NIRVANA

By dangerouv

4.6K 1.4K 987

More

0
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
24
25
26
27
28
29
30
31

23

128 66 90
By dangerouv

Cahaya matahari masuk menebus dataran bening itu. Gorden besar di kamar Ralvin sudah terbuka lebar, sengaja agar pemilik kamar itu mengetahui kalau matahari sudah menampakkan dirinya.

Ralvin menutup mata dengan lengannya kala sinar itu menganggu tidurnya. ia menyingkirkan selimut tebal di atas badannya, padahal ia sama sekali tidak memakai selimut tadi malam. Dirasa nyawanya sudah terkumpul, Ralvin bangun dan melangkah keluar sambil melakukan sedikit beregangan, jaga jaga agar tidak keram. Ayolah, Ralvin pernah tidak sekolah cuma karena keram mendadak pagi hari.

Suara berisik dari arah dapur menjadi titik fokusnya. Ralvin mengukir senyum mengetahui adik kelasnya ini sedang repot sendiri di dapur itu. Entah sejak kapan perempuan ini bangun, yang Ralvin ingat mereka bercerita sampai malam suntuk.

"perlu dibantu?"

Shena menoleh, ia lagi berjinjit untuk mengambil garam yang diletakkan di atas lemari, tidak tinggi, tapi ya, Shena bukan gen titan seperti itu.

"kak, kenapa bangun? aku belum selesai masak.."

Ralvin mengulurkan tangannya untuk mengambil garam itu dan memberikannya pada shena "oh gaboleh bangun?"

"ya engga gitu.."

"aku mau kakak langsung sarapan, kalo sekarang, sarapan nya belum jadi" Shena menaburkan garam itu pada panci di atas kompor

Ralvin mengukir senyum tipis, menurutnya perhatian shena itu lucu.

Ralvin membuka kulkas untuk mengambil susu kotak yang berjejer disana dan langsung meneguknya seperti biasa. entahlah, dibanding cola atau minuman lainnya Ralvin lebih memilih susu. Dari kecil mama selalu ngomel kalau Ralvin lupa minum susunya. Jadi sampai sekarang ia terbiasa menyetok banyak susu.

"Ck kak jangan gitu.."

Ralvin berhenti minum dan mengangkat satu alisnya, menanyakan maksud perempuan ini.

Shena melangkah untuk mengambil gelas dan mengambil susu di tangan Ralvin. Shena menuangkan susu itu ke dalam gelas.

"Pake gelas minumnya" celoteh Shena dan meneguk sekali susu di gelas itu, membuktikan kalau Gelas lebih menarik daripada minum langsung.

Ralvin yang melihat itu terkekeh pelan, lalu perlahan berjalan mendekat dan mengusap sisa susu yang berada di sudut bibir Shena. Tanpa kata kata lagi Ralvin beranjak pergi meninggalkan Shena yang masih menengang.

aaa my heart..

Shena menggeleng geleng pelan, ia meletakkan kembali gelas itu dan mencoba fokus melanjutkan aktivitas masak nya.

Sekitar 15 menit Shena sudah selesai dan hidangan makanan itu sudah tertata Rapi di meja makan. Shena mencari keberadaan Ralvin yang daritadi hilang dari pandangannya.

Ternyata Ralvin sedang bermanja manja sama gitarnya di ruang tengah. Saat shena mendekat, ia mendengar petikan melodi yang tidak asing baginya.

Imagination- Shawn mendes.

Lagu yang pernah sangat terkenal dulu itu kini dimainkan oleh Ralvin. Menurutnya itu adalah lagu wajib kedua seorang gitaris setelah love yourself.

"can i sing?"

Ralvin tersadar Shena kini duduk di sampingnya, tersenyum manis menunggu jawaban darinya.

Ralvin membalas senyuman itu.

"sure"

Melodi intro itu dimainkan, mengisi seluruh ruangan ini.

Shena menghela nafasnya pelan, bersiap untuk menyayikan lirik itu.

Oh, there she goes again
Every morning it's the same..

You walk on by my house
I wanna call out your name

Mata mereka sempat bertemu, membuat Shena langsung gugup dan Ralvin sepertinya tertawa di dalam hatinya.

I wanna tell you how beautiful you are from where I'm standing
You got me thinking what we could because

Ralvin akui suara shena benar benar seindah itu. Benar benar lembut menyapa indra pendengaran nya.

I keep craving, craving, you don't know it but it's true
Can't get my mouth to say the words they wanna say to you

Shena tidak mengalihkan sedikit pun pandangannya pada Ralvin. Tetap terfokus pada Ralvin yang menatap senar senar gitarnya. Shena tak henti tersenyum.

This is typical of love
Can't wait anymore, I won't wait
I need to tell you how I feel when I see us together forever

Ralvin memberi jeda pada pergantian menuju Reff nya. Shena menutup matanya perlahan.

In my dreams you're with me
We'll be everything I want us to be

And from there, who knows?

Maybe this will be the night that we kiss
for the first time..

Or is that just me and my imagination?

Jika bisa, mungkin Shena ingin mengobrol sebentar dengan tuan ShawnPasalnya kisahnya benar benar ter copy jelas dalam lirik liriknya.

.

.

.

Cuaca sedikit mendung, entah kenapa akhir akhir ini selalu mendung. Zea memasukkan baju bajunya ke dalam koper. Sejak saat itu ia memutuskan pergi dari rumah dan tinggal sama mama. Ia selalu ingat raut kecewa mama ketika ia bercerita semuanya.

Zea nekat datang kerumah ini lagi untuk mengambil sisa barang yang tidak sempat ia bawa, Papa tidak ada di rumah kalau pagi, jadi ia memutuskan datang pagi pagi kesini.

Zea mengerutkan kening saat melihat sebuah awards sash hitam dengan hiasan crystal perak di setiap sudut nya terjatuh dari atas lemari nya.

Zea mengambil nya, membaca kalimat yang dituliskan di dalam sana.

"best couple of the years"

Memori itu seketika terlintas di pikirannya. tahun lalu, dimana penghargaan ini diberikan kepada Zea dan Ralvin.

Zea masih ingat jelas gimana suara sorakan dan tepukan itu terdengar dari segala sisi ketika ia melangkah ke depan dan laki laki yang menjadi pasangannya itu sudah menunggu di atas panggung sambil tersenyum.

Ia memeluk benda hitam yang menjadi saksi kalau hubungan mereka pernah sebahagia itu.

Lucu deh, pasangan terbaik ini sudah karam.

...

"dugh!"

Sera meringis karena punggung nya terbentur tembok cukup keras

2 orang laki laki tengah menyudutkan nya di pojok parkiran gedung mall ini, satu tangannya di pegang erat agar ia tidak mencoba kabur, sera yakin pergelangan nya  memerah setelah ini.

"lepas!"

Laki laki di hadapan nya mencengkram dagu Sera dan membuat sera mengangkat kepala nya untuk menatap matanya.

"udah lewat berapa bulan ini?"

Sera menggeleng agar laki laki itu melepas dagunya tapi nihil, Sera rasanya ingin menangis.

"a-aku janji bakal bayar semua"

"mana uangnya? dasar jalang" cengkraman itu berganti menjadi tamparan kecil pada pipinya.

"tau kan akibatnya kalau gabisa bayar?"
laki laki itu menarik pinggang sera sampai berhimpit, sera sangat jijik pada dirinya sendiri. Ia berharap seseorang lewat dan melihat nya. Jika ia berteriak sekarang apa akan memperburuk keadaan?

please

anybody

"Pilih mana?"
Sera menggeleng tidak ingin menjawab ia mengutuk nasibnya kenapa harus sampai seperti ini.

"kalian ngapain?"

Sera merasa tuhan mendengar doanya. Laki laki itu langsung mundur selangkah dan menatap tajam pada seseorang yang baru saja datang.

sera melihat laki laki dengan tampilan casual yang lagi menatapnya datar seperti mencari jawaban.

astaga, kenapa harus dia..

itu Ralvin ,teman sekelasnya, laki laki yang sudah ia rebut bahagianya.

Ralvin mengusap tengkuk nya sendiri, ia cuma ingin pulang sehabis mencari beberapa barang di mall ini, ada aja fuckin trouble yang menghambat nya.

"oh laki mojok mojokan? by the way, itu mobil gue yang lagi nutupin kalian. lain kali cari tempat yang bagus dikit"

Laki laki di hadapan sera berbalik dan melangkah mendekat ke arah ralvin.

"bocah gausah ikutan"

Ralvin tetap santai, bukannya malu tapi laki laki di depannya malah mau cari ribut

"siapa yang mau ikutan, saya cuma mau ambil mobil. Kasian tuh cewe sama dua orang aja udah risih, masa mau nambah jadi tiga?"

Laki laki itu geram, sementara sera menganggap ini sedikit lucu.

Baru saja laki laki itu ingin menarik kerah ralvin tapi 2 security terlihat sedang melangkah ke tempat mereka.

"sialan" Kedua laki laki itu langsung memakai masker nya dan kabur dari arah belakang agar jejaknya tidak terlihat.

Untungnya Ralvin sempat memanggil security untuk kesini sebelum menegur mereka.

Jika kalian pikir Ralvin bakal repot repot baku hantam di tempat ini, ya salah besar. Ralvin itu suka damai. Ogah banget kalau alurnya harus pukul pukulan.

Sera melangkah mendekat tapi tidak berani menatap Ralvin, mau ditaruh dimana muka sera setelah ini.

"thanks"

"buat yang tadi"

"ya" Ralvin melangkah pada mobilnya yang daritadi jadi tujuan nya tapi ia berpikir, malam ini sedang hujan masa ia akan meninggalkan perempuan ini sendirian dengan keadaan sera yang baru saja hampir diancam bahaya.

Setelah membuka pintu mobil, Ralvin  menoleh pada sera yang masih berdiri di belakangnya.

"bareng?"

Gapapa ralvin, gapapa. Nolong orang jangan setengah setengah.

Sera masih terdiam setelah tawaran itu, ia bisa saja memesan grab untuk pulang malam ini tapi sera masih trauma dengan kejadian barusan. Ia takut bertemu dengan orang itu lagi, kalau sama Ralvin pasti aman kan?


Sera akhirnya menerima tawaran itu, kini mereka duduk dalam satu mobil dibawah derasnya air hujan. Jujur Sera tidak mengerti dengan pikirin ralvin kenapa membantunya sampai begini. Kalau mau harusnya ia bisa tinggalkan saja sera disana.

"berdarah"

Pikiran nya buyar kala ralvin menunjuk lutut nya sendiri yang mengeluarkan darah cukup banyak. Ia bahkan baru sadar akan hal itu

"tadi gue coba lari, terus jatuh" jawab sera menjelaskan

"perlu diobatin?"

"nanti aja"

Ralvin hanya mendengarkan, tak lama kemudian ia memberhentikan mobilnya membuat sera sontak menoleh kebingungan

"vin!" Sera ga habis pikir saat Ralvin keluar dan menerobos hujan untuk pergi ke apotek di tempat mereka berhenti.

Sumpah ini cowo kenapa.

Tak butuh waktu lama Ralvin kembali ke mobil, ia sama sekali tidak peduli dengan bajunya yang basah. Ralvin memberikan kresek berisi kapas dan betadine pada sera.

"lo tuh ngapain, gue bisa obatin dirumah sendiri"

Ralvin memberi sera tatapan malas
"bersihin luka lo, tuh darah ngalir terus, nanti mobil gue kotor. "

Sekarepmu mas.

Ralvin mengambil hansaplast di laci dashboard dan memberinya pada sera
"makasih kek"

"makasih" balas sera langsung.

Ralvin tersenyum puas tapi hanya sebentar.

Sera menurut dan mulai membersihkan lukanya sendiri . Ralvin pun tidak menjalankan mobilnya sampai sera selesai.

"lo ada rencana apa sih ke gue?"

Ralvin tersinggung mendengar pertanyaan itu. Sera benar benar mencurigai nya rupanya.

"udah di dibaikin, tau diri "

" gaperlu baik ke gue, ga logis, lo juga tau yang buat hubungan lo kandas itu gue"

Entah kenapa perempuan ini tiba tiba memikirkan kesalahannya. Ralvin pikir sera tidak akan peduli soal kesalahannya.

Ralvin memang sempat sangat marah pada sera tapi ia merasa semua itu murni karena kecerobohan nya sendiri.

"gue aja ga permasalahan itu, kenapa malah lo?"

Sera menatap ke arah lain. akan lebih wajar kalau Ralvin mencaci maki nya habis habisan saat ini, bukan malah begini. Kalau gini ia jadi bingung sendiri harus gimana di hadapan laki laki ini.


Ga lama akhirnya mereka sampai di rumah sera. Ralvin masih tau dimana letak rumah perempuan itu bahkan tak satupun bertanya pada sera. Membuat sera berpikir Ralvin ini benar benar pengingat yang baik.

Ralvin memasukkan mobilnya pada garasi yang terbuka lebar itu agar sera bisa masuk tanpa harus kebasahan.

"mampir dulu ga?"

"gausah"

"baju lo basah, biar gue cariin baju dulu"

"gaperlu"

"gue ga bakal ngapa ngapain. anggap ini ucapan makasih gue"

Ralvin menghembuskan nafasnya, perempuan ini sangat cerewet rupanya. Ia menuruti nya dan ikut masuk bersama sera ke dalam rumah.

Keadaan rumah itu kosong, hampa. Padahal Konstruksi masih sangat bagus dan seisi rumah tertata rapi tapi tidak ada tanda kehidupan disana. Ditambah hujan deras membuat suasana nya makin mengcekam saja.

Ralvin menunggu di sofa ruang tengah sampai sera datang dan memberikan sweater padanya.

"kebesaran di gue, mungkin lo cukup"

Ralvin menerima sweater itu

"kamar mandi ada di pojok sana, lo bisa-

anjing lo ngapain!"

Sera reflek menutup matanya saat Ralvin dengan santai membuka bajunya di hadapan nya.

"lebay lo"

"ya lo tiba tiba banget?!"

Sera berhenti menutup matanya, tadi ia tidak harus sampai begitu tapi sera cuma kaget aja serius deh.

Baju lengan panjang itu sudah terpakai di badan laki laki ini, Sera tadi sempat melihat tattoo yang ada di tubuh Ralvin

"lo buat tattoo dimana aja sih?"

Ralvin yang lagi ngelipet bajunya ga mikir kalau Sera akan mengnotice ukiran itu.

"tanya zea" jawab Ralvin seadanya.

Sera memutar matanya malas, entah apa saja yang sudah mereka lakukan, Sera tidak ingin bertanya lebih jauh lagi.

Ralvin terkekeh melihat raut wajah Sera yang langsung berubah kala ia membawa nama Zea.

"Kalian sedarah, tapi saling benci.Aneh. "

Lelah berdiri, Sera memilih duduk di sofa sampingnya.

"dia duluan yang benci gue'

"dari dulu Zea gasuka sama gue, gue udah coba buat deket tapi gue sama sekali ga dapet perlakuan baik dari dia"

"lo ga ngerti rasanya dibenci tanpa sebab. freakin annoying "

Ralvin menyimak omongan Sera. Disisi lain, Zea selalu bercerita bagaimana gadis itu mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari orang orang cuma karena sera. Setelah tau dari sudut pandang sera ralvin jadi bingung sendiri, kalau gini semuanya salah.

" benci dibalas benci, kapan selesainya"

"gue cuma seneng seneng"

"iya lo seneng, galiat hubungan gue rusak?"

Sera tertawa pelan, mengingat kejadian malam itu di club.

"ya lo tolol ngapain juga ke clubbing padahal ada pacar, kaget asli gue liat lo"

Ralvin sungguh ingin menarik bibir gadis ini terus dia pellintir.

"lebay ah zea gitu aja minta putus"

"jangan jelekin mantan gue"

"hahaha sensi amat bang"

Ralvin ikut terkekeh karena itu.

"lo asik juga, kenapa waktu punya pacar malah kaku banget, kaya cewe takut di grepe"

Ralvin berdecak "kenyamanan pacar itu lebih penting"

"ampun"

Sera menyudahi tawanya. Ralvin baru tau kalau Sera bisa jadi ceria kaya gini. Padahal tiap ketemua perempuan ini udah kaya medusa aja.

"Lo tinggal sendiri?" tanya Ralvin, ya basi basa aja sih.

"engga, keluarga gue lagi pergi. Biasa lah kalo ada urusan bayar pasti ngilang, gue yang nanggung semua"

Ralvin mengerutkan keningnya mendengar itu.

"bayar apa?"

Sera menghela nafasnya sejenak
"bokap gue suka judi, mending menang, lah ini kalah mulu. Main aja bayar kaga bisa, jadinya ngutang sana sini sampai gue yang jadi korbannya"

"mau gamau ya gue bayarin, daripada gue yang diancam"

Ralvin mengangguk angguk mengerti.

"kalau lo gabisa bayar?"

Sera terdiam sejenak, pertanyaan Ralvin adalah pertanyaan sama yang terus terputar di otaknya.

"Paling bokap nge jual gue" balas Sera santai
membuat Ralvin tercengang tapi tetap kalem padahal pikiran nya mengucap kata 'gila' berulang terus.

Yang bener aja, Sera yang selalu membuatnya naik darah ternyata punya sisi segelap ini.

Ralvin memikirkan bagaimana perempuan ini menjalani hidup dengan keadaan tidak tenang setiap hari, bahkan masih bisanya sera melakukan perbuatan sampah di tengah masalah hidupnya. Oke Ralvin tidak mau nge judge, ia akan membiarkan Sera menjalani karakter villain nya sesuka hati.

The brighter light, so the darker the shadow

.

.

.

Thanks buat 2k nya 💓!!


kak Ralvin ganteng bgt <3




Continue Reading

You'll Also Like

97.9K 16.7K 25
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
1M 84.6K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
77.9K 5.1K 68
Why did you choose him? "Theres no answer for choosing him, choosing someone shouldn't have a reason." - Aveline. ------------ Hi, guys! Aku kepikir...
42.7K 8.7K 11
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...