NIRVANA

By dangerouv

4.6K 1.4K 987

More

0
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
31

30

89 14 27
By dangerouv

Kini Shena duduk di atas sofa, membiarkan Zea mengobati kulitnya yang kemerahan akibat tragedi air panas tadi.

Sementara Theesa, perempuan itu tetap setia duduk di samping menemaninya

"Maaf shen.." Entah sudah berapa kali kalimat itu keluar dari bibir perempuan itu. Zea sampai memundurkan badannya dan menatap lurus ke ara Thessa

"Nanti kita bahas ini, Sa- lo bisa keluar dulu? gue mau obatin Shena"

Thessa menurut, ia beranjak keluar meninggalkan mereka berdua disana, ditambah Reyna yang sedang tertidur sejak tadi.

Zea kembali menunduk, mengoleskan salep ke paha Shena pelan pelan sambil meniup nya sesekali, beberapa detik setelahnya satu tetesan jatuh mengenai punggung tangannya, Zea tersadar Shena mulai menitikkan air matanya.

"Kacau- padahal aku udah nunggu buat hari ini"

Zea mengusap pelan air mata Shena, perempuan itu menangis tanpa suara
"it's okay.. you doing you best, shena" Zea juga teringat terakhir kali ia berdiri di panggung masalah masalah seperti ini juga terjadi, ia paham perasaan Shena.

Beberapa menit berlalu sampai Tangis Shena mereda, ia mulai tertawa kecil karena Zea terus menghiburnya. Shena pikir Zea akan bersikap ketus padanya perkara laki laki yang sekarang menjalin hubungan dengannya, tapi ternyata tidak, Kakak kelasnya itu justru tidak mempermasalahkan nya nya bahkan tidak membahas masalah itu sekalipun.

"Jangan lupa kabarin cowo lo, dia khawatir banget tentang lo daritadi"

Shena tersenyum kecil mendengar itu, tanganya merogoh benda pipih di sampingnya dan mengetikkan beberapa pesan di sana.

"About this little thing, i wanna apologize to you, kak"

Zea menaikkan kedua alisnya "For what?"

"Ya.. he have relationship -with me"

Zea yang tengah memindahkan tas tas anak band memilih memberhentikan kegiatannya, sejujurnya ia sangat malas membahas ini.

"Gue ga masalah sama itu, He happy with you, right?"

Jika boleh Zea tetap akan menyalahkan dirinya sendiri yang melepaskan nya begitu aja ketimbang harus bermasalah dengan pendatang baru.

"Then, what are you worried about?"

"We're done"

Suara itu berasal dari laki laki yang baru saja melangkah memasuki ruangan musik

Zea dan shena kaget karena lagi lagi Ralvin tiba tiba datang dan mendengar semuanya.

"Kak.. kenapa kesini?"

"Looking for my girlfriend"

"Tapi acaranya-"

"Sudah selesai daritadi, kita hapus beberapa lagu kali ini"

Lagi lagi Shena merasa semua ini salahnya, kalau saja ia bisa lebih berhati hati.

"Jangan minta maaf, ini bukan salah kamu" Ucap Ralvin saat Shena akan membuka mulutnya, berhasil membuat bibir itu kembali menutup Rapat.

Zea yang daritadi menyimak itu berusaha mengganti suasana "Yang lain kemana?"

"Udah duluan, pada nongki bareng"

"Lo- ga ikut?

Laki laki itu menggeleng, Mata Ralvin memincing ke arah Shena "Waktu gue, buat dia" ia mengangkat tas peach milik Shena dan ia bawa bersama dengan tas gitarnya

"Ayo" Shena membiarkan Ralvin mengenggam tangannya, sebelum beranjak laki laki itu sempat tersenyum tipis ke arah Zea "Thanks udah jaga dia"

Shena tidak sempat menoleh untuk melihat bagaimana raut muka Zea saat ini, tangannya tertarik perlahan, Ralvin jalan lebih dulu dan Shena memcoba mengiringi langkahnya. Mereka meninggalkan ruangan itu.

"Menyedihkan"

Zea sontak menoleh pada satu perempuan tinggi yang baru saja bangun dari alam mimpinya.

"Siapa?"

"Lo lah" Reyna merengangkan sedikit otot otot tubuhnya.

Zea memutar bola matanya malas, melanjutkan kembali aktivitas nya dengan menaruh gitar gitar lama di ruangan ini ke tempat seharusnya.

Reyna menguap pelan sambil membenarkan posisi duduknya
"Ibaratkan-Lo udah ngebuang barang yang berharga, setelah sekian lama akhirnya lo kepikiran dan coba buat cari barang itu lagi tapi ternyata barang itu udah ada di tangan orang lain, lo jadi malu buat ngambilnya padahal itu punya lo sendiri" Reyna menjeda "Tapi ini bukan soal barang"

"Don't be hyperbolic, deh."

Reyna langsung tertawa puas, padahal nyawanya belum sepenuhnya terkumpul tapi menggoda Zea akhir akhir ini memang menyenangkan.

.

.

.

Sore ini Ralvin mengajak Shena ke satu restoran seafood terbesar di kota ini, bangunan megah yang berlokasi tepat di pinggir lautan.

Ralvin sedang sibuk mengobrol dengan waiters disana, jadi Shena sempatkan untuk melihat lihat karena seumur hidup ia tidak pernah masuk ke tempat ini padahal sudah ada sejak lama.

Meja meja mewah, lampu lampu kuning di setiap sudut nya membuat siapapun betah disini. Shena tak berkedip karena melihat sebuah aquarium Raksasa yang tinggi nya setara dengan dua pintu. Isinya penuh dengan biota laut dan beberapa lobster yang ukurannya bisa membuat Shena melotot kecil, tidak bisa ia bayangkan sebesar apa harga harga makanan disini.

"Kamu boleh pesan apa aja" Suara Ralvin terdengar dari arah belakang, seperti Laki laki itu sudah selesai dengan bicaranya.

"Tapi kita kesini bukan untuk itu" Ralvin menarik pelan tangan Shena, berjalan pelan ke tempat paling ujung dimana terdapat panggung yang biasa dipakai band band yang disewa untuk bernyanyi di hadapan para tamu.

"Kak, ngapain?!" Shena menahan tangannya saat Ralvin menuntunya untuk naik ke atas panggung "Dilihatin orang.." Shena tau apa niat Ralvin saat ini.

Laki laki itu melepas Jaketnya dan mengikat nya di pinggang Shena, perempuan itu hanya memakai crop hitam dan rok putih di atas paha, bisa menjadi perbincangan kalau terlalu terbuka seperti ini.

"Aku gamau usaha dan latihan kamu selama ini sia sia, Na" Ralvin mengusap pelan kedua bahu Shena "Let them looking at you, tonight"

Ralvin berhasil membuat Shena mau naik ke atas panggung, di sana sudah disiapkan mic dan satu gitar acoustic yang akan menemani mereka, entah kapan Ralvin menyuruh orang sini menyiapkan nya.

Ralvin duduk sambil mengatur tuner pada gitar itu, dirasa sudah pas, Ralvin mengambil mic nya untuk menyapa para pendatang disini. Saat mic itu diketuk banyak mata langsung menatap ke arah mereka, membuat Shena langsung menunduk malu. Shena tidak pernah tampil di hadapan banyak orang, ini pertama kali.

Orang orang disini dominan terisi oleh Remaja remaja dengan pasangannya, hanya beberapa yang berusia tua, itupun beberapa pengusaha yang disiapkan meja khusus di tempat itu.

Suara tepukan tangan terdengar saat Ralvin selesai bicara, Shena yang berdiri di sampingnya salah tingkah sendiri, ia bahkan tidak memerhatikan Ralvin mengatakan lagu apa yang akan pertama mereka mainkan.

Suara petikan gitar dari Ralvin mulai terdengar, Shena memejam sejenak berusaha mengenali melodi lagu yang keluar.

Perfect, ed sheeran?

Mata Shena membuka, langsung mencari keberadaan Ralvin dan ternyata Laki laki itu tengah tersenyum ke arahnya.

"I found a love, for me"
"Darling, just dive right in and follow my lead"

Lirik pertama di nyayikan oleh Ralvin.

"Well, I found a girl, beautiful and sweet"
"Oh, I never knew you were the someone waiting for me"

Shena tersenyum kecil, jantungnya mulai berdebar entah kenapa, bibirnya mulai terbuka, ikut menyanyikan lirik selanjutnya.

"Cause we were just kids when we fell in love"
"Not knowing what it was"
"I will not give you up this time"

Semuanya di sana terlihat terpikat mendengar suara lembut dan sangat sopan menyapa indra pendengaran. Beberapa di antaranya mulai mengeluarkan hp nya untuk merekam.

"But darling, just kiss me slow"
"Your heart is all I own"
"And in your eyes, you're holding mine"

Ralvin memberi jeda singkat pada petikan nya, menuju Reff.

"Baby, I'm dancing in the dark
With you between my arms
Barefoot on the grass
Listening to our favourite song"

Tangan penonton mulai melambai ke atas menikmati itu.

"When you said you looked a mess
I whispered underneath my breath
But you heard it.."

Ralvin dan Shena saling memandangi, tak lagi fokus dengan para penonton.

"Darling, you look perfect tonight"

Petikan gitar itu terus terdengar, saat ini Shena sadar debaran jantungnya bukanlah karena tampil di atas panggung malam ini, melainkan karena laki laki yang ada di atas panggung bersama nya.

"Well, I found a man, stronger than anyone I know"

Penonton bertepuk tangan saat Shena menyanyikan lirik itu apalagi para wanita disana bersorak kecil menyadari Shena mengubah liriknya.

Man, hanya tertuju pada laki lakinya.

"He shares my dreams, I hope that someday I'll share him home"

Ralvin tak kuasa menahan senyum nya saat itu, padahal niat nya membuat Shena luluh malam ini tapi ia juga malah termakan dengan rencana nya.

"I found a lover, to carry more than just my secrets
To carry love, to carry children of our own"

Sudah beberapa menit, sampai pada melodi petikan gitar menuju part terakhir, Tapi seluruhnya dibuat kaget sekaligus terharu karena melihat seorang laki laki yang tiba tiba melamar pasangannya di tengah kerumunan penonton.

Shena yang melihat itu tak bisa menahan kesenangan nya, adegan romantis yang terjadi di tengah lagu mereka.

"Baby, I'm dancing in the dark
With you between my arms"

Semuanya bersorak meriah dan bertepuk tangan disaat perempuan itu menerima lamaran itu.

"Barefoot on the grass
Listening to our favorite song"

Para penonton kini fokus pada kejadian manis yang baru saja terjadi, Shena membalikkan tubuhnya berhadapan dengan gitaris nya yang tak henti melempar senyum ke arahnya.

"I have faith in what I see"

"Now I know I have met an angel in person"

Mata mereka bertemu, saling memuji satu sama lain lewat tatapan.

"And-

"She"

"He"

"- Looks perfect"

Lagu itu bukanlah semata untuk sekedar dinyanyikan di bawah langit kemerahan saat ini, Mereka saling mengungkapkan lewat lagu itu.

"I don't deserve this.."

"..You look perfect tonight"

Tanpa mereka sadari, anak sekolah malah sedang sibuk membicarakan mereka.

"Lo udah liat base sekolah belum? ada anak dari SMA kita lagi manggung"

Vee mencoba menciptakan suasana baru tapi keempat temannya malah bersikap biasa saja, karena itu memang hal yang biasa saja.

"Di Rought Sea Restaurant "

Pfttt

Mereka tercengang, Arla yang hampir tersedak, meletakkan kasar susu dinginnya ke meja "Gila?!, gue mau masuk kesana aja kayaknya perlu mikir 17 kali"

Reyna yang daritadi diam mulai tertarik dengan perbincangan mereka "Cakep ga?"

Laven memutar matanya malas mendengar itu.

"Udah ada pawang, itu tampil berdua sama pacarnya"

"Oh my god, they're so sweet, let me see" Ucap Arla lebay sambil mengambil hp di tangan Vee dan menyipitkan matanya melihat satu video yang baru saja di unggah di base sekolah.

"Tunggu, ini kan - Ralvin?"

Zea yang baru saja akan membuka hp nya untuk melihat itu terhenti sejenak.

"Yang bener aja lo?" Vee yang tak memperhatikan dengan jelas tadi mengambil kembali hp nya dan mengecek video itu, dan benar apa yang di bilang Arla.

Zea dan yang lainnya langsung ikut mengecek hp nya, tweet itu sudah ramai padahal belum lama diunggah oleh salah satu anak sma mereka yang kebetulan ada disana.

Arla menyenggol bahu Zea "Udah pernah diajak manggung sama kak mantan belum?"

Menyebalkan.

Disisi lain, anak band juga sedang berjulid di tempat tongkrongan nya

"Ikut kumpul ga bisa, giliran ngajak main anak cewe langsung tancap gas" keluh Seven.

"Emang bener bener tuh anak"

"Cemburu lo? sana jadi pacarnya Ralvin" Celoteh Raden.

• • •


Senja mulai membiru, air laut semakin surut kala sang surya mulai menghilang, deru air ombak terdengar menyapu hamparan pasir. Sangat terlambat jika ingin bertemu sang surya, kini telah tergantikan oleh Purnama yang bersinar ditemani bintang bintang.

Shena berlari kecil di jembatan pembatas yang dibuat di atas hamparan pasir, sesekali memberhentikan langkahnya untuk melihat ke belakang, menunggu Ralvin yang berjalan dengan santainya.

Bosan berdiri, Shena naik ke atas pembatas jembatan yang dibuat dari kayu itu dan duduk disana sambil menggoyang goyangkan kedua kakinya. Ralvin berasa sepertinya mengajak seorang anak kecil main ke pantai.

"Awas jatuh" Satu tangan Ralvin melingkar di pinggang Shena.

Shena menggeleng, memperlihatkan sedikit gigi putihnya "Kak, bulannya cantik" Ucap Shena sambil menunjuk ke langit malam.

Ralvin berbalik dan memilih bersandar pembatas jembatan menatap Purnama total yang bersinar hari ini, kedua empu itu menatap nya beberapa lama.

"Makasih ya buat hari ini" Desiran angin berhembus bersamaan dengan ucapan Shena tapi Ralvin masih bisa mendengarnya dengan jelas.

"I wanna hug you so tight, kak"

"You don't need a permission, na" Ralvin beranjak untuk berdiri di hadapan Shena yang masih duduk di pembatas jembatan, Perempuan itu langsung melingkarkan kedua tangannya di pinggang laki laki itu, menyandarkan kepala nya di dada Ralvin.

Tangan Ralvin yang awalnya berada di Rambut Shena kini turun untuk memeluk pinggang kecil Shena dan menengelamkan wajahnya di leher putih Shena, Cukup lama sampai tangan Shena pindah ke bahu Ralvin dan mendorong nya sedikit.

"Kak, geli"

Kini Wajah Ralvin berada di depannya sambil terkekeh pelan bersama dengan itu lampu penerang warm kuning yang menjadi satu satunya penerang di sekitar mereka tiba tiba mati, tapi tidak ada yang masalah dengan itu, keduanya masih enggan beranjak.

Wajah Ralvin mulai mendekat sampai hidung mereka bersentuhan, tangan Shena mengusap pelan bahu Ralvin "I can't see your face"

Ralvin mengecup pelan bibir Shena tanpa izin membuat jantung pemilik berdetak tak karuan.

"Close your eyes, just taste"

Bibir mereka bertemu, entah siapa yang memulai duluan, keduanya sama sama menikmati sentuhan yang kini menjadi lumatan pelan, Ralvin merasakan setiap sudut bibir Shena, terus memberi lumatan erotis pada bibir kecil itu, jari jemari Shena mengusap rambut fluffy Ralvin menandakan sang empu juga menikmati nya.

They're kisses, slowly, under the moonlight.

Ralvin sempat menjauh, memberi jeda pada kegiatan mereka, Shena langsung menunduk tak ingin Ralvin menatap langsung wajahnya "Nanti dilihat orang.."

"Disini gelap, sayang" Ralvin mengangkat dagu Shena untuk menatapnya kembali, memiringkan sedikit kepala nya dan kembali menciumi bibir manis perempuannya.

Wushh..

"Hmpp.." Hembusan angin malam berhasil mengangkat rok pendek yang Shena gunakan, membuatnya kaget dan langsung menutup bawahannya, satu tangannya lagi ia gunakan untuk menutup kedua mata Ralvin.

Ralvin yang menyadari itu langsung tertawa pelan membuat Shena memindahkan tangannya utnuk mencubit pelan perut Ralvin.

"Malesin ah, malu tau" Wajah Shena memerah entah karena malu atau kegiatan tadi, padahal ciuman mereka bisa jadi lebih panas dari sebelumnya tapi semua dikacaukan hanya karena angin sialan ini.

Ralvin melepaskan jaket yang ia lingkarkan di sekitar pinggang Shena dan memakai kan
nya di bahu Shena karena angin malam di pantai ini sudah mulai menusuk nusuk kulit.

Mereka lalu melangkah ke tengah pantai yang minim Cahaya, tapi sinar bulan hari ini sangat terang membuat siapapun betah berdiam di bawahnya.

Keduanya duduk di hamparan pasir, desiran ombak mengisi pandangan mereka. Tidak ada yang mencari keindahan laut saat gelap ,Tapi malam ini, dibawah langit malam dan cahaya bulan rasanya siapapun mungkin akan menyesal jika tidak menikmatinya.

"Kakak sering kesini kalau malam, ya?"

"Iya, dulu"

"Sendirian?"

"Sama Zea"

".. o-oh" Shena seketika langsung menutup mulutnya, Ralvin menyebut langsung nama perempuan itu tidak peduli sang lawan biacara tau atau tidak tentang Zea nya.

Sadar ia bukanlah orang pertama yang dibawa kesini untuk melihat indahnya laut malam.

Dibawanya kepala kecil itu untuk bersandar di bahu Ralvin, Shena melipat lututnya kala angin dingin berhembus membuat rok nya sedikit tersibak keatas, tak lagi menutupi kaki mulus nya.

Ralvin hilang fokus, matanya melihat bekas kemerahan terpapang jelas di atas paha putih milik Shena.

Sebuah sayatan, lagi.

"You hurt yourself, again?"

Shena sontak mengangkat kepala nya dan menutupi bekas luka yang sempat Ralvin lihat itu, padahal sudah coba ia sembunyikan kenapa bisa ketahuan.

"Maaf.." Lirih Shena "Kalau di tangan, kelihatan"

"Na.."

Shena memotong sebelum Ralvin melanjutkan "Aku lagi banyak pikiran akhir akhir ini"

Angin malam bertiup menerbangkan beberapa helaian Rambut Shena, Pelukan hangat terasa di pinggangnya. "Tolong—berhenti, ya?" Suara Ralvin lembut bersama dengan deru nafas pelan tepat di dekat telinga Shena.

Nafas Shena tertahan beberapa detik, sedikit menengadah untuk menatap langit hitam dari sini "Tapi rasanya lega, kak" ia Memgusap pelan lengan Ralvin yang berada di pinggangnya "Ga semua orang kuat jalanin hidup yang makin lama makin berantakan , i just need—release"

Shena menyandarkan kepala nya di bahu lebar itu "Pasti sulit kan jalin hubungan sama orang yang punya banyak masalah" tawa hambar ia keluarkan, mata yang sedari tadi menatap indahnya bulan malam ini perlahan ia pejamkan "Maaf, ya?—" Pelukan itu mengerat, ia meremat pelan ujung jaket yang Ralvin gunakan "Maaf karena hidup aku berantakan"

Kalimat itu keluar bersamaan dengan hembusan angin pantai malam ini, tapi masih bisa ia dengar dengan jelas, laki laki itu mengusap lembut rambut pirang yang sedikit bertebangan itu, tak ingin membiarkan nya berantakan sedikitpun.

"Justru itu" Jari Ralvin bergerak menyusuri surai kecoklatan milik perempuannya "Justru karena itu— gue disini, buat perbaiki semuanya"

Sebuah kalimat yang berhasil menghangatkan hati Shena, Ralvin memutar badannya untuk duduk berhadap hadapan dengan Shena "Berhenti lakuin hal sialan itu" Ralvin memegang kedua tangan Shena yang pernah berisi goresan goresan kecil yang kini sudah memudar "Jangan sampai ego kamu malah buat fisik kamu ikut sakit" Ralvin mengusap mata Shena yang sudah berlinang hanya karena kalimat darinya.

"I don't wanna see my girl getting hurt, bahkan jika luka sialan itu dibuat oleh kamu sendiri, i fuckin hate your decision,na" jemari itu bergerak mengusap rambut kecil yang menutupi kening Shena " I'm your boyfriend now, dont act like you don't have someone to wipe all your tears, na.. I'm here"  

"Jangan hancur sendirian, lo punya gue"

Shena mengangguk lemah sambil mengeratkan pelukannya. Mengusap pelan pipinya.

"Kakak suka banget, ya? bikin aku nangis"





Continue Reading

You'll Also Like

406K 29.9K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
725K 67.7K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
719K 57.9K 62
Kisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu ba...
133K 13.3K 25
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...