My True Me (END)

By deesar

42.3K 5.8K 11.3K

17+ Setahun yang lalu, Zita tiba-tiba tersadar dan mendapatkan luka panjang dari telapak hingga pergelangan... More

Epitasio
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
That Night (1)
That Night (2)
That Night (3)
That Night (4)
That Night (5)
That Night (6)
That Night (7)
That Night (8)
That Night (9)
That Night (10)
That Night (11)
That Night (12)
That Night (13)
That Night (14)
That Night (15)
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Her Past (1)
Her Past (2)
Her Past (3)
Her Past (4)
Her Past (5)
About Him and His Girl
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
For Tonight
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh
Empat Puluh Delapan
Empat Puluh Sembilan
Lima Puluh
Lima Puluh Satu
Lima Puluh Dua
Hatred (1)
Hatred (2)
Hatred (3)
Hatred (4)
Hatred (5)
Hatred (6)
Lima Puluh Tiga
Lima Puluh Empat
Lima Puluh Lima
Lima Puluh Enam
Lima Puluh Tujuh
Lima Puluh Delapan
Lima Puluh Sembilan
Enam Puluh
Enam Puluh Satu
Enam Puluh Dua
Animo
Enam Puluh Tiga
Enam Puluh Empat
Enam Puluh Lima
Enam Puluh Enam
Catastrophe (END)
Extra Part (1)
Extra Part (2)
Extra Part (3)

Dua Puluh Tiga

583 85 269
By deesar

Glosarium (*) ada di akhir part ya ....

...

“Jadi lo punya kepribadian lain selain Mila?” tanya Adifa setelah mendengar seluruh penjelasan Zita.

Layaknya sebuah puzzle, untuk memisahkan kenangan menyakitkan dari ingatannya, Zita membagi dirinya menjadi beberapa kepribadian yang berbeda, dan satu di antara kepribadiannya menyimpan kenangan menyakitkan itu.

Kondisi itu membuat kesadarannya mudah diambil alih, lalu sebagai bentuk *coping mecanism, di saat-saat tertentu para alter secara sukarela akan muncul untuk menggantikan posisinya.

Zita mengangguk. “Sampai saat ini, hanya ada dua.”

Pertama, Mila, kepribadian yang menyimpan semua memori yang hilang dari ingatannya. Kepribadian yang seumuran dengannya itu adalah sosok yang dingin, sedikit egois, keras kepala dan punya keinginan kuat untuk balas dendam. Zita tidak punya jawaban pasti untuk apa dan pada siapa keinginan balas dendam itu ditujukan, tapi ia yakin jika itu berkaitan dengan Kamila.

Selain Mila, kepribadian yang lain menyebut dirinya sebagai Sherly. Kepribadian enam belas tahun yang ceria, energik, dan ... nekat. Meski tidak memiliki keinginan balas dendam, Sherly dengan kelabilan emosi, kenakalan, dan rasa keingintahuan khas remaja, membuatnya tak kalah berbahaya.

Membolos, membantah, mencoba berbagai permainan pemacu adrenalin, berpakaian seksi, pergi ke klub malam, bahkan meminum minuman keras adalah beberapa hal pernah Sherly lakukan.

“Sampai saat ini? Adifa mengulang pernyataan Zita.

Zita lagi-lagi mengangguk. “Kepribadian baru, bisa muncul kapan aja.”

Semua tanda tanya tentang Mila sudah terjawab, tapi Adifa tetap membutuhkan kehadiran Mila saat ini. “Apa ada cara untuk memanggil kepribadian yang lain tanpa harus ada trigger lebih dulu?”

Zita tak langsung menjawab. Ia hanya menatap Adifa yang sedang menunggu jawaban.

Jika Mila mengambil alih kesadaran saat Zita tertekan atau ketakutan, maka Sherly akan muncul saat ia merasakan kesulitan atau kesedihan. Namun, bukan berarti tidak ada cara lain.

“Apa tuan rumah akan membiarkan tamu undangan mengambil alih istananya?” Zita balas bertanya.

Memanggil alter lain dengan positive trigger bisa saja dilakukan. Sayangnya, selama bertahun-tahun menjalani terapi, Zita sebagai *core tidak pernah bisa berdamai, memahami, apalagi mempercayai para alter hingga berani menukar kesadarannya begitu aja. Bahkan, meski cara itu dilakukan di bawah pengawasan terapisnya, rasa takut jika dirinya tak akan bangun lagi selalu sukses menghantuinya.

Sorry,” ucap Adifa, menyadari nada sarkas dari pertanyaan Zita.

Zita menghela napas pendek, kemudian balas bertanya. “Sekarang bisa lo jelasin, siapa lo, apa hubungan lo sama Mila, dan siapa orang-orang tadi?”

Dengan kedua siku bertumpu di atas paha, Adifa mengusap wajahnya. Ia memikirkan dari mana ia akan mulai menjelaskan. Saat mulutnya terbuka untuk menjawab, suara kedatangan seseorang lebih dulu menginterupsi.

“Bang!” panggil Ridan yang buru-buru masuk ke ruang tengah, dengan Moza di belakangnya.

Adifa hanya menoleh sekilas ke arah Ridan, lalu beralih pada Moza yang langsung menghambur duduk di sebelah Zita. Sekali lihat, ia langsung mengenali jika gadis itu adalah gadis dalam rekaman cctv yang Ridan minta selidiki tempo hari.

“Kok kalian bisa ke sini?” tanya Zita sambil menatap Moza, Ridan, lalu pada Adifa.

“Dia adik gue,” terang Adifa seraya menggerakkan dagu ke arah Ridan.

Pertanyaan Zita beberapa saat yang lalu, akhirnya terjawab. Ia lantas menoleh pada Moza.

“Gue lagi sama Ridan waktu dapat kabar kalau lo pingsan,” jelas Moza.

Ucapan Moza membuatnya tersadar akan jadwal konsultasi yang sudah ia lewatkan. Sudah lebih satu jam dari janji temunya, sang psikolog pasti sudah menghubungi tantenya karena Zita batal datang tanpa mengabari.

“Tas dan hape gue di mana?” tanya Zita pada Adifa.

Belum juga Adifa menjawab, gedoran kasar tiba-tiba terdengar dari arah pintu luar. Ridan yang masih berdiri lantas beranjak untuk membuka pintu. Seketika matanya melebar saat mengetahui siapa yang datang.

“Kok lo bisa ke sini?” tanya Ridan kebingungan, pasalnya selama ini, ia tak pernah memberikan alamat rumahnya pada siapa pun. Bahkan alamat yang ia cantumkan di sekretariat adalah alamat fiktif.

"Mana Zita?" todong Theo tanpa basa basi.

Kening Ridan berkerut. Dari mana Theo tahu jika Zita ada di rumahnya?

"Gue tanya, DI MANA ZITA?!" bentak Theo tak sabaran.

“Zita ada di dalam,” jawab Moza yang menyusul di belakang Ridan.

Theo langsung menerobos masuk, meninggalkan Ridan yang kini beralih menatap Moza. “Lo yang ngasih tahu dia?”

“Tanpa gue kasih tahu, Theo pasti tahu kalau Zita ada di sini,” jawab Moza dengan raut datar.

Ridan memicing, kemudian menjentikkan jari saat memahami sesuatu. “Partner lo, itu Theo?”

Moza hanya menatapnya dingin, kemudian kembali masuk ke ruang tengah.

“Cukup sekali kalian melibatkan Zita dalam bahaya.” Di ruang tengah, Theo sudah mencekal tangan Zita dengan menatap tajam pada Adifa. “Kali ini, selesaikan urusan kalian sendiri.”

Moza mendekati Theo. “Gue rasa, lo perlu dengerin penjelasan mereka dulu.”

Theo mendengkus tak percaya. “Lo sekarang ada di pihak mereka?”

“Nggak ada pihak A atau pihak B di sini,” tegas Moza. “Gue hanya merasa kalau lo perlu dengerin penjelasan mereka lebih dulu.”

“Lo lupa apa yang terjadi setahun yang lalu?” tanya Theo sebelum mengalihkan pandangannya pada Adifa dan Ridan secara bergantian. “Zita hampir mati gara-gara mereka.”

Saat Moza akan menyahuti perkataan Theo, Zita lebih dulu bersuara. “Di mata lo, gue pasti terlihat lemah ya, Yo?”

Theo sontak menoleh. Ia menatap lekat pada Zita. Tak pernah sedikit pun ia berpikir seperti itu. Ia melihat sendiri bagaimana Zita tumbuh dan bertahan dari semua kekacauan yang Mila dan Sherly buat. Yang ia lakukan sekarang hanya untuk melindunginya. Ia tidak mau nyawa Zita berada dalam bahaya untuk kedua kalinya.

Zita tersenyum miris. “Gue emang lemah. Gue sadar, gue bisa terlibat dalam bahaya kalau ngotot mencari tahu apa yang Mila lakukan. Gue mungkin akan terluka kalau ingatan yang selama ini Mila simpan, akhirnya berhasil gue ingat.” Zita menelan saliva untuk melegakan tenggorokannya yang tercekat. “Tapi, gue harus tahu lebih banyak, biar gue bisa bertambah kuat. Bukannya hanya dengan cara itu, gue bisa hidup tanpa membutuhkan kehadiran Mila lagi?”

Meski ada kilatan air mata, Theo melihat sorot mata Zita menunjukkan kebulatan tekad yang tak dapat ia ganggu gugat. Theo lantas mengalihkan pandangannya. Matanya berkedip beberapa kali, seraya menipiskan bibir. Ia masih ragu akan keputusan yang Zita buat. Untuk sejenak ia menimbang, hingga akhirnya ia menghembuskan napas berat lalu menoleh pada Adifa.

“Jelasin semuanya dari awal.”

...

Tbc

...

GLOSARIUM

*Coping mechanism adalah strategi yang digunakan seseorang untuk membantu mereka mengatur emosinya ketika dihadapkan pada situasi sulit seperti stres, tekanan atau trauma psikologi. Pada orang dengan kepribadian ganda, coping mechanism ini dilakukan dengan ‘memutus’ kesadaran diri sendiri dari situasi atau pengalaman yang terlalu traumatis atau menyakitkan.
(Wikipedia dan riliv)

*Core : Kepribadian asli. Dalam DID biasanya disebut sebagai host, tapi ‘host' sendiri sebenarnya mengacu pada kepribadian yang paling sering muncul/fronting. Untuk sekarang posisi host masih diduduki oleh Zita selaku core, tapi tidak menutup kemungkinan—jika posisinya sudah parah—host bisa ditempati oleh alter lain.
(Penderita DID dan medium.com)

...

Padahal cuma 1000 kata, tp kok rasanya panjang banget, ya?

Sejujurnya aku stres karena beberapa part terakhir alurnya agak berat, next part aku buat yg sedikit lebih entenglah.

Sedikiiiiittt...
Wkwk

120232

Continue Reading

You'll Also Like

561K 85.3K 74
Cocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi yang dilatarbelakangi #balasdendam. Kas...
1.3K 428 21
[TAMAT]✓ Prestasi: 1-bersaudra (8/12/2023) Andini telah lama tinggal di pulau sebrang sendirian. Walaupun memiliki teman yang menerimanya apa adanya...
697K 111K 54
VANESSA ABHIGEAL LUCY Adalah gadis cantik dengan tinggi di bawah rata-rata, meski terlahir dari keluarga berpunya tak lantas membuatnya menjadi priba...
101K 8.5K 56
Karena pembantaian yang terjadi di rumahnya. Anak itu harus hidup membawa dendam. Tak ada kehangatan di dirinya, semua sudah hilang tergantikan dingi...