•••
"Udah tenang?" Haechan mengelus lembut surai hitam legam milik kekasihnya. Ia mendengarkan semua yang Louisa ucapkan. Mengetahui itu, hatinya merasa marah.
"Aku takut kamu kaya waktu itu..." gumam Louisa dalam dekapan Haechan.
Haechan tersenyum sedih, matanya berkaca-kaca. "Aku nggak akan kaya gitu lagi, kamu bisa percaya sama aku."
Louisa mendongakkan kepalanya. "Janji nggak akan celaka lagi?" menatap Haechan dengan mata bengkak dan sembab.
Haechan mengangguk, tidak lupa senyumannya. Louisa kembali memeluk tubuh kekasihnya, matanya terpejam. Napas Louisa perlahan teratur, melihat kekasihnya tertidur, Haechan segera memindahkan Louisa ke kasurnya.
"Aku bakal balas mereka yang udah buat kamu kaya begini." desis Haechan tajam. Kemudian ia mengecup dahi Louisa sebelum pergi keluar.
•••
Haechan menghampiri mereka yang ada di ruang tamu. Chloe menatap Haechan saat melihat pemuda itu berjalan kearahnya.
"Gimana? Udah tenang dia?" tanya Chloe.
Mata Haechan melirik pada membernya yang terlihat mengantuk. "Dia tidur."
"Kalian menginap aja disini, udah malam juga kan." kata Chloe menatap manager dream dan membernya.
"Dream aja yang nginap, saya mau ada urusan." ujar manager dream.
"Kyumi, tolong antar mereka ke kamar tamu." titah Chloe begitu melihat pelayan.
"Baik nona. Mari ikuti saya," member dream mengikuti tanpa kata. Sudah pukul 12 malam, namun karena habis ada schedule mereka jadi cepat mengantuk akibat rasa lelah.
"Chan, hyung pergi dulu ya. Besok siang hyung jemput." pamit manager.
Kini tersisa Haechan dan Chloe. Pemuda itu melamun, memikirkan kejadian akhir-akhir ini.
"Haechan-ah, lo tenang aja. Keluarga Louisa nggak akan tinggal diam saat mengetahui ini." kata Chloe yang benar adanya.
Besok pagi pasti akan ada berita heboh di kalangan pembisnis. Dan Chloe sangat menantikan itu.
"Noona, apa Isa sebelumnya Isa pernah punya rasa trauma?" tanya Haechan.
Chloe menegang. Aliran darahnya mengalir deras saat itu juga. "A-a.." ia gelagapan.
"Soal itu- gue nggak bisa bicara. Itu bukan hak gue, lo bisa tanya dia pelan-pelan." kata Chloe pelan.
Haechan menyugarkan rambutnya frustasi. "Dia keliatan ketakutan banget," gumamnya tanpa melihat Chloe.
"Hah!" Haechan menghela nafas panjang. "Gue mau tidur di kamar Louisa." pemuda itu pergi tanpa mendengarkan jawaban dari Chloe.
"Wah bisa gawat nih.."
•••
Sinar mentari memasuki sela jendela kamar Louisa. Haechan yang merasa terganggu pun membuka matanya. Di sisinya, Louisa masih memejamkan matanya.
Haechan bangun dengan perlahan, takut membangunkan Louisa. Sudut bibirnya terangkat melihat bagaimana menggemaskannya Louisa ketika sedang tidur.
"Eunghh.." Louisa menggeliatkan tubuhnya. Bunyi tulang-tulang terdengar yang menandakan betapa pegalnya tubuh Louisa.
"Hey?"
Louisa menatap sumber suara dengan wajah mengantuk. "Oppa.." gumamnya.
Pemuda itu tersenyum lebar. Selama kencan, Louisa jarang memanggilnya seperti itu, ia lebih sering memanggil Haechan dengan nama saja.
"Ayo bangun, udah siang sayang." kata Haechan lembut.
Louisa merinding tanpa sadar. Ia segera bangkit dari tidurnya. "Aku merinding Chan, jangan kaya gitu ah!"
Senyum Haechan luntur seketika. Wajahnya berubah menjadi datar. "Kamu merusak suasana aja!"
"Ya, gimana ya.. aku merinding kalo kamu sok lembut gitu." Louisa meringis menggaruk pipinya yang terasa gatal.
Haechan melirik sinis dan pergi begitu saja.
"Dih! Kaya perempuan aja!" dengus Louisa sebal.
•••
Louisa turun kebawah dengan wajah segar. Ia berjalan ke ruang keluarga, disana terdapat member dream dan tiga orang asing.
Perempuan itu berjalan cepat, "loh? Kalian ngapain disini?" mata Louisa melotot terkejut.
"Isa!" seru mereka serempak. Mereka memeluk Louisa bergantian.
"Kakak kok ada disini?" tanya Louisa heran.
Chloe menyuruh Louisa duduk terlebih dahulu. Kemudian Louisa menatap dimana member dream duduk, wajah-wajah tegang itu membuatnya ingin tertawa.
"Kalian jangan tegang gitu, santai aja bro.." Louisa berkata santai dengan kekehan geli.
"Mereka siapa sa?" tanya Ainsley, kakak pertama Louisa. Menggunakan bahasa Indonesia.
"Kalian jangan marah ya?" kata Louisa memelas.
Caesar mengerutkan dahinya bingung. "Emang mereka siapa?"
"Itu-" Louisa menunjuk Haechan. "Itu kekasihku, dan yang lain itu temannya. Mereka semalam menginap disini." jelas Louisa.
"Hah? Si hitam itu kekasih kamu dek?" ceplos Apollo dengan wajah julid.
Chloe tertawa keras mendengar itu, ditambah raut bingung member dream.
"Kak! Jangan gitu!" protes Louisa tidak terima. "Nggak papa hitam, daripada situ tukang ghosting!"
Astaga. Chloe semakin tertawa. "Jahat banget lo Isa! Tapi boleh juga.."
Apollo tidak terima dibilang tukang ghosting. Ia memprotes pada adiknya. "Wah fitnah ini, kakak nggak pernah ghosting perempuan ya!"
"Aku punya buktinya, perlu aku tunjukkin?" balas Louisa tidak mau kalah.
"Ekhem!" dehem Haechan.
Semuanya diam. Haechan meringis malu saat mereka semua menatapnya. "Joesonghabnida Lee Haechan-ibnida." pemuda itu menunduk hormat. Member dream bergantian memperkenalkan diri.
(Maaf, saya Lee Haechan)
"Oh! Kalian yang suka gombalin fansnya ya?" ceplos Apollo santai.