kilas balik Svarga dan Satya

By penaaputihk

54.6K 7.2K 883

[ SEASON 2 OF "Satya dan 67 hari" ] Melanjutkan kisah dari Satya dan 67 hari terakhirnya yang belum tuntas... More

Selamat datang kembali
Prologue: Kilas balik
01: Mahesa Danendra
02: Masa kecil penuh penderitaan
03: Mahesa dan Alya
05: "Aku nggak punya ibu."
06: Little Promise
07: Where are u? hesa.
08: bunga tulip putih
09: Alasan
10. 12 tahun berlalu
11: Dia harus tau
12: pesan terakhir
13: Dia yang berkorban
14: pemberian berharga
15: Sang pendonor
16: ucapan terimakasih
17: Ricky
18: apa yang terjadi?
19: terungkap
20: 2 anak penimbul masalah
21: masih merindukannya
22: Langkah awal dari sebuah rencana
23: "Buktikan saja!"
24: Perselisihan
25: Tetap menerimanya
26: Dia masih ada
27: rahasia besar yang terungkap
28: kabar buruk
29: tak mau kehilangan
30: berjanji
31: Rahasia besar
32: announcement

04: Permintaan maaf yang menggemaskan

2K 332 87
By penaaputihk


****

-Kilas balik Svarga dan Satya-


"Kalau aku bisa menentukan takdir, aku tidak mau lahir didunia ini."










"Jangan main sama gadis kecil itu, papahnya preman."

"Iya, uang kerja ayah ku selalu dipalak sama ayahnya dia."

"Jahat banget, jangan ditemenin."

Seorang gadis kecil mengepalkan tangannya sekuat tenaga, berusaha menahan diri dari rasa emosinya sendiri. Beberapa cemooh yang dilontarkan teman-teman sebayanya membuatnya hampir saja kehabisan kesabaran.

Padahal, ia hanya lewat didepan para anak gadis seusia dengannya saja tapi malah mendapatkan olokan yang tidak enak didengar.

"Yang jahat itu ayah aku! bukan aku!" Teriak tak tertahankan Alya kepada beberapa anak perempuan didepannya yang memandangnya dengan pandangan mengasingkan.

Beberapa anak tersebut nampak terkejut, saling berpandangan satu sama lain. Kemudian mereka semua menertawakan Alya ramai-ramai.

Air mata Alya sudah hampir turun, "Kalian semua anak-anak jahat! siapa juga yang mau main sama kalian, huh!" runtuhnya seraya menendangkan kakinya ketanah.

Setelah berkata sedemikian rupa, Alya berbalik badan dan meninggalkan para anak gadis itu. Ia berlari menjauh.

Alya berlari menuju sebuah taman yang jaraknya tidak jauh dari pemukiman kota, disana, gadis kecil itu menangis. Menangis seraya memandang pemandangab dari balik pemukiman kota yang diharapkannya dapat meredakan rasa sakit hati dan kesalnya.

Ia tidak tahu ini tempat apa, tapi taman ini sangat cocok untuk menyendiri.

Tidak salah apa yang diucapkan oleh anak-anak gadis itu, ayahnya memang jahat. Diusia Alya yang baru 5 tahun, ia sudah paham jelas bagaimana sikap ayahnya selama ini memperlakukan ibunya dan dirinya.

Omongan tersebut tidak bisa dibantah, tapi memang benar apa adanya.

Siapa yang tidak tahu Pak Romy, ketua preman di daerah tersebut yang kesangarannya sudah diakui oleh orang-orang. Mereka merasa segan hanya dengan memandang wajah Romy saja.

Bukan hanya pada orang-orang saja, tak terkecuali Romy juga bersikap keras kepada keluarganya. Terutama kepada ibu Alya, cinta.

Terkadang, anak gadis yang berusia 5 tahun itu selalu berpikir, apa ibunya mencintai ayahnya juga? kenapa ibunya bisa setahan itu menghadapi Romy. Kalau Alya diposisi ibunya, sudah dipastikan ia tidak akan mau hidup dengan pria seperti ayahnya.

Ia memang anak kecil, tapi bukan berarti Alya tidak paham dengan perasaan dan kondisi ibunya selama ini.

Alya tau, ayahnya itu sering menduakan ibunya, Romy sering bermain perempuan lain, dan selingkuh. Yang lebih parahnya lagi, Pria itu sama sekali tidak mau mencari nafkah untuk keluarganya. Yang ia lakukan hanyalah bersenang-senang pada kehidupannya saja dan menghamburkan uang hasil kerja dan jerih payah ibu Alya.

Karena itu, Cinta lah yang jadi harus banting tulang berkorban mencari nafkah untuk keluarganya.

Alya selalu berkata kepada ibunya, "ibu, ayok kita pergi tinggalin ayah aja. dia kan jahat sama kita."

Tetapi cinta selalu mengelak, wanita itu tetap tidak mau meninggalkan suaminya. Meskipun sampai ribuan rasa sakit yang ia rasakan, cinta tidak akan pernah meninggalkan Romy. Kecuali saat ia mati nanti.

Entahlah, Alya belajar 1 hal yang ia dapatkan dari ibunya. Kesetiaan.

Seburuk apapun pasangannya, semenyakitkan apa penderitaan yang ia berikan, kalau kita mencintai nya dengan begitu tulus, semua itu tidak ternilai. hanya 1 yang ada dalam pikiran kita, tetap bertahan mencintainya. Itu memang terdengar bodoh, Terkadang, cinta memang selalu dibutakan.

Alya masih larut dalam rasa kesalnya, gadis itu mengambil sebuah batu didekatnya, kemudian melemparnya dengan sekuat tenaga kearah depan. Ia ingin melampiaskan kesalnya.

Tapi tiba-tiba,

Tuk!

"Aduh."

Terdengar suara lirihan seseorang, Nampaknya batu tersebut mengenai orang yang tidak diketahui siapa dia dan entah berada dimana.

Tubuh Alya membeku, ia panik. ia tidak memikirkan kalau batu tersebut bisa mengenai sembarang orang.

"Hei, siapa itu yang udah nimpuk batu ini?" Tanya orang tersebut.

Bukannya menjawab, justru Alya malah lari terbirit-birit pergi meninggalkan taman tersebut.

"Maaf, ya! aku nggak sengaja!" Teriak Alya sambil berlari meninggalkan taman itu.

Namanya juga anak kecil, tidak berpikir panjang. Alya hanya takut, jika orang yang terkena timpukan batu tersebut marah kepadanya atau mengadu kepada orangtuanya.

Sungguh, ia tidak sengaja. Niat Alya hanya ingin melempar batu tersebut untuk meluapkan kekesalannya atas cemoohan anak-anak gadis itu tadi.

Alya berharap orang tersebut tidak marah, entah siapapun itu, Alya sangat meminta maaf. Bahkan ia pun tidak tahu siapa orang yang terkena batu tersebut.

Tapi jika didengar dari suaranya, Suaranya terdengar seperti seorang anak laki-laki.

Apa ia juga sedang bermain ditaman tersebut? Tapi, taman itu kan sangat sepi. Rumputnya juga panjang-panjang, untuk apa anak lelaki itu bermain ditaman itu?

"Apa jangan-jangan itu hantu?" Pikir Alya.

Setelah merasa sudah agak jauh dari taman itu, Alya merasa sedikit lega. Tetapi...

"Dar!"

"Aaa! buyung puyuh palanya benjol!" Latahnya terkejut.

Bocah lelaki didepannya itu tertawa lepas melihat respon Alya yang terkejut.

"Ih! Mahesa!" Celoteh Alya kesal.

"Jadi dari tadi kamu ya!" Hardik Alya.

Mahesa menghentikan tawanya, memiringkan kepalanya bingung.

"Aku? apa?" bingung Mahesa.

"Yang tadi ditaman itu, eum...yang kena timpukan batu."

"Kamu?" Tanya Alya lagi.

Mahesa mengernyit, kemudian menggelengkan kepalanya.

"Nggak, ditaman mana? aku baru aja dateng kok. Dari tadi aku nyariin kamu." Jawab Mahesa.

Alya terdiam, ternyata bukan Mahesa. Jadi siapa anak laki-laki ditaman tersebut.

"Emangnya kenapa?" Tanya Mahesa lagi.

Alya memandang Mahesa, dari raut wajahnya terlihat cemas.

"Ta-tadi ditaman itu, aku nggak sengaja lempar batu, dan kena orang yang ada ditaman itu juga." Ucap Alya berkata jujur.

"Ditaman yang mana?" Bingung Mahesa.

"Eum, itu ditaman samping kota. Yang ada kincir angin." Jawab Alya.

"Oh, taman itu. Kata papah ku, itu taman hantu." Ucap Mahesa.

Mata Alya melebar karena terkejut. "Hah? Taman hantu? masa sih!"

"Lagian kamu ngapain ketaman itu, itukan tamannya sepi." Sarkas Mahesa.

"Terus gimana dong?" Bingung Alya.

"Apanya yang gimana?" Bingung Mahesa makin tak mengerti.

"Aku lempar batu, dan nggak sengaja ketimpuk orang." Jelas Alya.

"Bukan orang kali, tapi setan taman itu." Sahut Mahesa santai.

"Ih!" Alya menggebuk pelan Mahesa karena kesal.

"Ngawur, mana ada setan siang-siang." Celoteh Alya.

"Ada, kalo setannya nggak takut matahari. heheh." Ucap Mahesa seraya tertawa.

"Tapi serius, hesa. Apa aku minta maaf aja ya sama anak itu?" Ucap Alya lagi.

"Tadi kenapa nggak langsung minta maaf pas kamu abis nimpuk dia?" Kini Mahesa yang membalikan pertanyaan.

Alya tersenyum malu, "A-aku takut, makanya lari, deh."

"Heuh, dasar." Umpat Mahesa.

"Yaudah minta maaf aja, ayok aku temenin." Ajak Mahesa.

"Kata papah aku, kalo kita punya salah, lebih baik minta maaf."

Alya mengangguk, membenarkan juga ucapan Mahesa. Setidaknya, ia harus meminta maaf secara langsung kepada anak itu.

"Temenin aku ya." Ucap Alya.

Mahesa mengacungkan jempolnya bertanda setuju.

Setelah sepakat, Alya dan Mahesa kembali lagi ketaman tersebut untuk Alya meminta maaf kepada anak tersebut.

Semoga saja, anak itu masih ada disana. Dan semoga saja, anak itu beneran anak manusia.

Sesampainya mereka berdua ditaman ini, Alya langsung mencari keberadaan sumber suara yang beberapa waktu lalu Alya dengar.

"Dimana anaknya, Al?" Bingung Mahesa.

"Nggak tau, tadi sih aku dengernya disekitar sini." Jawab Alya.

Mereka masih mencari anak tersebut, Alya ingat jelas bahwa suara itu terdengar dari arah dirinya berada sekarang. Tapi disekitar sini ia dan Mahesa tidak menemukan siapapun.

"Yah, kok anak itu nggak ada ya?" Lirih Alya sedih.

"Udah pulang kali." Jawab Mahesa.

Benar juga, Apa anak itu sudah pulang, ya? Tapi Alya belum meminta maaf. Gadis kecil itu masih merasa bersalah.

Bayangkan saja, terkena timpukan batu yang dilempar dengan sekuat tenaga pastinya sangat sakit. Tidak mungkin jika anak tersebut tidak terluka setelah terkena timpukan batu itu.

Alya terduduk sejenak diatas rumput taman ini, sedikit berpikir. Mahesa pun ikut duduk disamping Alya.

"Kayanya, anak itu udah pulang deh." Ucap Alya.

"Pasti, kayanya palanya juga benjol." Tambah Mahesa lagi.

Alya semakin merasa bersalah, seharunya tadi ia tidak lari. Tapi meminta maaf langsung pada anak itu.

Pandangan Alya mengintai taman ini, tepatnya pandangannya terhenti pada pohon besar disamping dirinya. Matanya menyipit, seolah memperjelas pandangannya.

Alya bangkit, kemudian ia berjalan mendekati pohon tersebut.

Pohon tersebut terdapat ukiran nama, tetapi baru setengah dibuat dan nampaknya belum sepenuhnya jadi.

"Sat..." Lirih Alya membaca dengan pelan ukiran nama yang terdapat dipohon besar tersebut.

Ukiran nama tersebut terhenti disana, pada kata Sat. Tapi apakah benar ini ukiran nama seseorang? Lalu apa benar anak itu yang membuatnya?

"Hesa, menurut kamu, ukiran ini baru dibuat atau udah lama?" Tanya Alya pada Mahesa.

Mahesa menghampiri Alya, kemudia melihat juga ukiran nama tersebut.

"Ini kayanya baru dibuat, Soalnya keliatan ukirannya masih baru." Jelas Mahesa.

Alya tersenyum sekilas, berarti benar. Anak itu yang membuatnya.

Nampaknya ukiran nama itu belum selesai terbuat karena mungkin anak yang mengukir namanya tersebut terkena timpukan batu Alya, yang membuatnya menghentikan ukirannya kemudian pergi dari taman ini.

"Emangnya kamu yakin itu ukiran nama? kalau itu kata lain gimana?" Elak Mahesa.

"Kata lain apa lagi dong?" Jawab Alya bingung.

"Bisa aja itu, Sat yang artinya, Satu..."

"dua..tiga..."

"Siapa tau anak itu baru belajar ngitung kan." Ucap Mahesa dengan santainya.

"Cih, nggak mungkin ah!" celoteh Alya.

"Kayanya sih ukiran nama yang belum selesai ditulis, deh."

"Kalau ini  bener ukiran anak itu, aku ukir kata maaf juga deh disamping nama anak ini. Supaya nanti kalau dia kesini lagi, dia bisa baca tulisan maaf ini dari aku." Usul Alya.

Mahesa mengangguk, "Setuju, gitu aja dulu."

Alya langsung mencari benda runcing disekitarnya yang bisa mengukir sebuah tulisan dipohon ini. Ia menemukan sebuah pecahan beling, dan langsung mengukir permainan maaf tepat disebelah nama anak tersebut.

Setelah selesai mengukir kata maaf tersebut, Alya dan Mahesa memutuskan untuk pulang. Keduanya berharap anak yang dimaksud Alya kembali lagi ketaman ini untuk melihat ukiran permintaan maaf dari Alya yang terukir juga disamping namanya.



Keesokan harinya, seorang anak berjalan menghampiri sebuah taman terpencil dikota yang terdapat kincir angin yang menjadi icon utama taman tersebut.

Anak lelaki itu mendekati sebuah pohon ditaman tersebut, alisnya hampir menyatu karena bingung, keningnya mengkerut.

Agak terkejut saat melihat sebuah ukiran kata lain disamping ukiran namanya yang belum selesai terbuat.

Anak tersebut membaca kalimat yang terukir jelas dipohon ini, tepatnya disamping ukiran namanya.

Maaf, ya. aku nggak sengaja.
-Alya-

Anak lelaki tersebut tersenyum tipis, kemudian memegang bekas luka dikepalanya yang masih terbalut dengan perban.

Ia menyentuh ukiran nama dan perkataan maaf itu, lalu tersenyum hangat melihatnya.

"Alya..."

"Namanya, Alya..."







bersambung...







****









menurut kalian, siapa bocah yang Alya timpuk palanya pake batu? 😭

kebayang nggak siapa orangnya? siapa bocah yang tau tempat persembunyian alias taman itu? coba kalian inget-inget lagi, selain Mahesa dan Alya, siapa lagi yang tau tempat itu?

jangan-jangan... 🤡🤡




Continue Reading

You'll Also Like

25.6K 4.6K 47
Judul sebelumnya CHAT STORY + After All Dah langsung baca aja yah. ✓ Jangan di lompat-lompat bacanya karena nyambung. Hyeonjin as You • Jungwon Enhyp...
3.1K 1.1K 25
[COMPLETED] Dunia Magic yang menceritakan persahabatan sekelompok pelajar yang masuk kedalam dunia roh, mereka mencoba menarik kembali kedua sahabatn...
1.5M 7.1K 10
Kocok terus sampe muncrat!!..
1K 91 21
Angkasa, kamu lupa tentang satu hal. Dari banyak hal sederhana yang kamu lakukan untuk semua orang disekitar kamu. Dari banyaknya cerita atas luka or...