*
*
*
Spent 24 hours I need more hours with you
-Yoongi POV-
Setelah perkenalan kami yang singkat, teramat singkat menurutku. Aku dan Daisy menjadi semakin dekat karena pertemuan kami yang bisa dikatakan setiap hari. Dia adalah tipe wanita yang menyenangkan, dia sangat pintar, mau belajar ,cepat tanggap dan menggemaskan.
Awalnya aku merasa sedikit terganggu dengan kedatangan nya tapi semakin hari aku semakin nyaman berada didekatnya. Seperti malam ini tanpa bisa ku cegah aku menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, lagi. Seperti aku belum rela jika dia tidak berada di jangkauan mataku.
"Hey mau ku antar?" Tanyaku
Dia menoleh padaku "Tidak usah, hari ini bukan aku yang membelikan roti lapis, jadi aku tak mau merepotkan mu" ucapnya tersenyum
"Tidak masalah, tunggu lah di bawah aku akan segera menyusul" ucapku
"Kau serius, ah maksudku..." Daisy menjeda ucapannya, seperti ada rasa ragu dalam ucapannya, kemudian "Baiklah" putusnya lalu segera turun menunggu di lobby, meninggalkanku duluan.
Aku segera menuju parkiran untuk mengambil mobilku lalu menghidupkannya dan membawanya ke depan gedung BIG HIT setelahnya aku mengiriminya pesan
Yeon Daisy
"Aku sudah didepan"
Setelah mengirimkan nya pesan, tak lama kulihat dia berjalan keluar dengan sedikit berlari, dia terlihat sangat menggemaskan. Aku tersenyum tanpa sadar, lalu membukakan pintu untuknya. Daisy masuk dan duduk dengan nyaman.
"Mm... Yoongi apa bisa kita mampir ke supermarket sebentar?" Tanyanya terlihat ragu, dan ku balas dengan anggukan.
"Baiklah, tapi sebelum itu sebaiknya kita makan dulu, apa kau tak lapar?" tanyaku
"Bagaimana kalo kita makan di apartementku saja?" Tawarnya tiba-tiba
Di apartemen nya? apa yang sedang kau pikirkan hey min yoongi.
"Apa tidak merepotkan mu" ucapku sedikit segan
"Tidak masalah, kecuali jika kau memintaku memasak masakan yg rumit itu akan membuatku pusing, karna aku tak begthu pandai memasak" ucapnya jujur,
Aku tersenyum "Baiklah mari belanja" ucapku
Aku menjalankan mobilku menuju padatnya jalan ibu kota, lalu membelok ke arah supermarket.
"Mm... Yoongi lebih baik kau menunggu di sini saja tak usah ikut keluar, aku akan belanja sendiri" Daisy melepaskan seat beltnya dengan cepat
Aku segera mengambil topi dan masker lalu memakainya
"Tidak apa, aku akan memakai masker dan topiku" jawabku
"Kau yakin??" Tanyanya ragu, aku mengangguk dengan yakin
Aku membuka pintu mobil dan berjalan lebih dulu darinya, Daisy mau tidak mau mengikuti ku dari belakang. Kami masuk ke dalam supermarket, syukur nya malam ini supermarket ini tidak terlalu ramai.
Aku membantu mengambil troli untuk menaruh belanjaan Daisy, mendorongnya dan berjalan di sampingnya. Aku terkejut saat Daisy hanya mengambil ramyon, telur, kimchi, daun bawang, air mineral dan beberapa cemilan.
"Hanya ini belanjaanmu?" Tanyaku heran
"Iy-ya, karna aku tidak terlalu pintar memasak, jadi cukup ini untuk persediaanku" jawabnya
Sejenak aku terdiam "Dia akan sakit jika hanya makan ramyon dan kimchi, dapat gizi dari mana jika hanya itu" batinku
Aku berbalik menuju ke rak daging mengambil beberapa daging, tahu, susu, yogurt, buah, sayur dan banyak lainnya sampai kurasa cukup.
Aku mendorong troli yang penuh itu, mendekati nya "Ini baru namanya belanja kebutuhan" ucapku
Setelah itu aku mendorong troli belanjaannya kini menuju kasir, meletakkan semua belanjaan di atas meja kasir. Penjaga kasir mulai men-scan semua barang belanjaan, lalu saat aku mengeluarkan kartuku untuk membayarnya.
"Yoongi itu tidak perlu, biar aku yang membayarnya" tolaknya dengan wajah cemas
"Biar aku yang bayar, anggap saja ini balasan karena kau mau mengajakku makan malam di apartemen mu" ucapku sambil tersenyum
"T-tapi ... " sebelum Daisy menyelesaikan ucapannya, kasir sudah menggesek kartu ku lalu mengembalikannya.
"Aku akan mengembalikan nya saat aku gajian" ucapnya sungkan
"Jangan kau ganti cukup masakan aku sesuatu yang enak saja malam ini" aku langsung membawa dua plastik besar itu berjalan ke arah parkiran mobil.
"Terimakasih yoongi, sungguh ..." ucapnya saat membuka pintu mobil untukku.
Aku menoleh padanya mengangguk sekali lalu tersenyum.
"Ayo" ajakku
Setelah Daisy sudah duduk di tempatnya, dan aku di belakang kemudi, Aku menjalankan mobilku dengan kecepatan sedang.
Sesampainya di apartemen Daisy yang berada di lantai 10, sesuai tombol yang di tekannya tadi di dalam lift, kini aku mulai merasa sedikit gugup. Ini pertama kali aku masuk ke dalam apartemen orang lain, apa lagi ini seorang gadis.
Aku mencoba tenang, saat pintu telah dibuka dan Daisy mempersilahkan masuk, aku melihat sekeliling di dalam ruangan apartemen yang tak begitu luas namun terlihat unik namun nyaman.
"Apartemen mu unik" ucapku sambil meletakkan belanjaan diatas meja dapur
"Terima kasih" jawabnya tersenyum
"Duduklah.. kau ingin minum apa?" Tanyanya padaku
"Apa saja" jawabku, lalu duduk di sofa ruang tengah dengan nyaman
Setelah itu tak lama Daisy datang membawa sebotol air mineral dan duduk disampingku
"Maaf di apartemen ku hanya ada air mineral" ucapnya
"Tidak apa-apa" ucapku lalu menerima air minumnya yang di taruh Daisy di meja depanku
"Yoongi bolehkah aku mandi dulu?" Tanya Daisy
"Ini apartemen mu Daisy, kenapa kau meminta persetujuanku?" Ucapku terkekeh
"Aku tak ingin membuatmu lama menunggu yoongi. Ok! tunggulah aku tidak akan lama" ucapnya lalu berjalan ke kamar.
Aku beranjak dari dudukku, lalu berjalan melihat foto-foto yang tergantung di dinding ada foto Daisy kecil yang duduk dipangkuan ayahnya
"Menggemaskan" ucapku
Tak lama ku lihat Daisy keluar dari kamarnya dengan sudah berganti outfit nyamannya.
"Oh ya yoongi, jika kau ingin ke kamar mandi pakai saja kamar mandi didalam kamar ku.. " ucapnya sambil berjalan ke arahku
"Aku memang ingin ke kamar mandi sebentar" ucapku
"Masuk saja kedalam, pintunya sebelah kiri" aku menoleh lalu mengikuti arah telunjuknya
Kini aku sudah masuk kedalam kamar mandi mungil dan rapi seorang gadis
"Dia sangat berbeda dari wanita kebanyakan" aku tersenyum lalu mencuci wajahku setelah selesai aku keluar dari kamar mandi dan menghampirinya di dapur.
Dia terlihat sibuk membuat sesuatu sambil melihat ponselnya dengan serius, dia nampak sangat lucu
"Kau sedang apa?" Tanyaku saat berdiri disampingnya
Dia terkejut lalu menoleh padaku.
"Sedang nonton konser" jawabnya
Aku tertawa mendengar jawabannya
"Maksudku sedang masak apa?Apa ada yang bisa kubantu?" Aku melihat isi panci dihadapannya
"Tolong cicipi kuah ini" dia menyodorkan sendok padaku, lalu aku mencicipinya ini terasa sedikit hambar.
"Bagaimana?" Tanyanya penasaran
"Bisa dimakan" jawabku tak ingin mengecewakan nya
"Yang benar " ucapnya lagi tak percaya
Aku mengangguk meyakinkannya. Dia menghela nafas lega "Syukurlah"
Aku tersenyum melihatnya, lalu tanpa sadar aku mengelus puncak kepalanya. Setelah sadar, aku segera menurunkan tanganku. Suasana sedikit canggung
"Sepertinya Sundubu jigae nya sudah matang," ucapku mengalihkan pembicaraan
"Oh... Tolong taruh di meja makan dulu, aku akan menyelesaikan ini" ucapnya
Aku mengangguk "Apa kau ada nasi?" Tanyaku
"Tadi ku taruh di microwave, akan ku lihat" jawabnya
"Daisy mangkuknya dimana?" Tanyaku lagi setelah menaruh pot sup di atas meja
"Sebentar" Daisy membuka lemari diatasnya untuk mengambil mangkuk. Namun ia terlihat susah untuk menjangkaunya. Aku terkekeh lalu mendekat untuk membantu nya
"Dasar pendek" ejekku padanya
"Kau menyebalkan!" Daisy memukul bahuku.
Aku tertawa terbahak, sekarang menggodanya adalah sebuah hobby baru untuk ku.
Aku menarik kursi untuknya, lalu saat semua hidangan sudah di atas meja kami mulai makan dengan lahap
"Terima kasih untuk makan malamnya" ucap ku
"Terimakasih telah menikmatinya" balasnya tersenyum
Dia membereskan piring bekas kami makan malam dan membawanya ke wastafel, lalu dia terlihat sibuk di dapur.
"Kau sedang apa lagi?" Tanyaku
"Aku sedang menyusun ini sebentar, kau mau minum sekaleng bir dingin?" Tawarnya
"Boleh" ucapku yang sudah duduk di atas sofa
"Ini" dia menyodorkan beberapa kaleng bir padaku
"Terimakasih" ucapku pada Daisy, lalu ia kembali ke depan kulkas melanjutkan kegiatannya menata bahan-bahan, dan aku memperhatikannya sambil menikmati birku.
Setelah selesai menatanya, Daisy berjalan dan duduk di sampingku.
"Bagaimana pekerjaanmu tadi pagi, apa lancar?" Tanyanya sambil membuka sekaleng bir dan meminumnya. Aku balas mengangguk sambil meminum bir di tanganku.
"Kau kuat minum" ucapnya tiba-tiba, aku melihat sudah dua kaleng bir kosong di hadapanku
Aku terkekeh "Dari ke 6 member aku yang paling kuat minum" jawabku
Lalu pandanganku teralihkan pada sebuah gitar di sudut ruangan "Apa itu gitarmu?" Tanyaku
Dia ikut menoleh ke arah yang kutunjuk "Iya itu gitar kesayanganku, kado pertamaku dari ayahku"
"Kado yang paling kusayangi, harta berhargaku" suaranya bergetar seperti menahan tangis, baru kali ini aku melihatnya terlihat sangat rapuh.
Aku mendekatinya lalu memegang pipinya, aku merasa seperti ingin melindungi nya, entahlah, aku hanya ingin membuatnya tenang "Menangis saja" ucapku akhirnya, seperti membuat bendungan itu tak lagi dapat menampungnya lagi.
Punggung nya bergetar karena tangis.
Aku menariknya dalam pelukanku lalu menepuk punggungnya lembut
"Aku merindukan nya" ucapnya dengan terisak
"Aku benar-benar sendirian, aku merindukan ayahku" ucapnya lagi
Aku tidak menyangka ternyata dia serapuh ini
"Kau tidak sendirian, sekarang ada aku, kau bisa bercerita padaku" ucapku, lalu aku melepas pelukanku, memegang pipinya dan menghapus air matanya.
Entah apa yang ada dipikiran ku sampai akhirnya aku melakukannya pada gadis ini...
***