NIRVANA

dangerouv द्वारा

4.6K 1.4K 987

अधिक

0
11
12
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

13

134 81 48
dangerouv द्वारा


Zea melangkah kan kakinya di tempat luas terbuka ini. sepi, hawanya selalu membuat zea tenang berada disini.

zea berhenti di depan makam yang terjaga rapi dengan rerumputan kecil yang dirawat dengan baik di sekelilingnya

Zea mendekat dan mengusap pelan batu nisan hitam berbahan marmer dengan ukiran nama di atasnya

'Baskara'

Zea tersenyum memandangi itu
"Pagi Aska.. maaf ya aku baru bisa kesini"

Zea mengeluarkan bunga dari tas nya. tangannya beralih menaburkan bunga bunga itu di atas makam cantik itu sesekali mencabuti tanaman yang menganggu  makam seorang baskara

tak lupa Zea menaruh kopi rasa Moccaccino  di samping makam itu. ia membeli nya saat di perjalanan tadi

"kesukaan kamu.. aku selalu bawa ya" Celoteh Zea seakan akan baskara nya akan memarahi perempuan ini jika sampai ia lupa membelikan nya

Senyum di wajah yang tadi dia ukir mendadak pudar kembali

ia duduk di samping nya sambil mengelus pelan nisan itu

"Aku putus sama dia, ka.."

Zea tersenyum miris sambil menengadah, menatap langit kemerahan di pagi ini

"Aska.."

"Makasih banyak ya? kamu udah lepasin aku di tangan orang yang tepat"

"Ralvin orang baik. dia orang terbaik yang gue temui ka.."

"setelah kamu pergi, Ralvin selalu jaga aku, selalu ada buat aku, dia yang paling ngerti aku.. "

Zea mengigit bibirnya sendiri
"Aska.."

"A-aku sayang banget sama dia.."

"Aku takut, ka.. aku takut gabisa tanpa dia. sama seperti aku kehilangan kamu dulu"

bulir bening itu keluar dari matanya, Zea langsung cepat cepat menghapusnya. ia ingat baskara sangat tidak menyukai disaat dirinya sedang menangis.

"Maaf.."

"Maaf aku selalu nangis setiap ke sini, aska, maafin aku"

ia yakin jika aska ada disini melihatnya pasti ia akan mengomeli dirinya. Zea berusaha menarik senyum di wajahnya, walau susah

"aku berangkat ya aska" Zea mendekat mengecup pelan nisan itu

"aska doain aku ya, biar bisa lepasin dia sepenuhnya"

.

.

.

Ralvin terduduk sendirian di ruang musik nya. Seven baru saja mengabari kalao Zea sudah di kelas sedari tadi membuatnya sedikit lega.

tadi pagi Ralvin sempat mencari Zea kerumah, hanya memastikan Zea berangkat dengan aman karena ia tak lagi bisa menjemput nya. tapi Ternyata Zea sudah berangkat lebih lagi darinya membuat Ralvin langsung kepikiran

Chat Ralvin tidak dibalas satupun. Sejak memutuskan pisah Ralvin masih terus mencoba berkomunikasi denga Zea. tapi percuma, Zea sama sekali tidak peduli dengan ratusan chat yang sudah ia kirim padahal kontak nya sama sekali tidak di blokir.

Bodohya Ralvin masih tetap menanyakan nya

_____

Ralvin
dimana?
sudah berangkat?
Read.

Ralvin
jangan lupa minum obat

______

Ralvin meletakkan hp nya habis mengirimkan pesan itu, memilih mengambil gitarnya. ini pertama kalianya Zea membuat mood nya sedikit rusak

Ralvin duduk di sofa sambil mulai memetik senar gitarnya

Now playing
[Never not - Lauv]

We were so beautiful
We were so tragic
No other magic
Could ever compare

Ralvin memainkan lagu itu dengan fingerstyle nya membuat dirinya larut dalam petikan nya sendiri

I lost myself, seventeen
Then you came, found me
No other magic
Could ever compare

There's a room
In my heart with the memories we made
Took 'em down but they're still in their frames
There's no way I could ever forget, hmm..

Mata Ralvin ikut terpejam mengikuti alunannya, membiarkan tangannya tetap memetik senar yang ia sudah hapal posisinya

For as long as I live
And as long as I love
I will never not think about you
You, hmm..
I will never not think about you

Ralvin memberi jeda sedikit lama entah kenapa ia sedikit tertahan untuk melanjutkan bagiannya

From the moment I loved
I knew you were the one
And no matter whatever I do
Ooh, hmm..
I will never not think about you

Ralvin berhenti sampai di reff pertama. memainkan lagu ini hanya membuat semua pikirannya dipaksa mengigat perempuan itu

Ralvin menoleh karena mendengar tepukan tangan dari arah pintu masuk

itu Shena

Ralvin lupa kalau gadis ini ikut masuk band nya kemarin,entah sejak kapan ia berdiri disana.

"bagus.." 

"thanks"

Shena berjalan mendekat memberi syarat apakah dirinya boleh duduk di samping Ralvin dan dibalas anggukan dari laki laki itu

"aku shena, barangkali kakak lupa"

"otak gue ga se dangkal itu"

Shena hanya tersenyum canggung
"lagu itu.. kakak lagi mikirin orang?"

"i just play.."
Jawab ralvin sambil mengatur nada pada senarnya

Shena hanya mengangguk, ia menatap Ralvin dari samping yang masih terfokus pada gitarnya, bahkan tak menoleh sedikitpun.

"Aku dengar kakak baru putus ya?"

Ralvin tidak merespon, membuat Shena merasa tidak enak

"ah maaf.. aku bukannya penasaran kak tapi gosip nya udah kesebar karena pertengkaran di kelas kakak.."

"Shena.."

Ralvin menjeda sejenak petikan gitarnya

"kalo lo cuma mau bahas itu, mending lo pergi"

Shena mengulum bibirnya sendiri, basa basi nya seperti nya hanya memancing emosi laki laki ini. ia diam sejenak membiarkan keheningan mengisi mereka, hanya suara petikan gitar yang terdengar. lalu shena memilih berdiri dan berjalan ke arah beberapa poster yang ditempel mereka di ruangan ini

"Kita hampir gapernah bicara ya?.."

Ralvin masih tidak mempedulikan nya, ia masih menempel pada gitarnya dan mengeluarkan nada nada random dari sana

"Padahal aku pernah suka sama kakak"

Jari Ralvin berhenti. pandangannya tertuju pada shena yang sekarang tengah berdiri membelakanginya

Shena memiringkan badannya, membuat Ralvin bisa melihat senyum manis perempuan ini


"2 tahun.. aku perjuangin kakak"

Rasanya Ralvin benar benar dikejutkan dengan fakta dari perempuan ini. bagimana bisa? satu pertanyaan membuat otak Ralvin benar benar berputar

Shena sadar kalau Ralvin pasti benar benar bingung, ia terkekeh pelan melihat raut wajahnya, sangat pelan. Shena kembali membelakangi Ralvin sambil mengusap pelan poster hitam di depannya

"Kita satu sekolah kak,bahkan sejak masih smp"

"Aku tahu kakak gamungkin kenal aku..aku cuma satu dari puluhan gadis yang menyukai kakak"

"kamu selalu jadi alasan aku semangat kak,bahkan denger nama kakak aja aku udah seneng banget. sesederhana itu. ga masalah kalau kamu ga pernah tau keberadaan aku, tapi kakak harus tau keberadaan kakak benar benar berpengaruh buat aku"

Shena menghela nafas pelan sejenak, masih terus melanjutkan bicaranya
"Maaf ya kalau aku terkesan obsessed. aku butuh orang buat alasan aku bahagia kak, dan kamu tau? mencintai dalam diam itu benar benar sakit"

Ralvin masih terdiam mendengar itu, Shena benar benar membuatnya mematung. Sebelum Ralvin menjalin hubungan memang ada beberapa perempuan yang menyukai nya tapi ia tidak pernah mempedulikan mereka, detik ini juga Ralvin  merasa bersalah. seandainya saja ia lebih peduli dengan orang orang itu. semua salahnya.


Shena masih melanjutkan bicaranya

"di hari aku tau kalau kakak udah jadian sama perempuan lain, aku hancur kak. aku ngerasa kehilangan kakak padahal ga pernah dan ga akan bisa aku miliki. aku berhenti saat itu juga, aku gamau ganggu kalian. "

Ralvin sama sekali tidak mengigat perempuan berambut pirang ini, Shena benar benar menyembunyikan perasaannya dengan baik.

Shena menatap Ralvin yang masih tidak mengeluarkan satu katapun, menurutnya itu lucu melihat Ralvin yang sepertinya sedang dilanda banyak pertanyaan

"Kakak beneran ga inget aku kan? aku bersyukur kalo gitu, aku jadi ga perlu mati matian nahan malu ketemu kakak saat ini"
Shena tertawa kecil

"karena kakak udah putus, aku pikir setidaknya kakak harus tau ini.. maaf ya kalo aku buat mood kakak jadi ga bagus"

"jangan jauhi aku kak, itu udah jadi masa lalu. aku udah ga nyimpen rasa lagi buat kakak. tolong jangan berubah ya? anggap aku ga pernah suka sama kakak"

Shena berjalan menjauhi Ralvin menuju pintu keluar, tapi ia sempatkan menoleh sejenak pada laki laki itu

"aku seneng akhirnya bisa omongin ini semua sama kakak,benar benar lega rasanya.. apapun yang terjadi, tetap jadi orang baik ya kak?" Shena tersenyum kemudian melangkahkan kakinya keluar

"Shena.."

Shena menoleh

"Makasih ya?"

"Makasih udah naruh rasa sama gue"

.

.

.



Gabriella Shena Lunarie

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

78.2K 5.1K 68
Why did you choose him? "Theres no answer for choosing him, choosing someone shouldn't have a reason." - Aveline. ------------ Hi, guys! Aku kepikir...
311K 23.7K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
AMETHYST BOY AANS द्वारा

फैनफिक्शन

472K 47.1K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
101K 17.9K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...