NADHIRA CHAIRUNNISA

By Langkah_kecil

75.4K 2.5K 92

FOLLOW DULU YA BESTIE, SEBELUM BACA !! Hatur nuhun :) Nadhira Chairunnisa, gadis dengan mata hazel, yang dib... More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

13

1.2K 49 2
By Langkah_kecil

Nadhira kaget dengan kehadiran Syam di sampingnya. Segera mungkin Nadhira melempar lengan milik suaminya.

"Berisik!" Sentak Syam. Syam terbangun dari tidurnya.

"Kamu ngapain disini? Bukannya semalam kamu bilang nggak pulang?"

"Bisa digorok Saya sama Papa, kalau nggak pulang." Syam merebahkan tubuhnya lagi.

"Kamu nggak ngapa-ngapain Saya kan? terus di mana kerudung saya?" Cecar Nadhira.

"Astagaaa! Ini masih pukul 03.25 kamu bisa nggak sih nggak ngajak ribut! Saya mau istirahat, kamu pikir dengan kamu nggak pakai kerudung, Saya bakal naksir sama kamu? Enggak! Selera saya enggak serendah kamu!" Syam kembali merebahkan tubuhnya, mengusir Nadhira untuk segera beranjak dari ranjang.

Nadhira mendengus kesal, melempar Syam dengan bantal sebelum mengambil wudu, untuk menunaikan salat di sepertiga malam. Nadhira mengurungkan niatnya untuk tidur kembali, ia mau menunggu subuh.

Rasa dahaga menghampirinya, membuatnya beranjak dari duduknya dengan atasan mukena, ia menuruni tangga, ke dapur untuk mengambil air minum. Cahaya dari jendela samping masih bisa menuntunnya sampai ke dapur.

"Deandra," panggil Nadhira. Pada wanita baru saja memasuki rumah. Tak lain adalah adik iparnya.

Deandra Aulia, wanita berusia dua puluh satu tahun, anak ketiga dari Syamsuddin dan Sandra. Sedang menempuh pendidikan S1 ekonomi management.

Nadhira jarang bertemu dengan Deandra. Anak itu suka di luar rumah, daripada di dalam rumah, berkumpul dengan keluarga. Syamsuddin dan Sandra pun juga tidak mengambil pusing anak perempuannya ada di luar, Deandra sering menginap di rumah temannya.

"Kakak." Deandra menghampiri Nadhira baru saja pulang.

"Baru pulang, Dee?" Deandra mengangguk, terlihat sekali ia kurang tidur.

"Mau kakak buatin teh, atau susu?" tawar Nadhira.

"Susu boleh, Kak." Deandra duduk di kursi menunggu Nadhira membuatkan susu untuknya.

"Kamu nggak tidur rumah lagi ya, semalam?"

"Enggak, kak. Dee, menginap di rumah teman,"

"Banyak banget ya tugasnya?"

"Iya, Kak. Capek banget." Deandra mendaratkan kepalanya ke atas meja.

Nadhira sudah selesai membuatkan susu untuk Deandra, selayaknya kakak beradik, Nadhira sayang dengan Deandra, Deandra orang yang mau menerimanya di rumah ini.

"Aaahh ... Hangatnya tubuh Dee, Kak." Nadhira hanya tersenyum pada Adik ipar nya itu.

"Dee, Kakak boleh ngomong sedikit nggak?" tanya Nadhira. Yang mendapat anggukan dari Deandra.

"Of course," jawab Deandra.

"Dee, kalau bisa kamu jangan sering-sering nginap di rumah teman kamu, ya. Kamu kan perempuan," ujar Nadhira. Meraih tangan Deandra.

"Kakak tahu sendiri, kan? Gimana keadaan rumah ini, semua orang hanya sibuk dengan urusan mereka sendiri-sendiri, Mama-Papa hanya mengurus Abang Syam, nggak menganggap Dee ada di rumah ini, kak." Wajah Deandra berubah sendu.

"Kan ada Kakak, kakak selalu ada disini buat, Dee." Deandra menatap Nadhira dengan tatapan haru.

Keduanya saling berpelukan, Nadhira memberikan rasa tenang pada Deandra. Sesekali ia mengusap punggung dan menepuk-nepuk, menguatkan.

Adzan subuh berkumandang, Nadhira melepas pelukannya, dan mengajak Deandra untuk salat subuh sekalian. Namun, segera di tolak oleh Deandra.

"Ayo salat subuh sekalian, yuk!"

"Dee, nanti dulu, Kak. Nanti Dee salat sendiri saja,"

"Oke, kamu istirahat ya," ucap Nadhira.
**

Pagi yang cerah, aktivitas pagi Nadhira sama saja. Seperti biasa Sandra selalu menyindirnya dengan kata-kata yang menusuk hatinya. Namun, Nadhira tidak mau berlarut-larut mengambil pusing kelakuan mertuanya itu.

"Morning, Pa," sapa Nadhira. Yang melihat Syamsuddin menuruni tangga.

"Morning, Dhira. Syam mana?"

"Masih di atas, habis ini Dhira bangunkan,"

"Anak itu." Syamsuddin berdecak kesal mengingat kebiasaan Syam.

Setelah selesai menghidangkan sarapan pagi di meja makan, Nadhira ke kamar untuk membangunnya Syam. Namun, orangnya sudah terbangun, tanpa ia bangunkan.

"Tumben," sergah Nadhira. Melihat Syam sudah di balkon lantai dua, lebih tepatnya balkon yang terhubung dengan kamarnya.

"Iya, Sayang. Nanti aku jemput ya, love you." Pria itu menutup telepon dengan bunyi kecupan. Membuat Nadhira bergidik mendengarnya.

"Ngapain kamu? Nguping?" Sahut Syam. Melihat Nadhira sudah ada di belakangnya.

"Dih, kepedean. Noh, udah ditungguin sama Mama-Papa di bawah," sanggah Nadhira cepat.

Syam menatap tajam ke arah Nadhira. Gadis itu hanya acuh dan menaikan kedua pundaknya, dan mengekor di belakang suaminya.

"Btw tadi siapa? Pacar baru, ya?" Goda Nadhira.

"Kepo!"

Nadhira hanya menaikkan salah satu sudut bibirnya, dan memilih untuk diam, tidak mau ambil tahu juga urusan pribadi Syam. Asalkan pria itu tidak mengusik urusan pribadinya juga.

Mereka sarapan bersama, sesekali ada obrolan-obrolan kecil antara orang tua dan anak. Setidaknya dengan begini, keluarga ini tidak terlalu jauh.

"Dhira, kamu bawa motor terus ke kantor nggak capek, sayang? Mau Papa belikan mobil saja?" tawar Syamsuddin.

"Enggak usah, Pa. Dhira lebih suka naik motor daripada naik mobil, lagian jalanan ibu kota tahu sendiri kan Pa, kalau naik motor kan bisa nyelip-nyelip," tolak Nadhira cepat.

"Nggak papa, nanti berangkatnya agak lagian aja,"

"Syam sudah bilang ke dia, Pa. Mau Syam belikan mobil juga, tapi dianya nolak terus," sahut Syam.  Nadhira tersenyum tipis.

"Enggak, Pa. Dhira naik motor saja. Dhira juga nggak punya SIM." Nadhira mencari alasan agar kedua pria ini tidak memaksanya lagi untuk naik mobil.

"Kakak, kalau naik motor kayak Valentino rosa, Pa," adu Deandra.

"Dee." Nadhira memicingkan matanya ke arah Deandra. Membuat gadis di seberang itu terkekeh.

"Iya kah?" Sergah Syamsuddin.

"Deandra, kalau makan diam, nanti kamu telat," sahut Sandra. Memarahi Deandra, karena bergurau dengan Nadhira.
**

"Morning, Bu," sapa staff yang berpapasan dengan Nadhira. Dan Nadhira pun juga membalas sapaan itu.

"Bu Dhira," panggil Nurdin. Nadhira menghentikan langkahnya.

"Ini proposal yang sudah saya perbaiki, dengan menu barunya. Minta tolong untuk di sampaikan ke Pak Syam boleh, Bu?" Ujar Nurdin.

"Of course, Nurdin. Masak nggak boleh, ini tinggal approve aja kan sama Mas Syam? Ee ... Maksud saya Pak Syam." Nadhira keceplosan memanggil Syam dengan sebutan Mas, di hadapan staff. Nurdin tersenyum pada Nadhira.

"Ada titipan lainnya, Nur?" tanya Nadhira. Sebelum ia naik ke atas.

"Sudah Bu, Tuan Syamsuddin sudah setuju dengan usulan pergantian menunya. Tinggal menunggu approve dari Pak Syam saja." Nadhira mengangguk mengerti.

Setelah mereka berdua selesai berdiskusi, Nadhira ke ruangannya. Menunggu Syam datang, untuk menyerahkan berkas yang di amanah kan padanya.

"Maaf, Non. Anda tidak boleh masuk, kalau belum ada janji."

Samar-samar Nadhira, mendengar keributan di depan ruangan. Ia beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri sumber suara.

"Maaf, Nona cari siapa ya?" tanya Nadhira sopan.

"Saya mau cari Tuan Syam, dia ada di dalam, kan?" Wanita itu terus berusaha masuk ruangan, tetapi berhasil di hentikan oleh Amel.

"Maaf, dengan Nona siapa dan mau apa?"

Wanita itu berdecak, berkacak pinggang, menaikkan kaca mata dan menanggalkan kaca mata itu diatas kepalanya.

"Dania Alexa girlfriend dari Tuan Syam Mahardika, saya mau bertemu dengan boyfriend saya, minggir!" Sentak wanita itu, dan mendorong Nadhira. Amel masih kekeh menghalau wanita itu.

"Ada apa ini ribut-ribut?" Sergah pria baru saja datang.

"You, staff you nih, rese banget." Wanita itu mengalungkan tangannya ke lengan Syam. Nadhira memutar matanya, malas.

"Maaf, Pak. Tadi saya sudah tidak memberikan izin, tapi Nona ini–"

Syam mengibaskan tangannya, dan Amel tahu maksud dari kibasan tangan itu. Amel kembali ke tempat kerjanya.

Sedangkan Syam mengajak Alexa masuk ke ruangannya, Nadhira mengikuti dari belakang, malas. Wajahnya masam melihat pemandangan yang ada dihadapannya sekarang.

"Sayang, kamu ngapain ke sini? Kita bisa ketemu nanti malam, kan?" bisik Syam pada wanita itu.

"You, seharusnya you senang tahu, aku datang kesini." Rajuk Alexa.

Nadhira muak dengan kelakuan mereka berdua dan memilih untuk keluar ruangan. Namun, di cegah oleh Syam.

"Mau kemana!" Sentak Syam.

"Mau ke bawah," jawab Nadhira acuh.

"Tetap di tempat kerja kamu!" Nadhira berdecak. Namun, tetap menuruti perintah Syam.

Alexa mulai agresif, merapatkan tubuhnya dengan tubuh Syam. Tak malu memeluk pria itu dari samping, sedangkan di sudut ruangan ada istri SAHnya.

"Ganjen banget," gumam Nadhira lirih.

Continue Reading

You'll Also Like

27.3K 2.1K 22
Kisah seorang gadis idola yang terkenal dan memiliki banyak penggemar,tapi siapa sangka di balik senyuman nya yang bisa membuat siapa pun terpikat it...
4.7K 472 11
Setelah menyelesaikan permainan yang Kuroto buat dan juga telah mengetahui permainan itu melibatkan keinginan Pallad, sehingga membuat Emu dkk mencar...
Bed Mate By Ainiileni

General Fiction

520K 17.9K 45
Andai yang mabuk-mabukan di barnya bukan Aruna, Mario tidak akan peduli. Namun karena yang berada di depannya adalah mantan tunangan dari sahabatnya...
2.8K 207 49
aku adalah pelaku pertama atas segala tindakan buruk sifatku,jangan salahkan hijab,gamis dan sehelai kain yang aku kenakan.semuanya berasal dari diri...