatap hamparan langit malam yang disinari cahaya rembulan.

Adel bisa melihat perubahan dari tatapan mata laki-laki itu. Tatapannya seakan tersirat akan kerinduan dengan seseorang.

"Aku tahu bahwa ibu dan ayah menikah karena politik. Tapi aku tak menyangka bahwa setelah ibu meninggal, ayah mencari Ratu baru yang dicintainya yang saat itu tengah hamil lima bulan."

Terdengar nada suaranya yang bergetar. Adel sedikit merasa bersalah. "Tunggu, jika kau tak bisa menceritakannya, maka berhenti—"

"—Saat itu..."

Adel kembali diam saat Ramon melanjutkan ucapannya.

"Saat itu... Aku yang berusia dua belas  tahun, melihat raut wajah antusias ayahku saat tahu tentang kehamilan Ratu baru. Aku benci mengakuinya, sebenarnya... Aku iri. Karena saat aku lahir, ayah sama sekali tidak memandangku. Dia bahkan tidak mengumumkan bahwa aku penerusnya selanjutnya."

"Setelah aku lahir, kondisi ibu juga memburuk. Karena itu dia diasingkan untuk mendapatkan perawatan. Aku yang masih kecil, harus berpisah dengannya. Dan tinggal di istana ayah. Aku kira, dengan aku tinggal di sana, aku akan dekat dengannya. Tapi... Aku salah. Dia bahkan tidak memberikan guru untuk mengajariku. Pelayan di sana mengatai ku bodoh dan polos. Tindakan kekerasan terjadi, dan ayah mengetahuinya. Namun, dia hanya melihat tanpa bertindak."

Adel menatap Ramon dengan tatapan kasihan. Apa Ramon menceritakan kehidupannya karena laki-laki itu masih polos dan tidak mengetahui apa-apa? Pantas saja Adel merasa aneh kenapa laki-laki itu tidak menolak saat Adel memaksanya untuk menceritakan kehidupannya. Padahal bisa saja dia marah atau menolaknya.

Ternyata, dia benar-benar sedang menunggu seseorang.

Seseorang yang bisa ia jadikan tempat bercerita tentang masa lalu kelamnya.

Tangan Adel tanpa sadar bergerak menepuk pelan pundak Ramon. Tubuh laki-laki itu kian bergetar.

"Aku tidak diperlakukan seperti pangeran. Aku dikatai bodoh oleh para bangsawan. Mereka berkata bahwa aku terlalu polos untuk memimpin kerajaan. Dan mereka mulai memandang rendah diriku. Aku baru mengetahui kenapa ayah tidak mengumumkan kepada rakyat bahwa aku adalah penerusnya. Ternyata, dia sedang menunggu kehadiran putra aslinya di rahim wanita yang dicintainya. Tepat setelah ibu meninggal karena kondisinya yang memburuk setelah melahirkan Black, ayah langsung saja mengadakan penobatan Ratu pada wanita yang sedang mengandung anaknya."

Adel tersentak saat Ramon tiba-tiba mencengkram tangannya kuat-kuat. Laki-laki itu menggigit bibir bawahnya, matanya berkaca-kaca. Adel yang melihatnya tersenyum tipis. Membiarkan tangannya dicengkram oleh Ramon.

"Padahal... Ibu meninggal di hari itu. Tidak ada acara pemakaman. Ayah langsung... Mengumumkan bahwa anak yang ada di kandungan ratu akan menjadi penerus takhta. Dan tepat saat itu... Aku dan adikku... Dicabut gelar pangeran."

Ada jeda sebentar. Adel bisa melihat liquid bening yang meluruh di kelopak mata Ramon.

"Dan juga... Aku dan Black... Diusir dari istana."

Parah! Adel rasanya ingin berkata kasar di depan wajah pria yang menjadi ayahnya Ramon. Keluarga laki-laki ini, ternyata lebih parah dari keluarga Anaya.

Tring!

Perhatian Adel mulai fokus pada notifikasi sistem. Matanya membelalak saat membacanya.

{ Rasa iba player terhadap lawan bicara tumbuh. Kami membuat pilihan untuk player.

Apakah menjadikan Ramon sebagai target ketiga

atau,

Sebagai anjing yang setia? }

Ramon tersentak saat ia merasakan telapak tangan yang membelai pipinya. Kepalanya menoleh ke arah Adel, melihat bagaimana gadis itu menatapnya.

Tatapan yang selama ini Ramon rindukan. Tatapan seseorang yang menginginkan kehadirannya.

"Tenang, Ramon. Aku tahu kau adalah anak yang kuat." Adel tersenyum mengusap air mata yang jatuh membasahi pipi Ramon. "Aku selalu ada untukmu. Supaya hidupmu tidak sia-sia, bagaimana kalau kau menjadi anjing setia ku? Aku menginginkan kehadiranmu."

Ramon mengerjap polos. "Anjing setia? Apa itu?"

"Benar. Anjing setia itu, dimana anjing yang selalu mengikuti majikannya."

"Itu berarti, aku boleh mengikutimu?"

"Tentu. Jika kau ikut aku, aku akan menjamin kehidupanmu dan adik-adikmu."

"Baiklah, aku akan menjadi anjing setia mu." Dengan polosnya ucapan itu terlontar.

Adel tersenyum licik. Maafkan aku, Ramon. Aku menjadikan kebodohanmu untuk mendapatkan keuntunganku.

Tring!

{ Ramon telah berhasil menjadi anjing setia player. Anda mendapatkan reward : 1 kartu platinum.

Profil

Nama : Ramon Glavor
Status : Mantan Pangeran
Status saat ini : Anjing setia Player
Umur : 17 tahun

About him :
  Ramon, seorang pangeran dari kerajaan Glavor yang gelarnya dicabut. Bersama adiknya yang berusia dua tahun, Ramon hidup di luar istana setelah diusir oleh ayahnya. Menjalani kehidupan yang sulit untuk anak yang saat itu berusia dua belas tahun.

Yang spesial darinya :
  Bodoh dan polos. Sifat ini cocok untuk menjadi anjing setia player }

***

SISTEM : Antagonist Harem
10. Anjing Setia

Parah banget kau Del. Ternyata kau licik juga huhu TwT.

Continue Reading

You'll Also Like

982 58 3
Karin wanita sederhana yg lumayan cantik dan ia sangat benci berbau LGBT walau teman dekatny malah sangat menyukai hal itu, saat ia ingin pulang dia...
67.4K 4.6K 17
{END} Judul pertama: SIX POSESIVE HUSBANDS 'Tamara Rose Arlodia', seorang leader mafia terbesar di benua Asia, Ia mengalami gagal ginjal dan koma sel...
7M 367K 46
Daisy Mahesa, seorang model terkenal. Ia juga merupakan putri tunggal dari keluarga Mahesa. Menjadi seorang model merupakan mimpinya, namun sayang ka...
43.7K 4K 39
Aira mengalami yang namanya transmigrasi, dia di tempatkan di tubuh seorang anak kecil yang bernama sama. Menjalani hari-harinya seperti biasa hingga...