My True Me (END)

By deesar

42.3K 5.8K 11.3K

17+ Setahun yang lalu, Zita tiba-tiba tersadar dan mendapatkan luka panjang dari telapak hingga pergelangan... More

Epitasio
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
That Night (1)
That Night (2)
That Night (3)
That Night (4)
That Night (5)
That Night (6)
That Night (7)
That Night (8)
That Night (9)
That Night (10)
That Night (11)
That Night (12)
That Night (13)
That Night (14)
That Night (15)
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Her Past (1)
Her Past (2)
Her Past (3)
Her Past (4)
Her Past (5)
About Him and His Girl
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
For Tonight
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh
Empat Puluh Delapan
Empat Puluh Sembilan
Lima Puluh
Lima Puluh Satu
Lima Puluh Dua
Hatred (1)
Hatred (2)
Hatred (3)
Hatred (4)
Hatred (5)
Hatred (6)
Lima Puluh Tiga
Lima Puluh Empat
Lima Puluh Lima
Lima Puluh Enam
Lima Puluh Tujuh
Lima Puluh Delapan
Lima Puluh Sembilan
Enam Puluh
Enam Puluh Satu
Enam Puluh Dua
Animo
Enam Puluh Tiga
Enam Puluh Empat
Enam Puluh Lima
Enam Puluh Enam
Catastrophe (END)
Extra Part (1)
Extra Part (2)
Extra Part (3)

Sebelas

695 120 223
By deesar

Ridan bersiul memasuki rumahnya yang masih gelap karena belum ada lampu yang dinyalakan. Ia lantas berjalan ke arah saklar berada dan klik, bagian ruang tamu rumah itu seketika terang benderang. Ridan berbalik dan hampir terlonjak saat melihat Adifa sedang terbaring di sofa dengan mata terbuka menatap langit-langit.

"Lo ngapain tiduran di sini, sih?" gerutu Ridan.

Ia melempar tas ranselnya ke atas meja, menjatuhkan diri di salah satu sofa lalu memejamkan mata. Matanya kembali terbuka saat mendengar Adifa menggumamkan sesuatu. Lelaki itu kemudian menoleh ke arah Adifa yang kini sedang memejamkan mata.

"Lo ngomong apa?" tanya Ridan.

"Dia Mila," kata Adifa. Ridan mengernyit tak mengerti. "Zita itu Mila."

"Jadi tadi lo ketemu Zita?"

"Mila." Adifa membenarkan nama yang Ridan sebut. "Dia Mila."

Adifa mengingat kembali pertemuannya dengan Zita di halte sore tadi. Lebih tepatnya pertemuan yang sengaja ia rencanakan. Sejak Zita datang dan duduk di halte itu, Adifa sudah memperhatikan setiap gerak-geriknya. Sikap Zita yang sesekali menoleh ke kanan jalan sambil menggerutu membuat Adifa menyadari jika Zita memang berbeda dengan Mila.

Jika itu Mila yang ia kenal, gadis itu pasti sudah pergi dari sana dalam waktu kurang dari lima menit. Mila bukan tipe orang yang mau membuang waktu untuk menunggu. Kalau pun harus menunggu, gadis itu pasti memilih menunggu dengan memejamkan mata untuk mengistirahatkan tubuhnya dibandingkan bertindak gelisah apalagi kesal seperti yang Zita lakukan saat itu.

Meski baru mengenal Mila selama dua minggu, sudah cukup bagi Adifa untuk memahami kebiasaan gadis itu. Walau selama waktu itu pula, Adifa harus bersabar untuk tidak mencari tahu apa pun soal identitas Mila. Perjanjian lisan di antara mereka telah melarangnya untuk mencari tahu segala hal mengenai latar belakang Mila. Sebuah penjanjian yang tidak bisa ia langgar jika ingin tetap bekerja sama dengan gadis itu.

"Just call me, Mila! Lo cukup tahu nama gue, nggak lebih!" peringat Mila saat gadis itu setuju bersekutu dengannya.

Bayangan pembawaan Mila yang tenang kontan berpadu dengan Zita yang bersungut kesal. Sungguh kontras. Namun, seperti halnya Ridan, sosok Zita yang terlampau mirip dengan Mila tidak bisa dilewatkan begitu saja. Lagi pula kerja sama di antara dirinya dan Mila telah usai sejak gadis itu menghilang setahun lepas. Sudah tidak ada kewajiban bagi Adifa menuruti persyaratan Mila untuk tidak mencari tahu identitasnya yang sebenarnya.

"Dari mana lo yakin kalau dia Mila?" tanya Ridan.

"Lo nggak lihat luka di tangannya?" balas Adifa.

Ridan tampak merenung. Tentu ia tidak memperhatikan secara detail. Ridan memang sempat bersalaman dengan Zita tadi siang, tapi tangan gadis itu tertutupi lengan cardigan yang panjang.

"Luka yang lo buat sebelum Mila hilang," tambah Adifa mengingatkan Ridan pada hasil dari ulah ceroboh pria itu.

Tidak mungkin Ridan lupa. Ia ingat bagaimana Mila kehilangan banyak darah dari luka yang ia buat. "Zita punya luka di tempat yang sama?"

"Bukan cuma tempat, tapi arah lukanya juga sama," tutur Adifa. Ia mengangkat tangannya ke depan wajahnya. Mengingat bagaimana matanya menangkap luka itu saat berhasil membuat Zita melepas cardigan dan mengembalikan ponselnya. "Mustahil kalau ini hanya kebetulan. Walau mirip, nggak mungkin dua orang bisa punya luka yang sama."

"Lo udah cari tahu soal Zita?"

Adifa mengangguk sambil mengangkat tubuhnya untuk duduk. "Gue udah selidiki tapi buntu. Datanya cuma ada sepotong-sepotong kayak sengaja disembunyikan atau bahkan dihapus sama seseorang. Satu yang pasti, dari awal namanya Zita, bukan Mila. Mila justru nama kakaknya yang udah meninggal 10 tahun lalu, lebih tepatnya dia bernama Welly Kamila Wibowo."

Mengetahui data yang didapatnya tidak lengkap, Adifa sempat berasumsi jika kematian Kamila hanya rekayasa. Ia mulanya beranggapan jika Mila yang ia temui adalah Kamila. Seorang adik dan kakak mempunyai kemiripan wajah bukanlah hal yang aneh, tapi age gap keduanya yang terpaut 8 tahun jelas tidak bisa diabaikan begitu saja.

Dari segi fisik, jelas sekali jika Mila adalah gadis remaja atau mungkin berumur awal dua puluhan, bukan Kamila yang seharusnya berusia di akhir dua puluhan.

Data tentang Kamila yang ia dapat pun hanya sebatas nama, tanggal lahir dan tanggal kematian yang tak asing. Tak ada riwayat sekolah bahkan secuil foto yang yang bisa ia jadikan acuan jika Kamila dan Mila adalah dua orang sama, begitu pula sebaliknya.

"He killed my sister." Jawaban Mila saat Adifa menanyakan alasan gadis itu berniat membunuh Galen tiba-tiba tergiang di telinga.

Jika Zita masih hidup, sudah tentu 'sister' yang dimaksud bukanlah Zita. Dan jika makna 'sister' di sini adalah Kamila itu sendiri, dapat dipastikan jika asumsi awalnya tentang rekayasa kematian Kamila terbantahkan. Kamila benar-benar tewas di hari yang sama dengan kematian ayahnya sepuluh tahun lalu, dan Mila yang ia kenal setahun yang lalu kemungkinan besar memang Zita.

Pertanyaan yang belum terjawab adalah kenapa Zita berpura-pura tak mengenalnya?

Tanpa sadar Adifa tersenyum. Jika yang dilakukan gadis itu adalah sebuah akting semata agar Adifa tidak mengetahui identitas sebenarnya, sungguh Adifa ingin menganugerahinya piala Oscar.

"Bukannya malam itu lo nggak nemuin Mila di rumah sakit mana pun?" tanya Ridan setelah mendengarkan seluruh penjelasan Adifa. "Apa artinya ada yang nolong Mila waktu itu?"

Benar, hal itu pun masih menjadi misteri baginya. Setelah Mila menghilang secara tiba-tiba malam itu, Adifa langsung mencari semua data pasien dari seluruh rumah sakit terdekat. Ia menelusuri seluruh data pasien yang baru masuk di atas jam dua malam. Jika ada orang yang menolong Mila dan melihat kondisinya saat itu, sudah sewajibnya orang tersebut membawa Mila ke rumah sakit. Sayangnya, tidak ada satu pun data yang menunjukkan ciri-ciri pasien baru yang merujuk pada kondisi Mila saat itu.

"I've totally missed something." Adifa menyadari sesuatu yang telah ia lewatkan. “Dari data yang gue dapat, Zita masuk rumah sakit di hari yang sama dengan diagnosa anemia parah, tepat empat jam setelah Mila menghilang.”

"Yang artinya dia butuh transfusi darah," lanjut Ridan sambil menjentikkan jari diiringi anggukan kepala dari Adifa. "Fix, artinya ada seseorang yang kasih dia pertolongan pertama."

"Mustahil Mila bisa bertahan dalam waktu empat jam tanpa bantuan orang lain, kan?" tukas Adifa yang mengingat dengan jelas bagaimana keadaan Mila waktu itu. "Orang ini punya kemampuan medis yang bisa nge-handle kondisi Mila selama empat jam."

"Dan apa ada orang seperti itu di sekitar Zita?"

"Tantenya seorang dokter meski dokter kejiwaan, tapi ... gue rasa ada orang lain."

"Orang lain?"

"Rekaman cctv yang gue kumpulin waktu itu, nggak menunjukkan tanda-tanda kedatangan tantenya di hari kejadian atau di hari-hari sebelumnya," jelas Adifa.

"Daerah itu kan emang nggak ada cctv-nya."

"Di dalam gang emang nggak ada, tapi ada cctv yang terpasang di tiap jalan utama dan beberapa rumah di area itu. Jadi, kalau tantenya pernah datang ke daerah itu, pasti akan terpantau cctv. Dan plot twist yang gue lewatkan adalah gue baru sadar kalau rekaman cctv setelah Mila menghilang, hanyalah rekaman yang diulang-ulang."

"Hacking?" tanya Ridan dengan berkerut dahi.

Adifa mengangguk. "Nggak ada satu pun rekaman Mila keluar dari gang itu sampai akhirnya rekaman kembali normal tepat empat jam berlalu, tepat setelah Zita masuk rumah sakit." Adifa menjabarkan hipotesanya dengan tenang, sedangkan Ridan semakin dibuat bingung. "Bukan hanya ahli medis, tapi yang nolong Mila juga punya kemampuan hacking untuk memanipulasi cctv yang ada."

"Selain tantenya, apa nggak ada orang terdekat Zita yang terekam masuk daerah itu?"

"Nggak ada."

"Wah! Ini lebih complicated dari yang gue kira," desah Ridan sambil menyugar rambutnya dan menjatuhkan punggung ke sandaran sofa.

Tak lama kemudian, Ridan menegakkan tubuhnya kembali dengan raut tak percaya. Lelaki itu lantas tertawa sumbang hingga membuat Adifa melirik ke arahnya dengan pandangan penuh tanya.

"Gue belum bisa tebak apa yang sebenernya terjadi, tapi ada satu orang yang gue curigai tahu sesuatu." Ridan tersenyum penuh arti pada Adifa. "Dan kalau lo cari dia di rekaman cctv, lo pasti nemuin dia di sana."

...

TBC

...

Aw aw aw...

Babang Adifa dan deduksinya...
Merasa pintar aku tuh...
Wkwk

Dan by the way, anyway, busway...

Tahu nggak siapa yang Ridan maksud di akhir-akhir part?

Ya kali nggak tahu...
Ckckck...

080722

Continue Reading

You'll Also Like

59.1K 11.2K 136
Semuanya karna cinta.
27.5K 392 3
Spin off dari Devil For Rent. Zefanya Claudia Jacob, tidak pernah menyangka kalau gadis yang ia tolong ialah adik dari Alvin Canavaro Pratama. Kesal...
6.3M 484K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
101K 8.5K 56
Karena pembantaian yang terjadi di rumahnya. Anak itu harus hidup membawa dendam. Tak ada kehangatan di dirinya, semua sudah hilang tergantikan dingi...