NADHIRA CHAIRUNNISA

By Langkah_kecil

65.1K 2.3K 91

FOLLOW DULU YA BESTIE, SEBELUM BACA !! Hatur nuhun :) Nadhira Chairunnisa, gadis dengan mata hazel, yang dib... More

01
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

02

2.2K 83 0
By Langkah_kecil

"Nggak tahu adab. Untung anak yang punya toko, kalau enggak sudah aku habisi." Sepanjang jalan Nadhira mengomel.

Sesampainya di rumah, Nadhira mengambil air di dalam kulkas, untuk mendinginkan suhu badannya yang ikut memanas.

"Eh, kenapa nih. Mukanya ditekuk gitu? Belum ada setengah hari sudah balik rumah?" Sergah Fatimah. Sedang memotong sayuran untuk menyiapkan makan siang.

"Geram Sekali aku, Te. Masak tadi anaknya yang punya toko mau melecehkan Nadhira, pegang-pegang Nadhira, ajak cek in pula. Kalau bukan karena anaknya pemilik toko sudah–" Nadhira mengeratkan gigi, dan mengepalkan tangan ke udara.

Fatimah yang mendengar cerita keponakannya ikut geram juga dengan tingkah semena-mena anak pemilik toko itu.

"Terus? Kenapa Dhira enggak kasih dia pelajaran saja?" Fatimah duduk di kursi depan Nadhira.

"Pantas tahu, laki-laki seperti itu diberikan pelajaran," tambah Fatimah.

"Tak sampai hati aku, Tante. Melihat ayahnya memohon, membela anaknya." Nadhira meneguk air yang berada di tangannya.

"Besok Tante pergi ke toko seberang."

Fatimah beranjak dari duduknya, dan melanjutkan aktivitasnya, dibantu dengan Nadhira.

"Enggak usah, Tante." Tolak Nadhira. Menghabiskan air dalam gelasnya.

Tin tin tin

Bunyi klakson dari luar membuat keduanya menoleh ke arah jendela, di lihatnya perempuan berkerudung motif bunga-bunga yang berada di balik kemudi.

"Eh, Nia!" Seru Nadhira. Melihat sahabatnya bertamu ke rumah.

"Tante, Nadhira keluar dulu, ya." Gadis dengan setelan gamis hitam dan kerudung warna senada itu keluar menyambut sahabatnya.

"Eh, Nia! Apa kabar? Ingat kampung juga kamu?" cicit Nadhira. Memeluk sahabatnya.

"Kamu ini, aku datang juga. Enggak senang aku datang kesini?" Nia mengerucutkan bibirnya, dengan tangan masih memegang tangan Nadhira.

Nadhira terkekeh, mendengar Nia ngambek dengannya.

"Enggak! Balik sana," usir Nadhira. Menggoda Nia.

Plaak!

Nia melayangkan satu pukulan kecil pada lengan sahabatnya. Kemudian mereka tertawa bersama. Sudah hampir dua tahun, Nadhira tak melihat sahabatnya. Karena Nia merantau ke kota dan pulang jikalau ada kepentingan mendesak atau lebaran saja.

"Selesai kuliah, kamu belum dapat kerja lagi, ya? Kamu itu, aku ajak ke kota nggak mau, sekarang lihat? Begini-begini saja, kan?" Ujar Nia. Sembari melahap keripik buatan Nadhira.

"Belum, kemarin aku dapat kerja, tapi ya ... Begitulah, malas mau cerita."

"Ayolah, ikut saja aku ke kota. Nanti kamu tinggal sama aku, aku ngontrak rumah sendiri tahu, kalau ada kamu kan nanti bisalah, biaya kontrak kita bagi dua, lumayan buat cek out si oren," ucap Nia. Menyeringai jail.

"Ish ... Kamu ini, belanja saja. Kamu itu harus save uang kamu beberapa, untuk keperluan ke depan,"

"Iya iya ... Jadi kamu mau ikut aku apa enggak nih?" Nadhira menatap sahabatnya, dengan bimbang.

"Kamu tahu, kan. Aku enggak pernah pisah dari Dede dari kecil. Dede sudah semakin tua, aku enggak tega membiarkan beliau sendirian di rumah,"

"Eh, Om-Tante kamu kan ada." Nia kembali memasukan keping demi keping kripik ke mulutnya.

"Cobalah ... Memang susah kalau di desa, Dhira. Kalau mau cari gaji besar dan pekerjaan enak,"

"Pekerjaan enggak ada yang enaklah ... Kalau kita menikmati dan ikhlas mengerjakan karena Allah, baru itu enak," sanggah Nadhira.

"Oke ... Ustadzah." Nia menelangkup kan kedua tangannya, tanda meminta maaf.

"Jangan khawatir soal makan dan tempat tinggal di sana, Dhira. Apa yang aku makan, nanti kamu makan itu, so ... Biaya kontrak, gampang lah nanti,"

"Aku coba bicarakan dulu dengan Dede, juga Om-Tanteku nanti."

Setelah selesai berdiskusi soal pekerjaan, mereka berdua pergi untuk membeli jajanan di pasar. Nostalgia dengan jajanan masa kecil, yang perlahan menghilang dari pasaran.

***
Satu bulan kemudian ...

"Dhira, pamit dulu Dede, Om, Tante." Dhira mencium punggung tangan mereka berdua. Diikuti dengan Nia, setelah bermusyawarah, Nadhira diberikan izin untuk mengadu nasib di kota.

Berkali-kali Nadhira mendapat kerja, tetapi tak bertahan lama. Karena tidak nyaman dengan pekerjaan, kadang tak sesuai dengan gaji yang diinginkan nya, dengan lulusan cumlaude bidang marketing.

"Kamu keluar lagi?" tanya Nia pada Nadhira.

"Iya,"

"Udah berapa kali kamu keluar kerja terus, belum sampai sebulan, kamu udah keluar." Nia meletakkan masakannya di atas meja untuk makan malam.

"Enggak jodoh kali," cicit Nadhira.

"Enggak jodoh, enggak jodoh. Kamu aku ajak kerja denganku enggak mau, sekarang bilang begitu pula," protes Nia.

"Kenapa? Kamu enggak suka, ya ... Aku di sini, sama kamu?" Goda Nadhira pada Nia.

"E ... Itu mulut belum pernah dicocol sambel, ya? Bukan begitu Dhira, aku ini cuma ingin kamu dapat pekerjaan yang layak, gaji besar, enjoy." Nia memainkan kedua tangannya di udara.

"Iya ... Besok aku coba lagi, cari kerja."  Gadis bermata hazel itu menyendok kan nasi ke piringnya.

"Aku rasa kan, cari kerja di kota memang susah," tambah Nadhira.

"Uuh! Itu bibir, asyik mengeluh saja. Seharusnya kamu bersyukur tahu, kamu keluar kerja hari ini, lusa sudah disuruh masuk kerja lagi di tempat lain. Coba lihat orang-orang di luar sana, sudah hulu ke hilir pun tak dapat-dapat kerja, lebih baik lelah bekerja, daripada lelah cari kerja," ujar Nia menasihati sahabatnya.

"Tumben betul," sergah Nadhira.

Mereka menikmati hidangan yang dimasak oleh Nia. Setelah selesai makan, Nadhira mencuci piring kotor, dibantu oleh Nia.

Triing!

Bunyi telepon seluler milik Nadhira, Nadhira segera menerima telepon dari nomor baru.

"Ini beneran?" Tanyanya dengan orang di seberang telepon.

"Alhamdulillah, terima kasih. Assalamu'alaikum," tutup Nadhira.

"Kenapa?" Sahut Nia.

"Aku dapat kerja, besok aku di suruh masuk kerja. Yeay!" Nadhira kegirangan mendapatkan pemberitahuan dari perusahaan.

"Lagian, kamu itu, ini udah jaman dua ribuan, ponsel masih aja buruk." Nia mencolek ponsel milik Nadhira.

"Biarin, biar pun buruk, masih bisa untuk kirim massage dan telepon," ucap Nadhira. Menjulur ujung lidahnya.

"Kalau kamu ganti ponsel kan, kamu bisa cari informasi kerjaan yang layak  lewat internet, Dhira," ucap Nia.

"Iya ... Lagian sayang tahu, ini ponsel pertama yang aku beli dari hasil menabung tahu." Nadhira mengelus-elus ponselnya.

"Sayang mana, ponsel atau aku?" tanya Nia.

"Of course sayang ponsel," goda Nadhira.

Nia mengerucutkan bibirnya, dan melipat kedua tangannya di depan dada. Merajuk dengan sahabatnya.

"Enggak enggak, sayang kamu dong," tambah Nadhira. Kemudian mencium pipi sahabatnya itu. Mereka tertawa bersama. Dan berjalan menaiki tangga untuk bersiap istirahat.

***
"Morning tuan putri, telat bangun?" Sapa Nadhira. Saat melihat sahabatnya menuruni tangga, dengan handuk dan baju ganti di bahunya.

"Hmm," jawab Nia. Masih menutup mulutnya, karena menguap.

Nadhira, menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Mereka bergantian untuk masak, Nadhira terbiasa menyiapkan semuanya, dan rajin mengemas rumah.

Triing!

Ponsel Nadhira kembali berdering, kali ini bukan dari orang perusahaan, melainkan dari kakeknya.

"Assalamu'alaikum, Dede," sapa Nadhira.

"Apa? Tapi, Dede ... Nadhira nggak mau," tolak Nadhira.

"Nadhira belum siap, Dede. Iyalah, besok akhir bulan Nadhira pulang." Nadhira mendengus kesal.

"Siapa yang telepon, sampai buat muka kamu seperti baju belum disetrika gitu?" Sahut Nia. Baru saja keluar dari kamar mandi.

"Dede,"

"Ada apa?"

"Mau menjodohkan aku, dengan anak orang kaya, dan baik hati, katanya." Nadhira memutar bola matanya malas.

"Wih, anak raja rupanya. Aku yang mau anak raja, kamu yang dapat anak raja," goda Nia.

"Mau?" Tangan Nadhira sudah mengambang di udara dengan telur di tangannya.

"Arrggh, garangnya." Nia berlari sebelum menunju kamar, sebelum Nadhira benar-benar melemparnya dengan telur.

- tbc -

Continue Reading

You'll Also Like

19.7K 1.4K 36
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Slow Update!!! Spiritual-Romance *** Kisah cinta dari Assyifa Humaira yang berusaha mengambil hati dari seorang Gibran Alfa...
1.3M 157K 42
[ Spiritual - Romance ] - Selesai (belum Revisi) Sequel Halalku (bisa dibaca terpisah) "Bantu Mawar ya, A. Mawar jauh dari kata baik. Sekarang, Mawar...
4.6K 523 46
Don't plagiat my story' oke Inget dosa loh author emang ga liat tapi Tuhan maha melihat jadi mending di skip aja ya niat nya _________________- Kisah...
6.9K 663 29
Kehidupan Calestia Paradise, tempat dimana harapan dan bencana dunia antara berakhir atau tidak. Sejarah manusia yang bisa bertahan hidup. Tempat yan...