Blind Date

De Desofie

122K 19K 1.7K

Raden mas Bagaskara Rahagi Hammani, pemuda tampan berkulit hitam manis, tengah dipusingkan dengan permintaan... Mais

Prolog
Part 1
Part 2
❤HALLO FROM KAROS PUBLISHER❤
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
OPEN PO

Part 25

2.6K 369 35
De Desofie

"Aw,"

"Maaf, Mbak." ucap perawat yang tengah menangani Arimbi. Luka di lutut Arimbi mengeluarkan darah yang cukup banyak.

"Iya, Mbak. Tolong agak pelan sedikit ya, perih." kata Arimbi menahan sakit.

Tak lama kemudian Marissa tiba di puskesmas tempat Arimbi memperoleh perawatan. Iya, tadi tidak jauh dari kantor Arimbi terserempet sebuah mobil yang melaju kencang, pengemudinya kabur dan tidak bertanggung jawab. Beruntung ada beberapa warga sekitar yang membantunya menuju puskesmas terdekat, dan selama dalam perjalanan Arimbi memberitahu Marissa tentang kejadian ini.

"Arimbi, kamu nggak kenapa-napa?" seru Marissa cemas begitu sampai di sana.

"Sakit." rajuk Arimbi.

"Gimana, Mbak. Apa ada luka serius?" tanya Marissa pada perawatnya.

"Alhamdulillah nggakbada yang serius, kecuali luka di lutut nggak ada luka lainnya." jelas perawat itu. "Tapi karena lukanya di lutut tingkat kesembuhan mungkin akan agak lama, Mbak. Banyak-banyak istirahat dan kakinya dilatih pelan-pelan aja kalau mau jalan. Nah, selesai." kata perawat itu.

"Gimana ceritanya?" tanya Marissa.

"Nanti aku cerita, anter aku pulang dulu." kata Arimbi.

"Motormu dimana?"

"Ada di depan, nanti aku minta tolong karyawan mama yang ambil." kata Arimbi.

"Mama papamu sudah tahu?" tanya Marissa.

Arimbi menggeleng pelan, "aku nggak mau mereka khawatir, nanti saja aku cerita di rumah. Oh ya, tolong uruskan administrasinya ya." kata Arimbi.

"Tunggu di sini dulu, aku ke kasir." kata Marissa.

Marissa menyelesaikan administrasinya dengan cepat, setelah itu ia membawa Arimbi pulang. Dalam perjalanan Arimbi menceritakan kejadiannya, ia tidak bisa menceritakn dengan detail karena kejadiannya cepat sekali.

"Itu orang mabuk apa tidur sih, bawa mobil ugal-ugalan. Berhenti sebentar apa salahnya sih, buat ngecek kondisi korbannya." gerutu Marissa. "Oh ya, Bagas sudah tahu belum?" tanya Marissa.

"Belum." jawab Arimbi.

"Kenapa belum diberitahu?"

"Ini masih pagi, dia pasti banyak kerjaan di kantor, aku nggak mau ganggu. Lagian aku baik-baik aja kok." jawab Arimbi.

"issh kamu ini, kebiasaan nggak mau ganggu." Marissa geleng-geleng kepala. Sahabatnya ini memang tidak mau merepotkan siapapun.

Gerbang rumah Arimbi kebetulan terbuka jadi mobil Marissa langsung masuk ke dalam. Setelah mematikan mesin mobil, Marissa keluar lalu berjalan memutar ke arah samping. Ia membuka pintu mobil lalu membantu Arimbi turun.

"Arimbi." seru mamanya Arimbi begitu melihat Arimbi turun dari mobil dengan dipalah Marissa, matanya langsung fokus ke arah kaki Arimbi. Ia langsung ikut memapah Arimbi.

"Apa yang terjadi? kamu kenapa?" tanyanya panik.

"Rimbi nggak apa-apa, Ma. Tadi keserempet mobil." jelas Arimbi.

"Astagfirullahalazim, kamu beneran nggak apa-apa? kamu udah ct scan belum? MRI? Rontgen? apa ada yang nyeri?" tanya mama Arimbi lagi.

"Ma," kata Arimbi.

"Mama khawatir sayang." kata amamnya lagi.

Arimbi memeluk mamanya, "Rimbi tahu, Ma. Mama nggak usah cemas kata dokter aku baik-baik saja kecuali di lututku nggak ada yang perlu dicemaskan."

"Alhamdulillah, Papamu jangan diberitahu dulu, mama khawatir nanti papamu cemas lalu mggak hati-hati di jalan."

Oh, jadi hal seperti ini juga yang dikhawatirkan Arimbi, karena itu ia nggak mau mgabarin orang tuanya langsung batin Marissa.

Arimbi sudah berada di kamarnya, ia akhirnya berbaring di ranjang. Tak lama kemudian mamanya datang dengan membawa 2 gelas teh.

"Ayo minum obatnya dulu." kata mamanya. Arimbi meraih obat yang diserahkan oleh ibunya.

"Makasi, Ma." kata Arimbi.

"Makasi tehnya, Tante." kata Marissa.

"Sama-sama. Oh ya motormu mana?" tanya mama.

"Masih di puskesmas. Ma, bisa minta tolong nggak? minta karyawan mama ambil motor Rimbi? ada lecet-lecetnya, jadi harus dibawa ke bengkel juga." kata Arimbi manja.

"Tentu saja, kalau begitu mama keluar dulu. Mau telpon Anto buat ambil motormu." kata Mama.

"Oh ya, aku sudah minta surat keterangan sakit tadi, jadi kamu bisa istirahat selaman3 hari di rumah." kata Marissa.

"Thank you, bestie." kata Arimbi.

"Sama-sama, yakin nggak ada luka lain lagi? kamu pusing nggak, mual?" tanya Marissa khawatir.

"Yakin, yang sakit dilutut aja nih." kata Arimbi.

"Syukurlah. kalau begitu aku kembali ke kantor dulu. Kamu nggak usah mikirin kerjaan kantor, nanti aku bantu kerjain."

"Maaf ya, aku gerepotin kamu." kata Arimbi.

"Santai, kamu istirahat aja, kalau cepat pulang nanti aku mampir sepulang kerja." pamit Marissa.

Arimbi sedikit memiringkan tubuhnya, lalu memejamkan mata, berusaha untuk tidur.

***

Arimbi baru saja selesai mandi sore, sungguh sangat sulit mandi dengan luka di lutut.

"Sayang, ada nak Bagas di depan."

"Apa?" seru Arimbi, ia menoleh melihat mamanya muncul dari balik pintu.

"Cepetan ya." ucapnya lalu berlalu begitu saja.

Dengan langkah tertatih Arimbi berjalan menuju ruang tamu. Benar saja di sana ada Bagas yang sedang duduk menunggunya, melihat Arimbi berjalan pincang ia bergegas menghampiri Arimbi, membantunya duduk di kursi. Ia memastikan kenyaman Arimbi lalu duduk disebelahnya.

"Kamu kenapa nggak bilang jadi korban tabrak lari? terus lukanya gimana?" tanya Bagas, terlihat sekali kalau ia benar-benar mencemaskan Arimbi.

"Maaf, aku nggak mau kamu cemas." balas Arimbi.

"Tapi, kamu tahu darimana aku kecelakaan?"

"Marissa memberitahuku, kalau bukan Marissa kamu pasti nggak bakal ngasi tahu aku." kata Bagas kesal.

"Aku pasti bilang saat keadaanku sudah lebih baik." bela Arimbi.

Bagas menggeleng, "sakit?" tanya Bagas sembari menyentuh lutut Arimbi yang menggunakan perban.

"Sudah lebih baik setelah aku minum obat dan cukup tidur tadi."

"Kejadiannya gimana? kamu sudah lapor polisi?"

"Lapor polisi?" kata Arimbi mengulang ucapan Bagas.

"Iya lapor polisi, masa lapor ke pak RT, ini masuk tabrak lari."

Arimbi tertawa, "Aku udah nggak apa-apa kok, lagian kalau mau lapor aku juga nggak tahu mobil apa yang nabrak, aku cuma ingat warnanya aja, warna hitam selebihnya nggak ada." jelas Arimbi.

Bagas menghela napas, "syukurlah kamu baik-baik saja, lain kali kalau terjadi sesuatu sama kamu, kamu harus memberitahuku terlebih dahulu dari siapapun." kata Bagas.

Arimbi menatap takjub pada Bagas, apa pria ini benar begitu perhatian padanya? sikapnya benar-benar membuat hati Arimbi berbunga-bunga. Bagas merapikan beberapa helai rambut Arimbi yang jatuh ke pipinya lalu menariknya ke belakang telinga.

'Ya, Tuhan, ganteng banget.' sorak suara hati Arimbi, dadanya bahkan bergemuruh dengan cepat. Apakah Arimbi terkena panic attack? Sekarang wajah mereka sudah semakin dekat, Arimbi benar-benar sesak napas, apakah Bagas akan menciumnya lagi? Arimbi sudah bersiap memejamkan mata, tapi sebuah suara yang begitu keras mengejutkan mereka.

"Rimbiiiiiiiiii, kakimu kenapa?"

Keduanya menoleh ke arah pintu bersamaan, "pa ... pa," seru Arimbi.

"Apa yang terjadi?" tanyanya cemas.

Bagas langsung menggeser duduknya lebih jauh dari semula. Ia berdehem, untuk menghilangkan keterkejutannya.

"Rimbi keserempet mobil, Pa. Tapi papa jangan khawatir, Rimbi nggak kenapa-napa kan?" ucap Arimbi meyakinkan papanya.

"Keserempet? kamu sudah Ct Scan, MRI, Rongten? hasilnya gimana?"

Arimbi menghela napas, nggak papa nggak mama sama saja.

"Aku baik-baik saja, Pa." balas Arimbi.

"Syukurlah, kalau kamu merasa pusing, mual bilang langsung sama papa." katanya.

"Nak Bagas, gimana kabarmu?" tanya Papa beralih ke Bagas.

"Baik, Om."

"Kamu utang penjelasan ke papa, Rimbi. Ya sudah, om ke dalam dulu, silahkan lanjut lagi ngobrolnya." kata papa Arimbi.

"Papamu cemas sekali." kata Bagas.

"Iya, mama sama papa sama aja." balas Arimbi.

"Berarti besok kamu nggak masuk kerja." kata Bagas.

"Iya, ijin istirahatku 3 hari jadi aku harus memanfaatkannya dengan baik."  kata Arimbi.

"Kamu harus  berlatih berjalan supaya otot-ototmu nggak kaku." kata Bagas.

"Iya, aku pasti berlatih. Aku bukan anak manja." kata Arimbi.

"Aku tahu." kata Bagas menggenggam tangan Arimbi, kali ini genggamannya lebih erat.

***

Next?












Continue lendo

Você também vai gostar

2.6M 39.6K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
985K 91.3K 53
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
7.3M 353K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
1.4M 72.1K 69
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...