Dangerous Housekeepers | VoxTo

By Aoihanda

28.9K 2.3K 350

THIS BOOK IS ABOUT VOX AKUMA X SHXTOU Vox itu sibuk. dia kerja sana sini dan milih buat tinggal di rumah sege... More

Chap 1
Chap 2
Chap 4
Chap 5
Chap 6
Chap 7
Chap 8
Chap 9
Chap 10 โค๏ธ
11
12
13 ๐Ÿ’”
14
15
16. ๐Ÿ”ž
17.
18. ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž
special note
19
20
21
22
23
24. ๐Ÿ”ž

Chap 3

1.7K 168 18
By Aoihanda


"Apa kalian pernah melihat asisten baru rumah utama?"


"Heh? Memangnya Tuan Akuma mempunyai asisten?"

"Dua minggu yang lalu seseorang datang kesini sebagai asisten tuan Akuma, dia juga tinggal di rumah utama bersama Tuan Akuma"

"Demi apa? Dia sangat beruntung bisa tinggal di rumah utama.. aku sudah bekerja bersama tuan Akuma selama 5 tahun namun menginjak halaman utama saja belum pernah.. "


Para penjaga rumah Vox, mereka sedang istirahat setelah latihan siang mereka sambil memakan semangka.


"Aku pernah melihatnya sedang menata taman belakang tuan Akuma dan juga membersihkan area latihan tuan Akuma"


"Tuan Akuma latihan kembali?! Ueno-sama bilang kalau tuan Akuma tidak pernah menyentuh ruang latihan semenjak ia lulus dari perguruan tinggi."

"Aku belum pernah melihatnya secara langsung tapi akhir akhir ini Tuan Akuma sudah kembali menata Klan.."

"Berarti rapat besar akan kembali di laksanakan?"

"Mungkin? Oh ya beri tau aku bagaimana asisten baru tuan Akuma terlihat?"

Seseorang melihat jam tangannya. Kemudian berjalan ke arah pembatas antara pagar belakang rumah utama dan area belakang rumah Vox.

Disana ada Shotou yang baru keluar sambil membawa Futon yang lumayan tebal.

Ia menjemur futon tersebut di jemuran khusus dan memukulnya beberapa kali membuat debu berterbangan. Ia juga kembali membawa keranjang yang berisi seprai dan selimut yang baru di cuci.

"Namanya Shotou.. aku mendengar tuan Ueno memanggilnya seperti itu.."

Mereka mengangguk dalam diam, masih betah memandangi Shotou yang sedang menjemur selimut.


"Dia kecil, putih.. dan menggemaskan"

"Aku setuju denganmu.. tapi aku masih tidak percaya dengan badan sekecil itu dia mampu mengubah Tuan seegois Tuan Akuma"

"Kita seperti stalker ayo kembali ke base, kalau tuan Akuma tau kita mengintip asistennya mungkin leher kita akan putus besoknya.."







...






"Aku pulang.." Vox membuka pintu dan sudah ada Shotou disana menyambutnya dengan senyum.

"Selamat datang.. Tuan Vox? Bagaimana harimu?" Tanya Shotou.


"uwah akan sangat bagus kalau kau kubawa ke kantor Shotou... Terlalu banyak yang harus ku kerjakan hari ini.. menata semuanya dari awal membuatku gilaa!!"


Vox mengadu, dia sudah memeluk Shotou sangat erat sementara Shotou sibuk melepaskan jasnya terlebih dahulu.

"Oh? Selamat datang juga Tuan Ike, Tuan Shu, Tuan Luca dan.. emm.. "Shotou mengerutkan alisnya saat melihat seseorangan dengan setelan formal lain masuk ke dalam rumah, ia terlihat mirip seperti Shu?

"Mysta, kita baru pertama kali bertemu, salam kenal Shotou. "


Shotou mengangguk, ia sedikit kerepotan saat harus menjabat tangan Mysta dan menyokong tubuh Vox.

"Vox kau membuat Shotou kesusahan.. " ujar Ike.

"Hey aku juga mau peluk Shotou! Vox gantian" ujar Luca.

Yup, bukannya melepaskan pelukannya Vox malah makin erat memeluk Shotou.


"Not for share Luca! He's mine" ujar Vox ia menggeram di telinga shotou yg membuatnya memerah.

"Oke oke.. hentikan itu Tuan Vox kita harus mempersilahkan tamu masuk terlebih dahulu.. " ujar Shoto. Vox melepaskan pelukannya.

Satu persatu dari mereka melepaskan sepatu dan mengikuti Shotou ke ruang makan sementara Vox pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian terlebih dahulu.

"Tuan Vox seharusnya memberi tahu kalau kalian akan datang.. aku seharusnya memasak lebih banyak.. " ujar Shotou sambil menata beberapa makanan di atas meja.


"Tidak masalah.. ini saja sudah banyak" ujar Ike.


"Eh? Masa? Tuan Vox biasanya makan sebanyak ini makanya aku ingin menambah beberapa makanan lagi tunggu sebentar.. " ujar Shotou.


"Mau dibantu?" Tanya Shu.


"Ah? Tidak apa apa.. aku tidak ingin merepotkan tuan Shu.." ujar Shotou.


"Shu sudah biasa memasak di rumah, dia bisa membantu beberapa Shotou" ujar Mysta.

"Apa iya? Daritadi aku sebenarnya penasaran apa tuan Mysta dan Tuan Shu saudara apa bukan.." ujar Shotou.

"Kita bersaudara.. beda ayah saja.. apa kita terlihat mirip?" Tanya Mysta.

"Ya.. kalian terlihat mirip.. " ujar Shotou.

"Terimakasih kepada gen ibu kami karena itu kita punya wajah yang mirip.." ujar Shu.

"Gen ibu memang sangat berpengaruh.. aku dan Lucy pun begitu" ujar Luca.


Shotou dan Shu yang sedang memasak mulai tertarik dengan topik pembicaraan tersebut.

"Tuan Luca juga punya saudara?" Tanya Shotou.

"Ya.. lebih tua 3 tahun" jawab Luca.


"Luca dan Lucy benar benar sangat mirip kau tau.. bedanya Lucy punya aura yang lebih menyeramkan! " Ujar Ike.


"Oh aku sering bertemu dengannya saat baru bertugas di kepolisian dia selalu terjerat perkelahian dengan pria tua.." ujar Mysta.

"Heekkk?! Dia di hajar?" Tanya Shotou..


"Kebalikannya.. dia menghajar pria belang itu sampai yah.. kau tau Shotou.."


Mereka tertawa sembari menaruh beberapa makanan tambahan di atas meja. Vox sudah kembali dan berbeda dengan yang lain Shotou selalu menyiapkan makanan Vox terpisah dan sendiri.


"Vox kau bukan anak kecil berhenti merepotkan Shotou" ujar Ike.


"Ayolah Ike kau benci padaku atau bagaimana?" Tanya Vox.

"Aku muak melihatmu bodoh.. apa salahnya kau mengambil makananmu sendiri?" Tanya Ike.

"Ike.. Shotou melayaniku dengan baik.. " jawab Vox sambil mengisap kepala Shotou. Memberikannya pujian..

"Apa Tuan Ike juga mau? Aku akan—"


"Oh tidak! Tidak perlu Shotou.. kau sudah bekerja keras hari ini duduk saja dan makan makan malammu.." ujar Ike.


Shotou tersenyum ia duduk di samping Vox, lagi di membiarkan semuanya makan terlebih dahulu dan dia pun mulai makan makanannya.


Obrolan mereka masih berlanjut setelah makan malam Mysta dan Luca membantu membersihkan peralatan makan yang mereka pakai sedangkan Ike dan Vox membawa dessert ke atas meja. Mereka sudah akan makan lagi sebelum Shotou kembali dari ruang bawah tanah membawa beberapa botol wine dan mengambil gelas untuk di pakai.


"Aku pikir kalian semua punya hari yang berat hari ini jadi.. sedikit minum tidak apa apa kan? " Tanya Shotou. Dia membuka botol wine itu dan menuangkannya ke gelas Vox terlebih dahulu.


"Shotou tinggalkan Vox dan bekerja untukku!! Ughhh.. aku sangat membutuhkan inii" ujar Luca.


"Alcohol setelah hari yang berat? Ide bagus Shotou.. terimakasih.. kalau kau berminat bekerja denganku aku akan sangaat bahagia. Aku bisa menaikkan gajimu 3 kali dari yang Vox berikan" ujar Ike.


"Hei! Kalian keterlaluan! Luca kau yang menyuruh Shotou bekerja untukku dan sekarang kau ingin mengambilnya?!" Ujar Vox.

"Dari tadi kalian berkelahi apa tidak capek?" Tanya Mysta.

"Biarkan mereka aku sudah sangat capek dengan kelakuan para orang tua ini.." ujar Shu


"Hei! Jangan mentang mentang kau yang paling muda jadi ya seenak saja ya Shu!" Ujar Luca. Dia menunjuk Shu.


"Oh ya? Kalian memang tua.." ujar Shu.

"Oh Shut up Shu!!"

"Well make mee~~"

"aku tidak di bayar untuk melihat kalian berdua saling menggoda satu sama lain!!" Seru Mysta.

"Kita tidak—"

"Oke bisa kalian diam dan apresiasi chocolate cupcake ini?! Ini enaaakkk!!"

Red wine memang cocok di pasangkan dengan dark chocolate dan sangat tepat dengan dessert malam ini.

"Kau suka Ike? Mau kubungkuskan beberapa?" Tanya Shotou. Ike mengangguk.

"Tolong yah Shotou, ini enak.. kau membuatnya sendiri?" Tanya Ike.

"Ya.. aku mendapatkan resepnya di internet"

"Mumpung kita sedang bersama jadi bagaimana besok Vox?" Tanya Luca.

"Oiya untung kau mengingatkan.. ini aku punya data baru.."

Mysta mengeluarkan sebuah map cokelat dari tasnya dan menyerahkannya kepada Vox.

Melihat percakapan mereka yang mulai serius, tadinya Shotou ingin ke dapur saja membungkus beberapa cupcake untuk Ike, Luca, Shu dan Mysta. Tapi sebuah tangan melingkar di pinganggnya.

"Mau kemana? Ayolah Shotou aku butuh Emotional support.. lihat bahkan setelah makan malam kita masi membicarakan pekerjaan.."


Vox bersandar di punggung Shotou, tangannya membuka amplop cokelat itu dan membaca laporan di dalamnya. Sedangkan Shotou menunduk dengan wajah yang merah padam..


"Tadi siang aku sempat pergi ke pelabuhan mengontrol bisnis di sana sekaligus melihat berapa banyak tikus yang berkhianat ke pihak si tua Enzo" ujar Shu, dia menambahkan wine ke gelasnya.


"Tujuh puluh lima persen Vox. Si tua bangka Enzo itu mempercepat pergerakannya.. kali ini dia benar benar serius ingin membunuhmu " ujar Shu.


"Nyawaku masih banyak dibanding si tua itu.. " ujar Vox.


"Dia bersembunyi dengan baik di bawah perlindungan Noctyx.." ujar Ike.


"Fulgur Ovid.. dia seharusnya hanya makan apa yang ada di piringnya." Ujar Vox. Dia mengenggam gelasnya dengan sangat erat.


"Si Enzo itu bekerja sama memasok senjata ke Yokohama dengan jumlah besar, dia bekerja sama dengan komplotan mafia dari Taiwan. Lucy bilang memusnahkan mereka sangat sulit" ujar Luca.


"Lewat laut yah? Mereka pasti memalsukan dokumen dan membuktikannya akan sangat sulit, para polisi di dermaga terlalu bodoh" ujar Mysta. Dia meremas rambutnya frustasi.


"Tapi bagaimanapun aku akan cari cara agar kita bisa membongkar muatan mereka secara paksa" ujar Mysta lagi.


"Yup kumohon lakukan sesuatu dengan itu, ah Luca bilang ke Lucy kalau dia bisa menemukan kontak mafia taiwan itu yang kalau ketemu, beli pabrik senjata mereka dan kelola. Lebih baik kita memiliki semuanya daripada membiarkan mereka semua mengambil alih tempat kita dan mebahayakan yang lain.." ujar Vox.


"Ike, kau tolong investigasi dokumen dan data mengenai narkoba yang mereka tebar di jalur kita. Aku mencium bau busuk dari sana.." ujar Vox. Ike mengangguk.


"Dan Shu, kuharap kau memantau pergerakan si tua Enzo. Aku yakin cepat atau lambat dia akan muncul dan membuat kekacauan.. karena aku akan setelah berkunjung ke timur dan membuka bisnis disana.." ujar Vox, Shu mengangguk.








...







"Selamat pagi.. " Vox baru bangun saat Shotou membuka pintu kamarnya.

"Kau masih bisa tidur lagi tuan.. tuan Ike dan tuan Luca baru saja pergi.." ujar Shotou

Yup semalam mereka bercerita sambil  minum minum yang membuat mereka mabuk dan akhirnya menggunakan kamar tamu, dan subuh tadi Mysta sudah amit lebih dulu karena pekerjaannya mulai paling pagi yang disusul oleh Shu dan terakhir luca dan Ike yang baru kembali setelah sarapan..


"Ugh.. kepalaku" ujar Vox.


"Hangover?" Tanya Shotou. Vox mengangguk "kurasa" jawabnya.


"Ingin bersiap dulu? Aku akan panaskan sup gingseng dan menyediakan obat untuk Hangovermu." Vox hanya mengangguk saat ia menerima handuk dari Shotou.


Tidak perlu waktu lama untuk Vox untuk selesai mandi dan bersiap siap. Ia datang ke ruang makan, disana sudah ada sup gingseng hangat dan sebotol minuman pereda mabuk.


"Kau membelinya?" Tanya Vox, setaunya ia tidak pernah menyetok minuman pereda mabuk karena setiap kali ia mabuk ia akan membiarkannya reda sendiri.


"Ueno membelinya di supermaket terdekat saat tuan mandi.. " jawab Shotou.


"Kau sudah sarapan?" Tanya Vox. Shotou duduk di hadapannya dengan sepiring toti panggang, telur dan bacon.


"Aku selalu sarapan bersama tuan Vox.." ujar  Shotou. Ia memakan rotinya setelah Vox sudah menyuapkan supnya ke dalam mulut.


"Kenapa tidak sarapan bersama Ike dan Luca tadi? Aku bangun cukup terlambat" ujar Vox.


"Entahlah? Kebiasaan?" Balas Shotou acuh.


Diam sebentar sebelum mereka selesai sarapan, Shotou membereskan meja makan setelah itu menyusul Vox ke kamarnya. Ia memilih arloji, jas, dan memasang dasi milik Vox. Ia juga menata rambutnya dan memasang beberapa aksesoris pendukung untuk hari itu.


"Apa hari ini akan pulang larut lagi?" Tanya Shotou.

"Hmm.. mungkin, kau ingin sesuatu? Atau ingin keluar?" Tanya Vox.


"Tidak ada.. lagipula tidak ada yang menarik di luar serta tuanku ini tidak mengizinkanku untuk keluar, bahkan ke pagar depan sekalipun" Shotou mengejek, ia baru saja selesai memasang anting milik Vox.


"Kau bisa keluar kalau denganku.. di luar berbahaya dan juga.. bagaimana kalau kau melarikan diri?" Ujar Vox. Ia menunduk membuat wajahnya dan Shotou menjadi lebih dekat.


" Jangan bo-bodoh.. aku belum dibayar.. bagaimana aku bisa pergi?" Setelah menyemprotkan parfum ke tubuh Vox. Shotou menepuk pundak tuannya ia tersenyum dan mengangguk.

"Baiklah.. tuan sudah siap untuk pergi.. " ujar Shotou.


Mereka berjalan bersama ke pintu depan. Vox melambai usai berpamitan dengan Shotou.yang kemudian menghilang di balik pintu mobil yang sudah terparkir.


"Seperti pengantin baru.." gumam Shotou..





"EH?! AH?! APA YANG AKU PIKIRKAN?!"







....





di sebuah gedung seorang pria tua menghembuskan asap rokok miliknya. Ruangan itu penuh asap bukan karena kebakaran tapi karena orang orang di dalamnya merupakan perokok berat..


"Anak muda itu terlalu berbangga diri sampai merasa bisa memperluas kekuasaan mereka ke arah timur.." ujar seorang pria dengan penutup mata di mata kirinya.


"Benar sekali.. mereka hanyalah sekumpulan bocah yang tidak tau apa apa tentang bisnis... Sangat disayangkan Klan akuma jatuh ditangannya" seorang ria tua lain bersuara..


"Kali ini rencana kita pasti berhasil.. kita punya persiapan yang matang dan juga sudah lama mereka tidak bergerak sekali terkena mereka seperti tikus yang terperangkap"


Para pria tua itu tertawa kencang..


"Noctyx tidak main main, Fulgur Ovid entah dia bodoh atau bagaimana.. "

"Hahahaha.. anak muda itu semuanya bodoh, kudengar dia pernah menjadi bawahan Vox tapi dia berkhianat karena merasa Vox lemah sebagai yakuza.."


"Ya semenjak ia membantai keluarganya sendiri dan mengubah organisasi secara total mereka membuat kita tersiksa.. "


"Tidak ada lagi bantuan politik dari para politikus karena kita tidak lagi memasok narkoba.. hhaaaahh.. Vox akuma kau terlalu baik intuk jadi yakuza.."


"Tidak hanya itu, Luca Kaneshiro.. apa yang bagus dari Mafia muda keluarga Kaneshiro yang bahkan membunuh saja tidak bisa"


"Oh ya? Kudengar dia hanya menyiksa tawanan dan melepaskan mereka.. anak anak muda itu terlalu lemah kita harus mengembalikan kekuatan klan.."


"Jangan khawatir tuan tuan.. dalam 3 hari, Vox akuma akan melakukan perjalanan ke timur, dan sehari sebelum itu kita akan membunuhnya.. yup meski kita harus melenyapkan rumahnya terlebih dahulu.."


Mereka lagi lagi tertawa.. gelas anggur di siang hari ruangan gelap berbau asap rokok membuat euforia berbeda bagi mereka..


"Dia sangat menghargai nyawa setiap anak buahnya.. ah terutama asisten barunya itu"


"Ah si kecil berambut ungu itu?"


"Dia membuatku naik darah saat rapat kemarin.. dia pikir dia siapa? Ah aku akan memenggal kepalanya sendiri"


" Yah ku harap rencana kita berhasil.. "




"Demi Klan Akuma"






CLAANG...









....






Malam itu Shotou pergi ke gedung kantor Vox, ia hendak mengantar makan malam karena Vox yang memintanya. Setibanya ia di dalam ruangan Vox baru saja ada seorang karyawan wanita yang memberinya teh.

"Bawa itu keluar sudah kubilang aku tidak minum teh bikinan siapapun di kantor ini" ujar Vox.


"Uh.. ehm.. baik tuan"


Wajah wanita itu memerah seperti menahan emosi, jika Shotou tidak salah mengira pasti wanita itu ingin meninggalkan kesan 'baik' kepada Vox.

Ya lihat saja kemejanya tidak terkunci dengan benar..


"Shotouuu aku menunggu sangat lamaa.." ujar Vox ia benar benar tidak melirik wanita yang menghentakkan kakinya dan membanting pintu ruangannya.



"Maaf maaf, aku membuat beberapa takut kalau Tuan tidak suka menu malam ini" ujar Shotou.



"Ei? Sejak kapan aku tidak memakan makananmu? Jadi apa yang kau bawa??"Vox bertanya dengan excited.



Ia mengikuti Shotou dan turut membantunya menata meja kantornya dengan beberapa makanan yang sudah Shotou taruh ke dalam wadah.



"Shotou kau belum makan kan? Ayo makan sama sama.. sangat menyebalkan karena malam ini aku tidak bisa pulang dan makan malam bersamamu di rumah.." Vox menggerutu sambil memakan nasinya.


Shotou hanya tertawa, matanya menelusuri ruangan Vox yang megah namun sedikit berantakan, ada banyak sekali tumpukan kertas di meja Vox, komputer yang menyala dan juga gelas kopi dari cafe.


"Kau harus menjaga kesehatanmu tuan"


Tak lama setelah makan Shotou membereskan wadah makanan yang ia bawa. Ia membiarkan satu wadah berisi dango di depan Vox.


"Tunggu sebentar.." Vox mengambil ponselnya terlebih dahulu dan terlihat menelfon seseorang..



"Ike, bisa kau ambilkan aku obat sakit kepala? Bawa keruanganku" ujar Vox.


Vox memijat keningnya ia bersandar di sofa. Shotou mendekat berdiri di depan Vox dan merunduk, ia menumpukan tangan kirinya di sofa sedangkan tangan kanannya ikut menyentuh kening Vox yang berkerut.


"Sakit sekali? Apa kau tidak terlalu memaksakan diri?" Tanya Shotou. Vox menggeleng.


"Beberapa hal harus selesai malam ini agar aku bisa mengajakmu ke fraksi timur lusa Shotou.. "


Vox menegakkan posisi duduknya, ia menepuk paha miliknya meminta agar Shotou duduk disana. Shotou mengangguk dan duduk di paha kokoh milik Vox, jemarinya kini berpindah ke dahi Vox dan memijatnya perlahan..


"Damn.. that's feels good.." Vox bergumam saat merasakan pijatan Shotou di kepalanya.


"Jangan memaksakan diri begitu selesai cepatlah pulang tuan kau butuh istirahat.. " ujar Shotou


Vox membuka matanya, membiarkan netra emas miliknya beradu tatap dengan Amethyst di hadapannya.


"Tanpa disuruh aku akan pulang Shotou.. karena kau selalu menungguku pulang.. "


Shotou tersenyum, ia mengusap rambut Vox yang tadinya tergerai, usil ia kuncir agar terlihat lebih rapih..  Vox sendiri membenamkan dirinya di ceruk leher Shotou dan menghirup aroma tubuhnya dalam dalam.


"Kau mandi sebelum kesini?" Tanya Vox. Shotou mengangguk..



"Wangi sekali.. "ujar Vox.


"Aku baru mencoba membeli sabun online kemarin, kau suka wanginya tuan?" Tanya Shotou. Vox mengangguk sambil bergumam.


Hebusan nafasnya yang dekat di leher Shotou membuat Shotou sedikit bergidik. Yang tadinya hanya sekedar menghirup wangi tubuh berubah menjadi kecupan kecupan ringan yang membuat Shotou kegelian..


"Khh.. hahahha tuan Vox hentikan.. itu geli.." ujar Shotou. Vox malah tambah jahil dan ikut menggigit bahu dan lehernya..




"Uahh!? Ah.. tuan??"




CLACK.





Pintu terbuka ada Ike disana dengan tampang terkejut, ia membawa sebotol obat di tangannya.





"Vox kalau kau ingin melakukannya kusarankan jangan lupa MENGUNCI PINTU RUANGANMU BODOH!" Amuk Ike.


Shotou terkejut sedikit tidak mengerti dengan maksud Ike. Ike mendekati mereka ia melempar botol obat ke meja dan berjalan ke meja Vox.


"Kau sudah menandatangani dan memeriksa yang ini?" Tanya Ike.


"Iya.. yang satunya tinggal setengahnya lagi" ujar Vox.


Shotou bangkit dari posisinya, ia mengambil satu wadah berisi Dango untuk diberikan kepada Ike. Ia juga menuangkan air putih untuk Vox meminum obatnya.


"Ugghh.. aku ingin mengutuk tuhan karena sudah mengirimkan Shotou untukmu.. dia terlalu bagus untuk iblis sepertimu.. sudah ya.. Shotou terimakasih dangonya!" ike berjalan ke depan pintu membawa setumpuk berkas dan dango di atasnya.



"Dan jangan lupa kunci pintunya!!" Seru Ike.


"Berisik!!"



Shotou masih sangat ingin berlama lama tapi ia tidak bisa. Vox harus bekerja dan ia juga harus pulang. Usai berpamitan ia dan Ueno pun pergi kembali ke kediaman Akuma.







...







Shotou sedang melipat pakaian malam itu, sedari tadi perasaannya tidak enak, ia merasa ada sesuatu yang terjadi dari area rumah Vox..


Ia tetap tenang dan melanjutkan melipat pakaian Vox di kamarnya. Ia juga membenahi tempat tidur dan menata beberapa barang ulang..



Namun tiba tiba ia mendengar sesuatu..




"Suara apa itu?"





Shotou berlari ke arah belakang menuju tempat latihan tembak Vox. Ia mengintip dari sela pintu rumah, disana ia melihat bawahan Vox yang sedang ditodong dengan pistol yang memiliki peredam. Bagi siapa saja pasti tidak akan sadar dengan kondisi di luar tapi Shotou punya telinga yang sensitif..



"Gawat.. "





Ia yakin keadaan di depan tidak jauh berbeda, makanya ia langsung berlari ke ruang bawah tanah dan menelfon Vox.





"SHOTOU.. SHOTOU.. KAU BAIK BAIK SAJA?!"




"Tuan Vox.. apa yang terjadi orang orang menyergap rumahmu? Kau kenal mereka?" Tanya Shotou.


Ia sedikit panik, tangannya menyelipkan beberapa dagger ke dalam saku celana dan ia memegang satu pedang pendek.

"Shotou aku sedang dalam perjalanan pulang, apapun yang terjadi kau harus sembunyi oke? Jangan lakukan tindakan bodoh kau harus sembunyi, kau dengar aku??"






Shotou tadinya ingin mengangguk namun..






BRAAKKK



ia terkejut saat mendengar pintu depan rumah yang sudah di dobrak membuat ia menjatuhkan ponsel serta menyenggol botol wine di belakangnya.


Botol botol itu pecah, beberapa pecahannya terinjak oleh Shotou. Ponselnya juga ikut jatuh dan tersiram wine.



"Ahh... "



Ia dapat mendengar teriakan Vox namun saat ia ingin menjawab ponselnya mati.. ia tidak punya banyak waktu, yang bisa ia lakukan hanyalah lari ke arah ujung ruangan itu mendorong lrmari dan membuka pintu rahasia menuju kolong rumah..



Shotou bersyukur ia memiliki tubuh kecil yang membuat ia bisa merangkak di selah fondasi rumah yang membuatnya bisa keluar ke arah pintu depan.


Disana ia dapat melihat Ueno yang sudah berlumuran darah dan sedang dipermainkan oleh beberapa orang penjaga.

Tapi Shotou lagi lagi tidak punya waktu, ia masuk ke dalam rumah dan dapat melihat beberapa orang penjaga di setiap lorong.

Ia menarik daggernya dari saku dan melemparkan bilah itu tepat di kepala para penjaga. Dagger itu dengan tepat menembus tengkorak kepala mereka yang membuat darah bercucuran ke lantai.


Shotou mendekat ia mengambil daggernya yang tertancap di kepala mereka, jelas karena ia masih membutuhkan senjata.

Ia berpindah lokasi menuju ruangan sebelah yang sedang diacak acak, Shotou tidak tau mereka siapa tapi pakaian rapih itu menunjukkan mereka merupakan musuh Vox.


Ia berjalan di belakang penjaga itu yang dengan cepat ia mengeluarkan pedang pendek ya dan menusuk leher penjaga itu.



"PENYUSUP"



Shotou meringis, salah satu diantara mereka berteriak membuat beberapa segera bergerak mendekat dan menyerangnya, ia sedikit kewalahan tapi daggernya menancap tepat sasaran serta pedangnya menembus dada serta kerongkongan orang orang itu.



"Hiiikk.. senjata tuan Vox sangat tajam.." ia bergidik ngeri.



Shotou melanjutkan perjalanannya sehingga ia berjalan menelusuri tiap lorong, bertemu dengan ara penjaga yang membawa pistol tidak membuatnya gentar. Ia membabat habis semuanya hingga ia tiba di dalam ruangan kerja Vox yang sudah amburadul dan seorang pria tua yang memegang pistol itu mengarahkan ujung pistolnya ke arah Shotou.


"Ah.. boneka si bocah busuk itu mengganggu.." ujarnya.



"Sayangnya yang kau panggil bocah busuk itu adalah tuanmu.. " balas Shotou.




"Jangan bercand anak muda, sebentar lagi akulah yang akan menjadi tuan klan akuma. Aku akan membunuh kalian semua dan membunuh tuan kesayanganmu itu.."




Shotou tidak menunjukkan ekspresi apa apa. Ia mengingat kembali percakapan Vox dan kawan kawannya.. kalau begitu orang ini adalah si tua Enzo yang mereka cari..



"Diamlah kakek tua.. tidak ada yang bisa menolongmu disini.. seluruh pengawalmu sudah kubunuh" ujar Shotou..



"Apa?! Kau.. kau ini siapa sebenarnya?!" Tanya Enzo.



"Pelayan tuan Vox akuma, Shotou.. yah kau tidak perlu mengingat namaku tapi begitu kau memasuki area tuanku.."




"Kematian adalah jalan keluarmu!"




Shotou dengan sekejap berada di depan mata Enzo, ia bersiap menikamnya dengan pedang pendek ya tapi kalah dengan refleks Enzo yang langung menghunuskan katananya juga. Tak hanya itu susulan tembakan juga membuat Shotou terjatuh menghantam tanah.


"Cih inilah akibatnya karena pensiun dan tidak pernah latihan lagi.. " dengan cepat ia bangkit dan menangkis serangan katana Enzo



"Mati kau bocah sialan"


Serangan katana yang panjang dan mengakibatkan damage area yang luas membuat Shotou kewalahan, tapi ia tak kehabisan cara, kalau ia bisa membuat Enzo melepaskan katana itu.. beradu dengan pistol bukanlah masalah besar baginya.


"DASAR KAKEK TUA!!"


Pergelutan itu berlangsung lama, luka yang Shotou terima tidak sedikit, ia terbakar emosi dan mulai marah saat Enzo mulai bermain kotor, ia menembakkan pelurunya menembus lantai kayu sembari tangannya menikam Shotou.

Skill tetua Klan Akuma tidak bisa disepelehkan..



CLANG!!






tapi Shotou punya trik lebih banyak, ia menikam pergelangan tangan Enzou membuatnya terputus dan pedang itu terlempar.




"UAARRGGGHHH"



dia berteriak merunduk sambil menggenggam tangannya yang mengucurkan darah.. Shotou dengan cepat berlari ke arah katana itu ia tidak bisa mengambil resiko bahwa Enzo akan melepaskan pistolnya dan berlari mengambil katana ini. Ia yakin bahwa seharusnya peluru Enzo sudah habis.



"ANAK SIALAN! AKAN KUBUNUH KAU DAN TUAN MU! KUBUNUH!! KUBUNUH KAU!!"



Shotou salah mengira, saat Enzo melepaskan pistolnya, si kakek tua itu mengambil pistol yang baru dan langsung menembakkannya ke arah Shotou...






DUAARR!!!








"UGH!!"








.....







TBC



...

And Here i am back again with chapter 3. Sejujurnya aku sih ga peduli kalau ada yang baca atau nggak aku juga cuman pengen imajinasi tersalurkan siapa tau kan ya ada yang suka..

Oke on the next chapter spoiler we're gonna having some steamy steamy nightt...

PAPAPA SCENE GUYS!! HEHEHE

SO DON'T FORGET TO VOTE COMMENT AND SHARE MY WORK TO YOUR FRIEND! BYEEEE

Continue Reading

You'll Also Like

293K 8.7K 31
[Geminifourth area โœ”๏ธ๐Ÿ”ž] END!! #geminifourth#gay#bxb BELUM DI REVISI TYPO BERTEBARAN!! Fourth adalah seseorang yang sangat pendiam,tidak banyak berbi...
75.3K 15.2K 171
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
41.4K 3.9K 41
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
383K 4.1K 83
โ€ขBerisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre โ€ขwoozi Harem โ€ขmostly soonhoon โ€ขopen request High Rank ๐Ÿ…: โ€ข1#hoshiseventeen_8/7/2...