REWRITE [ Trash Of The Count'...

By __KIVIJ

20.5K 2.3K 1.2K

Kim Jia. Gadis yang mati karena sebuah kejadian membuat dirinya tidak menyesali tindakan dirinya. Namun, sebe... More

00
01
02
03
04
05
[No Chapter I]
06
07
08
09
10
11
[No Chapter II]
12
13
14
15
16
Special Chapter ; Aerith Mathis
17
18
19
20
[ SIDE STORY I : HOW TO FEEL COMFORT ]
[ Side Stories II : NO ONE KNOWS ABOUT IT. ]
22
23
COMEBACK [ SCROLL PALING BAWAH ]
24

21

319 29 17
By __KIVIJ

Sebelum Cale meninggalkan tempat ke alun-alun bersama Choi Han dan Naga merah. Tamu yang tidak pemuda berhelaian merah ini duga ingin bertemu dengannya. Iris Cale melihat pria berhelaian hitam panjang terkuncir kuda dengan manik biru malam -- yang entah mengapa terlihat sama tajamnya dengan Naga hitam.

Kedua belah bibir pria tersebut membentuk senyuman canggung, bahwa ia tidak enak mengambil waktu Cale yang akan keluar nanti.

"Sepertinya kau sibuk sekali sampai datang saat waktu seperti ini, Aine."

Aine Redeu -- pria ini hanya menghela nafas panjang, dia tidak bisa mengelak namun memang kenyataannya. "Ya, bagaimana lagi Aerith membutuhkanku." Jawabnya, Cale mendengarnya mendengus menandakan bahwa itu hanya sebuah alasan Aine saja.

Cale mempersilahkan masuk, iris cokelat kemerahan miliknya melihat Aine yang telah menyadari bahwa ada Naga hitam di antara kedua anak kucing yang berada di atas kasur miliknya.

Tidak aneh, kalau semisalnya Aine merasakan Naga Hitam karena adik sepupu dari Cale Henituse juga merasakan Naga Hitam tersebut. Ini membuat Cale yakin bahwa sebenarnya gelar untuk penyihir semacam Aine Redeu lebih dari Mage.

"Naga hitam, kau tidak perlu menggunakan sihirmu. Dia tidak akan memberitahu orang kalau kau ada disini," ujar Cale membuat Naga hitam itu muncul sekelebat setelah pria itu menyelesaikan perkataannya.

"Tentu saja, dia tau keberadaan ku Karena dia ada di Hutan setelah kau menyelamatkanku Manusia!" Tambah Naga Hitam membuat Cale menoleh ke arah Aine yang hanya menghela nafas pelan.

"Lebih tepatnya, secara tidak sengaja. Aku sedang menaruh sihir teleportasi untuk Aerith. Naga kecil ini berada tidak jauh, mungkin dia melihatku menggunakan sihir menengah membuatnya tertarik." Ujarnya membuat Naga Hitam itu berjengit,

"Itu karena kau memanggilku terlebih dahulu, kau berada jauh di tempatku!" Pekik Naga Hitam itu membuat Aine terkekeh lembut.

Cale melihatnya itu mengerutkan dahi, lalu dia melipatkan tangan. "Jadi, kau mengetahui bahwa Naga Hitam itu mengikutiku selama ini?"

Naga Hitam itu terbang ke arah mereka, Aine mendengarnya mengangguk jelas. "Ya, aku tau. Tetapi, aku tidak menyangka akan membawanya juga." Jedanya membuat Cale menunggu. "Tidak kau, tidak Aerith-ah. Suka sekali mengambil suku hewan, apa kalian ingin membuat Kebun Binatang?" Tambah Aine kembali,

Helaan nafas pasrah keluar begitu saja di mulut Cale, ingin mengelak. Tetapi, setelah Ibukota berakhir dirinya akan mendorong semuanya kepada Choi Han.

"Diamlah, aku tidak mau mendengarkannya dari mu lagi. Aku yakin, dia tidak seekstrim membawa naga."

Sayangnya tidak, dia malah membawa Naga Dewasa yaitu aku. ' Aine mendengarnya mendengkus geli, lalu ia melipatkan tangan di atas meja dengan memandangi Cale. "Hei, Naga kecil. Kenapa kau mengikuti Cale?" tanya Aine lagi, lalu Naga kecil itu terbang ke arah Aine dan Cale.

"Karena Manusia ini lemah," tunjuk Naga Hitam tersebut tanpa ragu.

"Begitu ya, aku menyetujui itu karena dari kecil anak ini tidak bisa mengangkat pedang."

Cale mendengarnya mengalihkan pandangan ke arah lain, menandakan dirinya tidak peduli. Namun, ia mengulangi apa yang diberitahukan Hans kepada Choi Han yang menanyakan soal Aine saat beberapa waktu yang lalu.

.
.
.
.
.
.

"Aine-nim, ya? Sebelum menjadi Guru sihir dari keluarga Baron. Dia seorang traveler mage yang sedang mencari murid untuk menurunkan ilmu sihirnya," jelas Hans sambil menunjukkan tangan untuk menjelaskan.

"Ah, aku mengerti. Lalu, dia mengajari saat Aerith-nim setelah bertemu di kediaman Mathis??" Tanya Choi Han kembali. Hans menggeleng kepalanya samar, lalu menjawab pertanyaan Choi Han.

"Tidak. Nona muda tidak bertemu dengan Aine-nim saat di kediaman, tetapi dimana Nona muda sedang melakukan perjalanan wisata yang akhirnya bertemu dengan Aine-nim." Ujarnya membuat Choi Han terdiam, begitupula Cale yang mendengarkannya mengerutkan dahi.

Perjalanan wisata? ' Choi Han dan Cale yang mendengarkannya terdengar omong kosong. Namun, Cale memikirkan hal lain. Bahwa sebenarnya Aerith untuk memahami Dunia sekitar.

'Tidak... Sifat Aerith Mathis tidak mungkin hanya wisata biasa . Sebelum melakukan apa yang dia lakukan ia harus memahami terlebih dahulu, lalu dirinya akan membangun fondasi untuk bertahan.' batin Cale melihat Choi Han mengangguk mengerti mendengar jawaban Hans.

"Oh, itu bukan pertama kali Nona muda bertemu dengan Aine-nim, ya 'kan Tuan muda?" Tanya Hans yang membuat Cale menoleh ke arahnya, bukan pertama kali? Ya, terlihat Cale... tidak, Kim Rok Soo secara dua kali bertemu dengan Aine yang terlihat akrab padanya.

Cale mengangguk sebagai tanda membenarkan, Hans melihat Cale langsung melanjutkan. "Aine-nim sudah bertemu dengan tuan muda dan Nona, sejak kecil. Sejak saat itu, Aine-nim menunggu Nona dan Tuan untuk diajari. Namun yang lebih berbakat sihir adalah Nona muda, jadinya Aine-nim hanya mengangkat Nona sebagai mirid."

"Jadi, saat perjalanan wisata Aerith-nim bertemu kembali dengan tuan Aine?" Tanya Choi Han mendapatkan anggukan dari Hans.

Terdengar dapat dipercaya dari penjelasan tersebut, tetapi secara bersamaan terdengar omong kosong. Itu yang Cale pikirkan saat mendengarkan apa yang dijelaskan oleh Hans.

.
.
.
.

Kembali ke masa kini,
Kini kelopak mata Cale kembali terbuka, setelah mengulangi percakapan  menampilkan Aine yang sedang berbicara dengan Naga Hitam dan kedua kucing yang berada di pangkuan Aine.

Mungkin sebenarnya Cale yang asli mengetahui apa yang terjadi dengan Aerith dan Aine, lalu membuat alasan yang seperti itu agar Aine menjadi guru dari Aerith. ' batin Cale memikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

Apa yang dia lakukan setelah ini? Dirinya sudah memastikan akan mengambil Ancient Power di Ubarr nanti. Itu mungkin cukup melindungi dirinya ... juga ... Kim Jia. Adik perempuannya, nanti.

Terlebih, dia tidak tau kelanjutan bagaimana kisah Aerith setelah perang di Rain City nanti.

"Ngomong-ngomong, wanita kecil itu!" Naga Hitam membuka pembicaraan kembali membuat Cale dan Aine melihat ke arahnya, bersama kedua kucing yang berada di pangkuan Aine.

"Dia juga sangaaatt lemah walau lebih lemah dari manusia ini, mengapa membiarkan dia sendiri?" Tanya Naga hitam itu membuat Aine terdiam, saat pertanyaan itu melayang ke arahnya.

Untuk dikatakan Naga Hitam ini benar, terlihat dari persepsi naga bahwa manusia yang bernama Aerith Mathis sangat lemah semisalnya dibandingkan dengan Naga. Cale melihat Aine yang terkekeh pelan lalu mengusap puncak kepala dari Naga Hitam tersebut dengan lengkungan bibir yang seperti mendengarkan hal lucu.

"Naga Hitam, apa kau membandingkan dirinya dengan Choi Han atau kau?" Tanya Aine kembali, Naga Hitam itu terdiam lalu menggeleng.

"Tidak, dia lebih lemah juga dari penyihir wanita." Jawabnya tanpa ragu.

"Bagaimana semisalnya kalau Aerith pandai menutupi dirinya kuat, ya. Dia memang lebih lemah dari Choi Han maupun dirimu atau aku, namun tidak untuk Rosalyn maupun orang-orang kuat di Henituse ..." Jedanya, Aine melirik ke arah Cale yang terdiam masih mendengarkan, walau tidak tertarik. "... Lagipula, kalau semisalnya Aerith-ah lemah. Aku tidak mengangkatnya, ya 'kan Cale?" Tambah pemuda berhelaian hitam itu dengan seringaian tipis membuat belakang tubuh Cale mendingin.

Bajingan ini!' Cale berusaha diri tidak mengumpat, namun. Ia langsung mengangguk kepalanya, tentu saja Aerith Mathis dikatakan kuat ... Mana orang dikatakan lemah bisa menangkis serangan Naga Hitam yang mengamuk saat di alun-alun dengan tebasan tipis hanya dengan pedang sihir?

Terlebih, lagi ... Di dalam tubuh Aerith Mathis benar-benar itu Kim Jia. Adiknya sudah sering memegang pedang dan berusaha mungkin beradaptasi dengan senjata yang bisa untuk mempertahankan hidup selama lima tahun lebih.

"Lihat? Cale saja menyetujui, maka dari itu Naga Hitam. Kau harus lebih berhati-hati, juga menajamkan instingmu." Beritahu Aine membuat Naga Hitam itu terdiam, lalu kembali membalas yang Cale tidak pedulikan.

Seperti mengingat sesuatu kembali, Aine menoleh. "Oh iya, besok aku tidak bisa membantumu untuk mengamankan bom sihir." Beritahu pemuda tersebut membuat Cale mengerutkan dahi.

"Apa ada hal lain sampai kau tidak bisa membantu?"  Tanya Cale melihat Aine mengangguk pelan.

"Ya, Aerith memintaku untuk menanggulangi pasukan musuh yang akan masuk di wilayah yang kami tandai. Mungkin mereka akan menambahkan pasukan untuk menyerang ibukota nanti," jawabnya membuat Cale terdiam, lalu berdehem pelan.

Itu hal yang patut diawasi, semisalnya mereka menambahkan pasukan lalu menaruh bom kembali itu akan merepotkan nanti.

"Kau pasti sangat sibuk nanti, huh?"

Aine mendengarnya terkekeh canggung, dia menyetujui. Tetapi, lebih sibuk adalah Aerith nanti setelah acara alun-alun. Mungkin, mereka akan mengejar organisasi tersebut. Juga, pemuda ini memiliki firasat bahwa Cale akan sibuk setelah acara ini berakhir.

--- mungkin, karena cukup lama bersama Aerith. Dirinya memiliki firasat tersebut, apalagi mengetahui siapa orang di dalam tubuh Cale Henituse saat ini.

"Ya begitulah, lagipula aku yakin kau dan Aerith yang lebih sibuk nanti."

"Entah, kenapa aku tidak senang mendengarkan ucapanmu saat ini."

"Hm? Aku sengaja mengatakannya."

Cale melihat Aine menyeringai hanya menghela nafas panjang, "Namamu sangat berbalik sekali dengan sifatmu," celetuk pemuda berhelaian merah itu sedang menatap Aine mengulum seringaian miliknya.

Kenapa orang ini melihatnya seperti itu?

"Wah? Kau mengetahui arti namaku juga, Cale?"

Bajingan ini!

Cale berusaha tidak menunjukkan perubahan raut wajahnya. Haa, dirinya yakin bahwa Aine sengaja membuat ia terpancing untuk mengatakan itu.

"Tentu saja, aku tau... Aku yang memberitahu arti kepadanya,"

Tanpa mengelak lagi, Cale menjawab. Ia sangat mengetahui arti nama tersebut, salah satu karakter hebat di dalam Novel yang sering adik perempuannya baca. Kim Rok Soo meminjamkan setiap volume buku tersebut untuk adik perempuannya membaca dengan sumringah tercetak jelas di bibir.

Kim Jia yang mengeluh saat dirinya goda, karena sebuah spoiler kecil dan bagaimana alur berikutnya. Kemudian, semangat kembali usai membaca dengan raut wajah cerah saat dimana karakter kesukaan muncul.

Itu sebuah tontonan gratis yang membuat hari lelah Kim Rok Soo sedikit terbilas.

Aine mendengarnya mendengkus, lalu dia melipat tangannya. "Apa kau akan memberitahu hal lain juga padanya?" Cale terdiam, lalu dia melihat pemuda berhelaian malam ini.

"... tentu saja. Aku akan memberitahu banyak hal ..."

'... Memberitahu apa yang telah berubah selama 17 tahun setelah dirinya meninggalkanku. '

____

Berbeda tempat, dimana Aerith Mathis yang sedang bertamu di penginapan sedang diinap oleh anak tertua dari keluarga Marquess Stan. Manik biru milik gadis berusia 17 yang begitu fokus memandang keluar jendela.

"Nona muda...?"

Taylor melihat Aerith yang memandangi luar jendela dengan tatapan tenang sambil mengobservasi apa yang dilihatnya. Tetapi, tuan muda dari keluarga Stan ini tidak melihat apa-apa. Begitupula, pendeta wanita gila ini yang tidak melihat apa-apa di luar. Namun, dirinya merasa bahwa ada sesuatu di sana.

Orang-orangnya tidak menemukan gelagat aneh, tidak... Arms -- organisasi tersebut lebih lihai saat menaruhkan bom mana. Ini bukan salah orang-orang miliknya, namun bajingan brengsek seperti organisasi itu lebih ular untuk menggigit mangsanya.

"Tidak bisa dibiarkan, aku harus kembali untuk memerintahkan mereka untuk berhati-hati dan lebih teliti." Batin Aerith kesal saat dirinya seperti dipermainkan seperti ini.

Apa dia harus membicarakan masalah ini dengan Cale? ... tidak mungkin, tetapi semisalnya tebakan dirinya benar. Entah, mengapa Aerith akan terseret kedua masalah.

Pertama masalahnya, kedua masalah Cale. Itu menyeramkan, lebih baik dirinya mengerjakan latihan yang diberikan oleh Aine daripada mengurus masalah.

"Nona muda?"

Taylor sekali lagi memanggil Aerith, gadis ini langsung menoleh ke arah Taylor -- berpura-pura berjengit kemudian mengulas senyuman canggung.

"Maaf saya tadi sedang memikirkan beberapa perkejaan yang saya tinggal sebelum pergi ke ibukota,"

Cage yang mendengarkan langsung memberi tanggapan, "Sepertinya anda sangat sibuk ya, nona." Aerith mendengarnya hanya terkekeh pelan, namun ia mengumpat itu salah bajingan arm yang membuatnya sibuk dan tidak bisa menghabiskan waktu untuk pergi dengan bebas tanpa masalah.

"Seperti yang terlihat, saya melakukan ini juga untuk dirisendiri dan orang sekitar saya." jawabnya enteng membuat Cage dan Taylor bersitatap satu sama lain, Aerith melirik kaki Taylor lalu menatap pemuda tersebut kembali. "Apa anda akan masuk Faksi Putera pertama, tuan muda?" tanya gadis ini.

"Ya, saya akan mendukung pihak ya ng mulia pangeran pertama. Sepertinya saya tidak perlu memberitahu mengapa ya, 'kan nona?" ujarnya kembali membuat Aerith tertawa samar, karena ancient power milik putera mahkota yang bisa menyembuhkan kaki taylor.

Sebenarnya... Aerith tidak mengetahui hal tersebut namun GP-- maksudnya, Aine Redu memberitau bahwa Alberu Crossman memiliki kekuatan kuno. Hanya sekali pakai, itu yang dikatakan oleh Aine.

"Saya yakin, tanpa pikir panjang Yang Mulia akan memberikan itu semisalnya anda membantu Yang Mulia." Ujar Aerith sudah menebak jalan pikir dari Albert.

Iris biru Aerith melirik ke arah Cage, kemudian menghadap ke depan kembali. 'Apalagi, ada Cage disini. Mungkin, Pengeran pertama meminta Cage dan Taylor bersumpah dengannya.'

"Semisalnya, anda bilang seperti itu Nona. Saya pikir Yang Mulia akan benar-benar membantu saya nanti," balas Taylor kembali, tetapi tidak dipedulikan oleh Aerith.

Bunyi piring penadah teh itu terdengar kembali di atas meja, mereka melihat Aerith yang memberikan senyuman ragu kepada Taylor dan Cage kebingungan.

"Saya memiliki usul untuk Tuan Muda nanti, apa anda ingin mendengarkannya?" Tanya Aerith sedikit ragu.

"Usul?" Saut Taylor berhati-hati.

Aerith mengangguk kembali, sudut bibir gadis itu mengulas senyuman namun kedua orang di depannya mengetahui bahwa senyuman tersebut mengandung penuh makna.

"Izinkan untuk saya membunuh Venion Stan."

Gaps!

Pemuda silverblonde ini terkesiap mendengar usulan yang begitu gamblang. Begitupula, pendeta perempuan -- Cage ini terkejut melihat raut wajah Aerith tidak berubah sama sekali, namun gadis itu sedikit menunjukan raut canggung - yang disengajakan untuk diperlihatkan.

"Maaf saya terlalu blak-blakan, tetapi saya memiliki dendam pribadi dengan tuan muda Venion."

Aerith menambahkan kembali, wajah yang canggung itu berubah menjadi serius. Taylor tidak tau bagaimana merespon ucapan dari gadis berusia 17 tahun itu, tanpa takut dan ragu untuk menyatakan penuturan di depan Taylor - yang dibisa dikatakan adalah kakak dari Venion.

'Menyeramkan.'

Bagaimana kepala keluarga Stan dan pengikutnya dengan mudah mengatakan, bahwa rumah Mathis bukan sebuah ancaman dan mereka hanya kaya karena di bawah tangan Keluarga Henituse?

Salah .. mereka sangat salah telah melihat kedua keluarga ini hanya dari luar saja. Mereka tidak melihat di dalam keluarga tersebut ada dua singa yang mengendap-endap untuk menerkam mereka.

"Kalau boleh tau, apa yang adik saya perbuat kepada anda Nona muda?"

Tidak ada.

Aerith ingin mengatakan itu.. namun, dia tidak mau Dragon Breath milik Aine Redeu terlihat kembali di wilayah Marquess. Kemarahan Naga Merah itu tidak bisa Aerith tahan lagi, semisalnya Venion masih bernafas di udara yang sama dengan Aine.

--- Untuk kata tidak ada juga, sebenarnya kurang tepat. Manusia bajingan itu memberikan gosip palsu bahwa informasi yang diberikan oleh guildnya sangat tidak percaya.

"Tuan muda itu mengotori namaku sebagai seorang informer, terlebih dia membuat pelangganku hampir kehilangan kepercayaan karena gosip yang dia berikan."

Gadis ini mengambil cangkirnya sebelum melanjutkan kembali, "Anda bisa paham, mengapa saya marah saat membaca informasi yang saya berikan kepada anda, Tuan muda." Tambahnya membuat Taylor mengangguk mengerti.

"Tetapi, saya yakin bukan ini yang membuat anda marah 'kan? Terlebih, saya yakin nama anda tidak muda dikotori dengan hal ini." Komentar Taylor membuat Aerith terdiam, lalu mengulas senyum lembut.

Tidak, itu bukan senyuman dikatakan lembut ... namun sebaliknya, Aerith memberikan senyuman dingin di bibirnya. "Setelah Cale meminta sesuatu kepada anda, saat itu saya akan memberitahunya." ujar Aerith kembali, lalu meminum teh yang telah dihidangkan untuknya.

Ya, karena Naga hitam ingin membalaskan dendamnya terhadap bajingan sialan itu. Maka dari itu, Cale memberitaukan bahwa saat waktunya tiba dia akan membantu Naga Hitam untuk membalas dendamnya.

"Saya mengerti."

Apa Aerith beritahu bahwa Aine adalah kakak dari Naga hitam? Tidak, dia sudah berjanji dengan Aine tidak membuka mulutnya untuk saat ini.

"Baiklah, kalau begitu sampai bertemu kembali di alun-alun , Tuan Muda, Nona Pendeta."

Aerith beranjak dari duduknya setelah berbicara , ia harus menemui Cale untuk mengetahui laporan yang diberikan Choi Han dan Naga hitam. Dia memberikan salam dengan tangan di atas dada mengangkat bagian roknya, tak lupa membentuk senyuman ramah.

-- kemudian, meninggalkan Taylor dan Cage di dalam ruangan. Ya, Aerith sekali lagi tidak peduli apa jawaban yang mereka berikan. Karena balas dendam dari Naga Hitam akan benar-benar terlaksanakan di masa depan.

Setelah itu, Aine Redeu -- Naga Merah akan menghabiskan nyawa dari Venion Stan dengan tangannya sendiri.

___

"Aerith, aku dengar kau sering ke Ibukota 'kan?"

Pemuda berambut merah ini melihat gadis berhelaian seperti embun pagi yang telah terikat tinggi itu mengerutkan dahi, ia tidak sesering itu untuk ke Ibukota. Karena, dia lebih sibuk berkeliaran ke luar benua maupun sekitar wilayah Kerajaan Roan.

Untuk apa? Kau benar-benar menanyakan itu kepada Aerith Mathis? Tentu saja, dia sibuk mengusir bajingan yang mengganggu kehidupan bebasnya. Bagaimana kalau dia berkeliaran namun saat menginjak kakinya di tanah.

Lalu, boom! Aerith malah mati akibat perang yang bajingan organisasi itu lakukan.

"Tidak sesering itu, aku hanya kemari karena mengantarkan tugas dari Ayah untuk Yang Mulia Raja, lalu mengambil informasi yang ada di sini." Jawabnya membuat Cale berdehem pelan, melihat tidak ada kebohongan dari Aerith.

"Oh? Kalau begitu, apa kau dekat dengan Pangeran pertama?"

Cale melihat wajah Aerith yang masam langsung mengetahuinya, "Aku hanya dekat dia karena uang yang diberikan padaku untuk membeli informasi padaku," cetus Aerith tanpa ragu.

Lihat! Cale sudah pernah mengatakan, kalau Aerith Mathis pintar mengeruk uang dari para muckhin?

"Memang ada apa menanyakan Pangeran pertama?" Tanya Aerith kembali,

Sebelum Cale menjawab, suara dari kusir menginterupsi mereka tak lama kemudian kereta berhenti.

"Aku akan memberitahunya setelah ini usai, "

Aerith mendengarnya cuman menghela nafas pasrah, memang apa yang dia pikirkan? Namun, ia ingin meminta Cale untuk menambahkan modal untuk membeli Magic Tower setelah perang.

Cale memasukan surat undangan putera mahkota dalam saku rompi, lalu turun dari kereta kuda tersebut. Kemudian, ia mengulurkan tangan ke arah gadis berhelaian embun pagi yang menerima uluran tangannya. Aerith turun dengan jemari lentiknya menyanggah skirt hitam semata kaki itu, lalu turun di bantu oleh Cale.

Aerith memberikan senyuman cerah ke arah kakak sepupunya, dibalas senyuman oleh Cale. Kemudian, mereka gedung di depannya.

"Hei, Cale. Bolehkah aku tidak ikut?"

"Tidak, memang kau saja tidak ingin ikut huh."

Cale langsung menjawab dengan cepat, membuat Aerith mendengkur kecil, pemuda ini hanya melihat tertawa kecil. Dia meletakkan tangan Aerith di sisi tangannya, begitupula dengan Aerith yang menerimanya itu.

Iris mereka mendapatkan Istana sukacita. Nama lokasi pertemuan itu disebut Istana Sukacita, dan dibangun oleh raja untuk berbagi kegembiraan atas kelahiran putra mahkota. Tentu saja, raja sekarang menyukai pangeran ketiga.

"Kita bertemu dengan mereka bertiga di sini, 'kan?" Tanya Cale mendapatkan anggukan dari Aerith.

Cale dan Aerith berencana untuk bertemu dengan Eric, Gilbert, dan Amiru di luar istana dan masuk bersama. Dia melihat ke arah istana, begitupula dengan Aerith yang sudah menghela nafas panjang.

Mereka berpikir suatu hal yang sama saat ini. Apalagi, saat melihat siapa yang turun dari kereta.

"Woah, ini siapa yang kutemukan saat ini?? Bukankah ini tuan muda kita yang terkenal saat ini, Cale? Oh! Ada Nona muda yang terkenal menempel sampai dikatakan anjing penjaga tuan muda, Aerith."

Haa...

Aerith dan Cale mendesah.
Ini sangat klise sekali.

___

TBC

__

A/n : IMBACKKK. maaf agak out of character untuk saat ini, aku lagi kurang touch sama cerita ini sekian lama. Jadi, perlu pendalaman lagi.

Okey, habis ini langsung boom boom hehehe.

Continue Reading

You'll Also Like

482K 14.6K 98
Theresa Murphy, singer-songwriter and rising film star, best friends with Conan Gray and Olivia Rodrigo. Charles Leclerc, Formula 1 driver for Ferrar...
192K 19K 24
"𝙏𝙤𝙪𝙘𝙝 𝙮𝙤𝙪𝙧𝙨𝙚𝙡𝙛, 𝙜𝙞𝙧𝙡. 𝙄 𝙬𝙖𝙣𝙣𝙖 𝙨𝙚𝙚 𝙞𝙩" Mr Jeon's word lingered on my skin and ignited me. The feeling that comes when yo...
607K 9.4K 87
A text story set place in the golden trio era! You are the it girl of Slytherin, the glue holding your deranged friend group together, the girl no...