GUS ILHAM MY HUSBAND || TERBIT

nrasya_

18.7M 1.3M 205K

⚠️FOLLOW SEBELUM DIBACA ⚠️ [Bijak dalam berkomentar dan hargai karya penulisnya, follow sebelum di baca] ____... Еще

bagian 01
bagian 02
bagian 03
bagian 04
bagian 05
bagian 06
bagian 07
bagian 08
bagian 09
bagian 10
bagian 11
bagian 12
bagian 13
bagian 14
bagian 15
bagian 16
bagian 17
bagian 18
bagian 19
bagian 20
bagian 21
bagian 22
bagian 23
bagian 24
bagian 25
bagian 26
bagian 27
bagian 28
bagian 29
bagian 30
bagian 31
bagian 32
bagian 33
bagian 34
bagian 35
bagian 36
bagian 37
bagian 38
bagian 39
bagian 40
bagian 41
bagian 43
bagian 44
bagian 45
bagian 46
bagian 47
bagian 48
bagian 49 belum revisi.
bagian 50
bagian 51
bagian 52
bagian 53
bagian 54
bagian 55
bagian 56
bagian 57
bagian 58
bagian 59
bagian 60
bagian 61
bagian 62
bagian 63
bagian 64
bagian 65
PO 'GIHM' (ekstra part)
GIMH2: AISYAH
Spin off GIMH dan Aisyah Aqilah
bagian 66

bagian 42

243K 20.5K 2.1K
nrasya_


Tandai kalo masih ada typo

Selamat membaca.
🦩

Hari ini Gus Ilham dan Aisyah akan kembali ke rumah mereka, setelah tiga hari berada di pesantren Darussalam.

Nampak kini Aisyah mulai sibuk membereskan semua barang-barangnya. Dan juga mencari baju yang akan di pakainya pulang.

"Ya Allah. Kenapa salah bawa sih," gumam Aisyah menatap baju-bajunya. "Gus Ilham, gamis Aisyah nggak ada lagi,"

"Kok bisa?" Tanya Gus Ilham.

"Sudah kotor semua, Aisyah juga salah bawa baju," ucap Aisyah. "Yang ada cuma kemeja sama rok, gimana dong?"

"Pakai yang itu saja,"

"Tapi cadar Aisyah juga kotor semua,"

Gus Ilham menghela nafas. "Pakai masker aja, kalau nggak ada. Ya sudah jangan pakai apa-apa."

Aisyah menggeleng. "Aisyah malu,"

"Malu kenapa lagi?" Tanya Gus Ilham

"Nanti orang-orang liat wajah Aisyah,"

Gus Ilham kembali menghela nafas. "Nanti saya beliin masker. Kamu mandi aja sana,"

"Siap bos! Eh, maksudnya Gus Ilham!"

Setelah mengatakan itu, Aisyah segera beranjak ke dalam kamar mandi, membawa semua peralatan mandi dan juga baju gantinya.

Sedangkan Gus Ilham pun hengkang dari kamarnya, menuju koprasi pesantren membelikan istrinya masker.

Sekitar dua puluh menit lamanya Aisyah di kamar mandi, akhirnya gadis itu pun keluar dengan keadaan yang sudah rapi lengkap dengan khimar nya.

Ceklek!

Pintu terbuka Gus Ilham masuk menatap Aisyah, begitu pun dengan Aisyah menatap suaminya yang baru datang.

Gus Ilham menatap penampilan Aisyah dari atas sampai kebawah. Istrinya ini nampak begitu cantik dengan kemeja dan rok miliknya. Namun, ia lebih menyukai Aisyah yang memakai yang benar-benar tertutup.

"Kenapa nggak masuk Gus?" Tanya Aisyah menatap suaminya di ambang pintu.

Lamunan Gus Ilham buyar, ia melangkah masuk. "Ini maskernya,"

"Makasih, Gus," Gus Ilham mengangguk

"Ayo," ajak Gus Ilham.

Keduanya pun keluar dari kamar. Menuju depan ndalem, dimana sudah ada Gus Adam dan istrinya yang mengantar kepulangan para tamu mereka.

"Wah, sepertinya pasangan fenomena kita sudah mau pulang juga ya?" Ujar Gus Adam.

Hana ikut menoleh menatap kedua pasutri yang suaminya maksud itu. Hana melongo menatap penampilan Aisyah yang berbeda.

"Masyaallah, Ning Aisyah?" Tanya Hana.

Aisyah menyengir. "Hehe, iya Ning,"

Hana memegang kedua bahu Aisyah menatap dari atas sampai bawah seakan benar benar terpukau dengan penampilan istri dari Gus Ilham.

"Ning Aisyah gemas banget deh!" Hana bahkan sampai mengguncang tubuh Aisyah.

"Eh, Hana. Kasian tau, istrinya Gus Ilham di guncang begitu," tegur Gus Adam.

"Ning Aisyah gemesin, mas!" Ucap wanita berbadan dua itu

Aisyah tertawa, ia memeluk tubuh Hana. "Makasih ya Ning, sudah jadi teman Aisyah disini,"

"Sama kembali juga Ning. Saya juga senang banget Ning Aisyah bisa datang ke sini bareng Gus Ilham," ucap Hana.

"Aisyah boleh pegang perutnya Ning?"

"Boleh dong!"

"Assalamualaikum utun. Baik-baik ya di dalam perut. Nanti kalau sudah brojol kita ketemu lagi,"

"Waalaikumsalam aunty Aisyah cantik,"

Gus Ilham dan Gus Adam tersenyum lebar melihat masing-masing istri mereka yang akur.

Tiba-tiba memegang perut Aisyah. "Semoga Ning Aisyah juga cepat nyusul ya,"

Aisyah meneguk ludahnya susah payah, mendengar tuturan dari Hana. Ia melirik ke arah suaminya itu. Aisyah benar-benar takut membahas kehamilan seperti itu, ia takut Gus Ilham akan merah padanya lagi.

Gus Ilham hanya diam, sedangkan Gus Adam bisa membaca gelagat keduanya yang tidak suka dengan ucapan Hana.

Gus Adam lalu merangkul bahu Gus Ilham. "Ya Allah, Ilham kita pisah lagi. Tapi makasih ya sudah datang!" Ucapnya mengalihkan pembahasan.

"Ning Aisyah juga, makasih banyak sudah mau datang bareng Gus Ilham. Saya sempat terkejut loh tiba-tiba Gus Ilham datang gandeng istrinya mana mukanya datar banget lagi ngomongnya," ucap Gus Adama tertawa. "Saya juga sebagai tuan rumah meminta maaf ya, kalau selama berada di sini masih banyak kekurangan,"

Aisyah mengangguk. "Sama-sama Gus, Alhamdulillah selama di sini Aisyah selalu senang kok,"

"Mas tiba-tiba aku pengen sesuatu?" Ucap Hana pada suaminya.

"Ngidam?" Tanya Gus Adam pada Hana yang mengangguk.

"Mau apa sayang?" Tanya Gus Adam memegang perut istrinya.

"Aku mau foto bareng Ning Aisyah, mas!" rengek Hana membuat Aisyah tersentak kaget mendengar permintaan dari Hana, namun sayangnya ia sangat anti dengan kamera.

Gus Asam menoleh menatap bergantian pasangan ini. "Nggak usah ya," ucap Gus Adam.

"Nggak mau." Ucap Hana tetap kekeuh. "Ning Aisyah boleh ya?" Hana memohon dengan puppy eyesnya.

Aisyah menoleh ke Gus Ilham meminta persetujuan. "Terserah kamu saja,"

Aisyah menghela nafas pelan, sebenarnya ia ingin menolak. Namun, disisi lain ia juga kasihan melihat Hana yang tengah mengandung. "Boleh, tapi fotonya di dalam ruangan ya,"

Hana langsung mengangguk, mengajak Aisyah ke dalam kamarnya.

"Ayo masuk Nung," ucap Hana setelah mereka tiba di sana.

"Assalamualaikum," salam Aisyah.

"Waalaikumsalam, duduk di sini Ning,"

Aisyah mengangguk duduk di samping Hana. "Apa saha boleh minta tolong lagi?" Tanya Hana.

"Apa?"

"Apa boleh masker Ning Aisyah dibuka?"

Aisyah diam sejenak, ia mengigit bibir bawah ketakutan. "Boleh,"

"Bismillahirrahmanirrahim," Aisyah melepas maskernya.

Hana sampai tak berkedip melihat wajah Aisyah yang sepenuhnya. Ia menggeleng takjub oleh kecantikan Aisyah.

"Masyaallah Ning Aisyah, manusia atau bidadari sih?"

Aisyah tertawa, antara takut dan salah tingkah. "Ning Hana bisa aja,"

Hana mulai mengeluarkan ponselnya dan siap mengambil potret mereka, Hana mulai memposisikan dirinya di samping Aisyah.

Hana tersenyum puas saat mengambil cukup foto mereka berdua yang membuat ngidamnya tertuntas.

"Ning Aisyah mau tau sesuatu nggak?"

"Apa?"

"Kata suamiku, saya itu cantik. Tapi kalau di bandingin dengan Ning Aisyah saya mah kelihatan jelek,"

Aisyah tersenyum. "Kata papa Aisyah, tidak ada perempuan yang jelek. Semua cantik dengan ciri khas mereka sendiri."

Hana semakin takjub dengan Aisyah sudah cantik, tidak sombong lagi. Bahkan tanpa di sadari Aisyah selalu menyembunyikan kecantikannya. Apalagi sekarang kita berada di erah dimana orang orang berlomba memperlihatkan kesempurnaan mereka, Kecantikan, bakat, kehebatan, bahkan dosa pun diumbar tanpa

Bahkan semakin mereka ingin terlihat, kaos kaki saja di post.

"Saya curiga, apa Ning Aisyah titisan bidadari jatuh dari langit?"

"Ya Allah. Kalau itu terlalu berlebihan,"

Hana menatap intens Aisyah yang tertawa. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanyanya.

Aisyah kembali dibuat terkejut dengan ucapan Hana. "B-belum Ning, kita baru ketemu kok,"

"Apa iya?" gumam Hana masih terus menatap Aisyah.

"Kalo gitu, ayo kembali ke depan. Gus Ilham mungkin sudah menunggu,"

Hana lantas beranjak dari duduknya.

"Ning Hana.." Panggil Aisyah membuat Hana menoleh.

"Aisyah minta tolong ya,  foto yang tadi jangan di post dimana pun,"

Hana mengernyit heran.  "Loh, kenapa N8ng. Biasanya kan, orang-orang suka memposting foto mereka sosial media?"

Aisyah menggaruk kepalanya bingung, menjelaskan pada Hana. "I-itu Ning, saya dan Gus Ilham kan, belum mempublish pernikahan kami, jadi–"

"Ya Allah.  Ning, Gus Ilham kan tidak ada di foto ini. Orang-orang juga nggak tau Ning Aisyah istri Gus Ilham,"

Aisyah semakin bingung menjelaskannya pada Hana. "Maaf ning, Aisyah kan bercadar. Aisyah nggak mau foto Aisyah di publish,"

Hana ingin membalas ucapan Aisyah, namun tiba-tiba suaminya masuk kedalam kamar.


"Afwan ya, itu Gus Ilham nya sudah bosan menunggu," ucap Gus Adam.

Aisyah menoleh kearah Hana. "Jangan di post ya,  Ning," Aisyah memohon.

Hana tersenyum merangkul bahu Aisyah "Ya sudah, kalau begitu jadiin koleksi aja deh, nggak akan pernah saya hapus lho Ning, kapan lagi coba foto bareng bidadari,"

"Makasih Ning Hana!"

"Makasih kembali."

*****

Di luar Gus Ilham sudah lama berdiri menunggu Aisyah. Yang pergi bersama Hana.

Sedangkan di luar ndalem, Gus Ilham sudah sedari tadi menunggu Aisyah dan Han keluar. Membuatnya jenuh.

"Ini Gus, istrinya," ucap Gus Adam datang bersama dua orang wanita.

"Kenapa lama?" Tanya Gus Ilham pada istrinya. Sedangkan Aisyah hanya dua menatap suaminya.

"Ini buat ustadz Abraham," Gus Adam memberikan paper bag. "Titip salam juga, suruh dia cepat cari jodohnya. Biar kalau jalan bareng bisa triple date,".

Gus Ilham mengangguk. "Iya nanti saya sampaikan. Kami berdua pamit, Assalamualaikum"

"Assalamualaikum!" ucap Aisyah juga.

"Waalaikumsalam, hati hati di jalan!"

Gus Ilham membukakan pintu mobil untuk Aisyah. Perlakuan manis dari suaminya itu membuat Aisyah salah tingkah sendiri.

Gus Ilham lalu beralih kearah Gus Adam dan istrinya. Ia memeluk sahabatnya itu sebagai salam perpisahan.


"Hati-hati di jalan," ucap Adam menepuk bahu Ilham.

"Saya pamit ya Ning," ucap Gus Ilham

"Na'am, Gus. Jangan kapok ya datang ke sini," ucap Hana.

Gus Ilham mengangguk. Setelah itu melangkah masuk ke dalam mobilnya.

"Dadah Ning Hana!" Ucap Aisyah sebelum mobil melesat pergi.

***

Di perjalanan pulang, nampaknya memang selalu hening di dalam mobil Gus Ilham. Membuat Aisyah selalu jenuh.

"Lapar," gumam Aisyah yang masih didengar oleh Gus Ilham.

"Kamu lapar?" Tanya Gus Ilham.

Aisyah mengangguk lesu. "Mau makan apa?"

"Aisyah nggak tau,"

"Makan bakso mau?"

Aisyah menggeleng. "Nggak mau,"

"Terus mau makan apa?"

"Nggak tau juga,"

Gus Ilham menghela nafas, dan kembali fokus menyetir.

Kurrukkk...

Suara perut Aisyah semakin keras, membuatnya menunduk malu. 'Ya Allah, perut! Sudah dua kali bikin malu,'

"Mau minum aja?" tawar Gus Ilham.

Aisyah menoleh walaupun masih malu. "Boleh,"

"Minum apa?"

Aisyah menoleh kearah jendela mobil, melihat dipinggir jalan banyak pedagang kaki lima.

"Mau Boba, Gus!"

"Iya chagiya," lirih Gus Ilham menghentikan mobilnya.

"Chagiya? Artinya sayang kan, Gus?" Tanya Aisyah.

"Mau rasa apa?" Tanya Gus Ilham.

"Rasa green tea!" Gus Ilham mengangguk membuka safety belt.

"Gus Ilham," panggil Aisyah lagi.

"Kenapa, mau pesan lagi?"

Aisyah menggeleng. "Gus Ilham belum jawab pertanyaan Aisyah,"

"Yang mana?"

"Chagiya artinya?" Tanya Aisyah.

Gus Ilham menahan senyum yang ingin terbentuk di bibirnya.

"Sayang," ucap Gus Ilham.

"Iya Gus?" Jawab Aisyah.

Gus Ilham tersenyum tipis. Setelah mendengar ucapan dari Aisyah itu, ia beranjak pergi.

Aisyah mengernyit heran, belum sadar akan omongan mereka berdua.

"Gus Ilham panggil sayang, atau mau jawab pertanyaan Aisyah ya?"

"Tapikan artinya chagiya sayang berarti..."

"Aaaaa bunda Aisyah mau terbang!" Pekik Aisyah dalam mobil begitu senang di panggil sayang oleh suaminya,  Aisyah sederhana banget senang nya.

Nah dari sini kita belajar juga kalo bahagia itu sederhana, cukup bersama orang yang tepat saja.

***

Perjalanan yang cukup lama akhirnya sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Gus Ilham dan Aisyah keluar dari mobil. Di depan ndalem sudah ada ummi Maryam dan Abi syakir yang menyambut kepulangan keduanya.

Setelah sekian lama berkendara. Akhirnya pasutri ini telah tiba ke rumah mereka. Nampak depan pintu umi Maryam dan Abi Syakir sudah menunggu kedatangan mereka berdua.

"Assalamualaikum," salam Gus Ilham dan Aisyah.

"Aaa umi! Aisyah kangen," ucap Aisyah langsung mendekap tubuh mertuanya. Setelah tiga bulan menjadi menantu dan mertua. Nampaknya kedua wanita ini sudah begitu akrab.

Terlebih lagi Aisyah yang periang dan umi Maryam yang penyayang. Membuat keduanya sangat muda akrabnya.

"Aaa! Umi juga kangen Aisyah!"

Gus Ilham dan Abi Syakir tersenyum lebar melihat interaksi keduanya. Oh ya, Aisyah dan Gus Ilham tiba pada saat malam hari, membuat keduanya memutuskan untuk lewat gerbang saja. Kebetulan suasana pesantren cukup aman jika malam hari.

Mereka semua pun masuk ke dalam ndalem dan duduk di ruangan tamu.

"Di sana bagus banget umi, ada danaunya," ucap Aisyah mulai bercerita.

"Beneran?"

"Iya umi! Aisyah diajak Gus Ilham ke sana," Aisyah mulai menceritakan dengan rinci semua yang ia lakukan di sana.

Semua orang mendengarkan cerita dari Aisyah dengan senang.

"Aisyah nggak kangen Abi nih?" Tanya Syakir yang berada di samping Gus Ilham.

Aisyah menyengir lebar. "Aisyah juga kangen Abi,"

"Suka kan di sana?"

"Iya suka banget apalagi perginya sama Gus Ilham," ucap Aisyah mengingat kembali perlakuan suaminya di sana begitu manis

"Cieee!" Goda Abi Syakir dan Umi Maryam.

Wajah Aisyah memerah, dengan godaan Abi Syakir dan umi Maryam. Membuat kedua mertuanya itu terbahak-bahak.

Ummi Maryam sendiri bahagia, kehadiran Aisyah di dalam keluarganya membuatnya bisa merasakan sosok anak perempuan yang dari dulu mereka idaman kan.

"Kamu ketakutan di sana?"

Aisyah sedikit mengangguk. "Iya abi, tapi Aisyah senang bisa melawan rasa takut itu sedikit demi sedikit disana."

"Bagus dong berarti kamu ada perkembangan lagi,"

"Bahas apa sih?" Tanya Gus Ilham.

Aisyah dan Abi Syakir saling menatap satu sama lain. "Tuh, Ilham jadi kepo kan," ucap abi Syakir.

Meong...

Suara kucing itu membuat Aisyah langsung menoleh. "Aurora!"

Aisyah segera menghampiri kucing kesayangannya. "Aaaa! Kangen banget sama kamu!"

"Aurora ngga nakal kan ummi?" Tanya Aisyah.

"Enggak dong! Aurora anteng aja kok di tinggal umi sama abi nya," ucap umi Maryam tertawa.

"Iya Aisyah. Anak kamu nggak bnakal kok, dia senang di titip sama Kakek neneknya,"  ucap Abi Syakir lagi.

Sedangkan Gus Ilham nampak pasrah dengan keluarganya ini. Seakan orang tuanya sudah menganggap kucing itu anaknya dan Aisyah.

"Ihh pinter banget nggak nakal!"

"Dia kucing bukan anak kita," gumam Gus Ilham.

Abi Syakir dan umi Maryam semakin tertawa melihat Gus Ilham sedikit tertekan.

"Gimana ham? Ngga kebablasan kan?" Tanya Abi Syakir.

"Kebablasan itu apa?" Tanya Aisyah membuat semua orang menoleh.

"Ilham nggak ngapa-ngapain kamu disana kan?"

"Maksudnya gimana?"

"Maksudnya-"

Plak!

"Mas! Jangan rusak kepolosan anak ku ya!" Ancam Maryam.

***

"Assalamualaikum!" Salam Aisyah dan Gus Ilham masuk ke dalam rumahnya.

"Sini tasnya Gus, biar Aisyah bantu,"

"Ngga usah, biar saja aja,"

"Tapi tasnya berat loh, Gus. Memangnya Gus Ilham kuat?"

"Kamu meragukan kekuatan saya?"

"Eh, maksudnya–"

"Saya bahkan bisa gendong kamu sambil akan dua tas ini, kalau kamu mau," ucap Gus Ilham.

Aisyah tertawa renyah. "Nggak usah Gus. Kalau begitu Aisyah kasih makan Aurora dulu ya,"


Gus Ilham memutar bola matanya malas. "Aurora saja terus,"

Gus Ilham hendak melangkah naik, namun ia terhenti kala Aisyah memanggilnya.

"Gus Ilham!"

"Kenapa?"

"Makanannya Aurora habis," ucap Aisyah.

Gus Ilham kembali memutar bola matanya malas. "Iya, nanti saya beli lagi," ucapannya setelah itu beranjak pergi.

Aisyah melompat kesenangan. Ia pun ikut naik bersama Aurora mengikuti langkah suaminya.

Aisyah dan Gus Ilham masuk kedalam kamar. Aisyah segera melangkah kearah kasurnya dan menjatuhkan badannya disana.

"Aaa! Akhirnya bisa tidur disini lagi,"

"Mandi dulu baru tiduran,"

"Iya,"

"Kasurnya mau di ganti," ucap Gus Ilham mengambil alih Aurora.

Aisyah mengubah posisinya menjadi duduk. "Kenapa di ganti, bukannya masih bagus ya?"

"Mandi sana,"

"Aisyah kok jadi kangen pesantren Darussalam ya?"


"Iya nanti beli tanah di sana kita buat rumah,"

"Rumah siapa?"

"Rumah kita dan anak anak nanti" ucap Gus Ilham tersenyum menatap Aurora yang mendengus di badannya.

"Anak anak siapa?"

"Anak-anaknya Aurora," ucap Gus Ilham ketus.

"Oh berarti kita ternak kucing di sana dong"

Gus Ilham menghela nafas. "Terserah kamu saja."

"Ya sudah Aisyah masih dulu deh."

"Ummi kamu nggak peka ya Aurora," ucap Gus Ilham berbaring di kasur memeluk Aurora.

Meong...

"Harus lulus sekolah dulu baru punya anak," pikir Gus Ilham.









_GUS ILHAM MY HUSBAND_

Jangan lupa vote dan komen yang banyak

Follow akun Instagram @wattpadasya dan wattpad nrasya_


Sabtu 26 Maret 2022

Revisi, Sabtu 15 Apri 2023

Продолжить чтение

Вам также понравится

Mencintai Dalam Bayangan Coretan_Kila

Подростковая литература

6.2K 374 33
Bagi Gus Ryan menikah adalah rezeki paling berharga yang dititipkan Allah kepadanya. Berstatus seorang ning atau tidaknya perempuan yang menjadi istr...
5.8M 692K 59
Bisa pesan di toko shopee. "Storebooks07" Selain dari toko itu, BAJAKAN 📌 Farhan habibi adalah seorang ustadz bagi seorang gadis mungil yang bernam...
4.5M 526K 61
CERITA INI SUDAH TERBIT DALAM BENTUK CETAK. KAMU BISA TEMUKAN PERJANJIAN DUA SURGA DI GRAMEDIA ATAU TOKO BUKU ONLINE, YAH ... ROMANCE- SPIRITUAL CERI...
GUS AZZAM النور

Духовные

4.9M 295K 60
[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Hana di deskripsikan sebagai gadis nakal pembuat onar dan memiliki pergaulan bebas, menikah dengan seorang pria yang kerap...