Mencintai Dalam Diam

By LiNaaaboooo

6.2K 3.5K 2.2K

Cerita ini menceritakan tentang seorang gadis yang mencintai dalam diam seorang lelaki di sekolahnya tanpa se... More

Prolog
I Think U
Degup jantung
Bertemu lagi
Menjaga Pandangan
Ragu
Jawaban?
MAAF
Mengakui
masalah kecil
Aneh
Main Bareng
Informasi tentangmu❤
Idamanku
Semakin Jatuh Hati
Instagram
Kita saling berbicara
Upacara
Santunan Anak Yatim
Hafalan
Dia punya pacar?
Mendoakan-Nya

First time, I meet U

716 314 169
By LiNaaaboooo

Senin,02-01-2023
Pukul 22.11

Haiiii guyssss..... I'm Backk
Huhuhu sebenarnya nggak mau publish sekarang karena yg baca masih sedikit😭
Tetapi gpp, mumpung otak gue encer nih gue lanjutin ceritanya 😚
Bismillah semoga kalian
suka lanjutannya ceritanya yak....


Drttt..... Drtttttt...... Drttttt

Ponsel berdering di atas nakas secara terus menerus tetapi pemiliknya belum juga membuka mata. Ponsel itu terus mengeluarkan bunyi sampai mejanya ikut bergetar. Hingga akhirnya pemiliknya itu bangun juga dari mimpi indahnya dan tangannya terulur untuk mengambil ponselnya.

Ia mengucek-ucek matanya supaya penglihatannya bisa lebih jelas dan menghilangkan kotoran yang ada di lensa matanya. "Udah jam 5 ternyata." Ucapnya serak khas suara orang bangun tidur.

Ponselnya berdering bukan tanpa sebab melainkan untuk membangunkan pemiliknya karena sudah masuk waktu shalat subuh. Lalu gadis bernama Aggya itu menaruh kembali ponselnya dan beranjak dari tempat ternyamannya untuk pergi ke kamar mandi.

"Wah segernya."

Setelah berwudhu badan Aggya menjadi lebih segar dan matanya tidak lagi sayu. Kemudian Aggya melakukan shalat subuh sebelum waktunya habis.

Setelah shalat subuh ia merapikan tempat tidurnya. Namun, tak sengaja ia melihat ke arah jendela nampak seseorang yang sedang jogging.
"Siapa itu? Subuh-subuh udah jogging." Gumamnya sendiri sambil mengeluarkan kepalanya keluar jendela.

Jarang sekali ada orang jogging pagi buta kayak gini. Hampir saat ia bangun untuk melakukan shalat subuh, Aggya jarang menemukan orang melakukan jogging. Di sekitar perumahannya jarang ada yang melakukan itu, makanya Aggya terheran-heran.

"Ah taulah, ngapain ngurusin itu." Aggya kembali memasukkan kembali kepalanya kemudian ia memilih untuk keluar dari kamar membantu Ibunya.

"Aggya."

"Iya Bu."

"Kamu sapu rumah ya, Ibu mau pergi dulu ke pasar sama Ayah." Ucapnya sambil membenarkan hijabnya. Aggya pun mengangguk semangat.

"Siyap Bu."

Aggya pergi sekolah naik angkot, biasanya ia berangkat sama ayah kadang kakaknya juga. Cuman karena ayahnya masuk kerja pagi, begitupula kakaknya yang harus berangkat pagi-pagi sekali ke kampusnya karena jaraknya yang lumayan jauh dari rumah. Oleh karena itu, Aggya memilih untuk naik angkot saja.

"Aggya." Baru saja ia keluar dari angkot sudah ada yang memanggil namanya dan ia tersenyum ketika melihat Tisa berjalan menghampirinya.

"Pagi." Sapanya

"Pagi juga."

"Tumben berangkat pagi." Aggya bicara begitu soalnya temannya satu ini biasanya berangkatnya agak kesiangan.

Keduanya pun berjalan memasuki perkarangan sekolah. "Iya tadi dipaksa sama mamah suruh berangkat sekarang." Ungkapnya. "Sebenarnya sih malas banget berangkat pagi gini masih ngantuk tau.... "

"Gapapa sekali-kali." Timpal Aggya sembari menepuk-nepuk bahu temannya.

"Kemana ini Lisna? Belum datang?"

"Kayaknya belum deh." Jawab Aggya ketika melihat bangku di belakangnya kosong tidak ada tas kemudian ia duduk di bangku samping Tisa.

"Giliran gue berangkat pagi,sih Lisna berangkatnya kesiangan." Ujar Tisa seraya membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan.

Tisa ini kalau sudah masuk kelas dia pasti akan mengecek rambut atau wajahnya, tidak hanya waktu pagi. Tetapi setiap saat dia selalu mengecek penampilannya biar tidak kelihatan jelek begitu. Beda lagi sama Aggya yang lebih memilih untuk mengusir rasa gabutnya menunggu pelajaran dimulai dengan bermain ponsel.

"Aggya gue udah cantik nggak?"
Aggya yang diajak ngomong pun menoleh ke Tisa yang mengedip-edipkan matanya dan berlagak ayu.

"Cantik."

"Dih singkat amat jelasnya." Omelnya. "Beneran gue cantik?" Tisa bertanya lagi untuk memastikan apakah dia benar-benar cantik atau tidak

"Iya Tisa sayang, kamu cantik sekali." Puji Aggya sambil mengangkat kedua jempolnya dan temannya itu tersenyum malu-malu.

"Tumben tadi lu berangkat kesiangan?" Tanya Nisa sambil menyedot jus jeruknya yang menyegarkan tenggorokan sampai ke dalam perutnya.

Lisna menatapnya. "Biasalah macet."

Rumah Lisna paling jauh dari sekolah, sedangkan jarak antara rumah Tisa dan Aggya itu lumayan dekat dengan sekolah. Makanya sih Tisa memilih untuk berangkat siang karena mengingat jarak sekolahnya yang tak jauh.

"Makanya kalau berangkat itu pagi."

"Dih, lu nggak ngaca ya?" Sindir Lisna dengan nada bicara yang tidak mengenakkan. Lisna tidak habis pikir temannya itu menyuruhnya untuk berangkat lebih pagi sedangkan biasanya dia juga begitu.

"Seharusnya lu ngomong gitu sama diri sendiri. Siapa coba biasanya yang sering telat."

Tisa yang disindir begitupun tidak terima. "Enak aja, gue nggak pernah telat ya."

"Apa iya?" Ejek Lisna.

Kalian jangan heran, memang sudah biasa Lisna dan Tisa ini seringkali berantem. Tapi bukan adi fisik atau main tangan melainkan adu mulut. Aggya yang mendengar dan melihat hal itu sampai terkadang capek untuk menenangkan mereka. Untung saja Aggya sabar menghadapi mereka.

"Mulai lagi deh kalian." Ujar Aggya dan keduanya berhenti adu mulut. Aggya melihat keduanya secara malas.

"Nggak waktu pelajaran, makan, istirahat ... kalian ini adu mulut aja." Omelnya. "Kita ini lagi makan, nggak baik tau kayak gitu. Nanti takutnya ganggu orang lain yang sedang makan."

Lisna dan Tisa pun melihat sekitarnya, memang ada beberapa orang yang melihat ke arah mereka berdua secara sinis. Tidak banyak sih cuman 4 orang saja tapi itu menandakan kalau adu mulut mereka telah menganggu yang lainnya. Mereka hampir lupa kalau ini di kantin bukan di kelas.

"Yang tenang gitu dan nikmatin makannya, nggak usah adu mulut kayak tadi lagi." Aggya memberikan nasehat dengan lemah lembut supaya keduanya bisa mengambil hikmahnya. Jika ia ngomongnya pakai intonasi tinggi dan wajah yang tidak bersahabat, bisa-bisa mereka bertiga adu mulut disitu.

"Iya maaf." Ucap Lisna dan Tisa secara bersamaan.
Aggya yang mendengar itupun tersenyum tipis.

"Kalau gitu makannya dilanjutin lagi."

Suasana akhirnya menjadi tenang, keduanya tidak lagi sibuk adu mulut. Mereka kembali fokus menghabiskan makan tanpa banyak kata. Aggya pun bersyukur bisa bernafas lega.

Namun, jika kalian pikir adu mulut itu akan berakhir sampai disini. Kalian salah soalnya setelah ini pasti akan muncul adu mulut lagi antara Lisna dan Tisa. Kemudian Aggya yang akan bertugas untuk menghentikan pertikaian itu dan menasehatinya lagi. Sekarang sudah aman tetapi tidak tau besoknya lagi bisa kumat.

"Gue pulang dulu ya." Pamit Tisa mencaklong tasnya

"Udah dijemput?" Aggya bertanya dan dijawab anggukan olehnya.

"Yaudah hati-hati."

"Oke." Tisa mengangkat jempolnya.

"Hati-hati, Tis." Ucap Lisna dan Tisa hanya mengangkat jempolnya. Karena Tisa sudah dijemput oleh orang tuanya sehingga menyisahkan Aggya dan Lisna saja.

"Kali ini kelasnya sepi banget nggak ada Darka."

Ya, lelaki yang bernama Darka itu hari ini tidak izin masuk kelas karena harus mengunjungi neneknya di rumah sakit. Biasanya jika ada cowok itu kelas ini selalu ramai dan rusuh, tetapi berhubung dia tidak masuk. Makanya kelas jadi sepi dan kurang bersemangat.

"Betul banget." Timpal Aggya. "Palingan besok dia udah masuk."

Lisna mengangguk. "Udahlah, ayuk pulang."

Kemudian keduanya keluar kelas bersamaan tetapi ketika sudah melewati beberapa kelas, Tiba-tiba saja Lisna berhenti.

"Eh bentar deh, gia."

"Apa?" Aggya tampak bingung melihat Lisna yang mengutak-atik tasnya.

"Kenapa? Ada yang ketinggalan?"

Lisna mendongak. "Iya kayaknya dompet gue ketinggalan di loker."

Dia baru ingat kalau dompetnya masih ada di kelas, lebih tepatnya setelah habis ke kantin dia menaruh dompetnya di loker. Namun, saat jalan ia mengecek di saku roknya tidak menemukan dompetnya. Disitulah Lisna baru ingat dompetnya ketinggalan di kelas.

"Gue ambil dulu ke kelas, lu disini aja."

"Oke."

Selagi menunggu Lisna mengambil dompetnya, Aggya memilih untuk bermain ponsel saja biar tidak bosan. Namun, saat sedang asyik dengan ponselnya. Tiba-tiba saja perhatiannya teralihkan ketika mendengar suara seseorang.

"Hikmal ... " Teriak seseorang dari belakang.

Entah dorongan dari apa Aggya memutuskan menolehkan kepalanya ke belakang padahal bukan dirinya yang dipanggil.Namun, panggilan nama itu serasa memberinya dorongan untuk berhenti padahal sudah jelas kalau itu bukan namanya.

Tetapi Aggya masih terus memperhatikan dua cowok yang berdiri tak jauh dari tempatnya, perhatiannya teralihkan pada sosok lelaki bertubuh jangkung yang berdiri membelakangi nya dan dia ikut menghentikan jalannya karena dipanggil oleh temannya.

"Siapa dia?" Kata itu terlontar begitu saja dari mulutnya, ia merasa seperti digerakkan oleh kekuatan sihir untuk menolehkan kepala.Itu aneh baginya.Sayangnya Aggya tidak bisa melihat denga jelas wajah lelaki itu karena dia berdiri membelakanginya.

Kemudian tiba-tiba saja lelaki itu membalikkan badannya,buru-buru Aggya mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Kenapa aku jadi kayak gini? "Tanyanya pada diri sendiri.

Aggya kembali melihat ke arah mereka berdua tak disangka langkah kaki mereka semakin mendekat. Lantas Anjel meminggirkan badannya agar mereka bisa lewat. Dia, lelaki bertubuh jangkung itu melihatnya walau lima detik saja hal tersebut mampu menimbulkan hal aneh.

Bahkan setelah mereka melewati dirinya, Aggya masih sulit untuk melepaskan pandangan. Entahlah ada apa sebenarnya yang terjadi dengannya, mengapa kehadiran lelaki itu membuat dirinya aneh begini.

"Aggya."

Aggya terjengit kaget ketika Lisna sudah berada di sampingnya. Lantas, Lisna mengerutkan dahinya bingung.

"Kenapa kamu kaget gitu?"

Aggya melihat sekilas kedua lelaki itu yang semakin jauh darinya dan ia mencoba untuk menetralkan wajahnya.

"Ah nggak kok." Ia mengibaskan tangannya ke depan.

"Okelah," Lisna mengganguk.

"Btw, dompet kamu udah ketemu?"

"Udah dong.... " Lisna mengangkat dompetnya sambil tersenyum bahagia karena dia tidak kehilangan benda berharga itu.

"Alhamdulillah."

"Iya, Alhamdulillah. Untung aja gue ingat tadi."

"Lain kali jangan ditaruh di loker.Taruh langsung di tas atau saku rok. "

"Iya siyap." Ucap Lisna sambil menaruh dompetnya di tas. "Udahlah, ayuk pulang." Kemudian Lisna menggaet lengan temannya itu dan keduanya berjalan menyusuri lorong yang lumayan sepi. Biarpun begitu Aggya masih kepikiran dengan lelaki tadi yang bisa membuatnya bersikap aneh.



Gimana nih lanjutannya?
Belum seru ya? 😅
Maaf banget nih kalau nulisnya masih belepotan dan nggak nyambung ceritanya. Penulisnya masih amatir nih dan butuh banget saran dari kalian.
Nggak itu aja sih, jangan lupa pencet vote + komen juga biar guenya tambah semangat 🔥🔥🔥🔥🔥

1 vote dan komen kalian itu berarti banget dan bikin semangat✊ buat gue ngelanjutin ceritanya❤😭

#syukur-syukur ada orang baik yg mau share ceritanya + follow gue☺🤣



Continue Reading

You'll Also Like

6.8M 955K 52
[SEQUEL OF A DAN Z] Tumbuh dewasa tanpa kedua orang tua dan memiliki tanggung jawab yang sangat besar, terlebih harus menjadi sosok orang tua untuk k...
1M 47.8K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
12.7K 2.4K 50
[ Romance - Spiritual - Business ] Beyza , gadis berumur 18 tahun suatu hari bermimpi menemukan dua mutiara yang terombang-ambing di lautan. . Setela...
8.1K 416 107
☸☸☸ Hanya untaian kalimat tak bertuan yang mencari sebuah jalan pulang. ~S.Choir ☸☸☸ ⚠jika ingin mengupload kata-kata yang ada disini jangan lupa se...