ARDEO MAHENDRA

By Coretanawang

521K 50.4K 2.9K

Ardeo Mahendra. Wajah sempurna perpaduan Rio dan Tata. Cowok murah senyum yang terkesan genit dengan sejuta p... More

Ardeo Mahendra
S a t u
D u a
T i g a
E m p a t
L i m a
E n a m
T u j u h
D e l a p a n
S e m b i l a n
S e p u l u h
S e b e l a s
D u a B e l a s
T i g a B e l a s
E m p a t B e l a s
L i m a B e l a s
E n a m B e l a s
T u j u h B e l a s
D e l a p a n B e l a s
S e m b i l a n B e l a s
D u a P u l u h
D u a S a t u
D u a D u a
D u a T i g a
D u a E m p a t
D u a L i m a
D u a E n a m
D u a T u j u h
D u a D e l a p a n
D u a S e m b i l a n
T i g a P u l u h
T i g a S a t u
T i g a D u a
T i g a T i g a
T i g a E m p a t
T i g a L i m a
T i g a E n a m
T i g a T u j u h
T i g a D e l a p a n
T i g a S e m b i l a n
E m p a t P u l u h
E m p a t D u a
EXTRA PART: Jesica Dian jadi ibu
Bukan update story
Vote cover
PO
Ardeo Mahendra terbit Digital dan cetak

E m p a t S a t u

6.8K 703 22
By Coretanawang

Sebut satu hal yang membuatmu bahagia ketika memikirkannya?

Jesica memang bukan perempuan sempurna, tapi dari kekurangan itulah yang membuat Deo enggan menjauh darinya. Meski awalnya hanya penasaran namun tidak dapat bisa dipungkiri bahwa Deo menyukainya secepat ini.

Sekarang sudah jam sepuluh malam, Jeje tentu saja sudah tidur. Kini, ia hanya ditemani Rido di teras rumah yang sejak tadi sengaja datang.

"Banyak pikiran gue, De. Dua Minggu lagi kontrak gue di pabrik abis," akhirnya keluhan itu keluar juga dari bibir Rido. Sedari tadi, Deo memaksanya agar cerita. Dari raut wajahnya saat panggilan video tadi siang pun, Deo tau jika Rido mempunyai masalah.

"Di tawarin kerja di toko gue gak mau," ujar Deo menyayangkan.

"Gak ada bakat gue narik pelanggan, lagian kerja di Mall harus rapi dandan kan?" Tanya Rido ragu, sebenarnya sih iya tapi kerja di tempat seperti itu kan enak, bisa sekalian cuci mata.

"Lo kaosan doang juga ganteng, Do."

"Hah. Kenapa, De?"

"Nggak-nggak. Maksud gue kalo gak mau, mending kerja di cafe emak gue aja. Lu pinter ngocok kan?"

"Ngocok?" Kenapa terdengar ambigu sih, Deo kalau bicara tidak jelas.

"Ngocok minuman. Jadi barista maksudnya. Kebetulan, barista yang lama mau resign."

"Kenapa resign?"

"Mau nikah, gak dibolehin kerja sama suaminya."

"Tapi ini beneran?"

"Ya beneranlah anjir! Nanti gue bilangin ke emak, lagian kalo lo kerja sama nyokap gue, mau minta izin nugas kan gak susah. Gitu maksud gue, Do. Mau kan?"

"Yaudah deh, mau."

"Nah, gitu dong. Lagian gak tega gue liat lu cape kerja di pabrik, kan enak kalo jadi barista, kerjanya bersih soal gaji sama aja."

"Tau apa anak sultan soal kerja pabrik cape?"

"Kata temen," jawab Deo santai, sementara Deo harus menahan kekesalannya. Lagian, anak sultan seperti Deo mana mungkin dibiarkan kerja cape di pabrik sepertinya.

"Si Jeje kemana?" Rido menengok ke arah belakang, tepat pintu utama terbuka lebar-lebar. Sedari ia datang kesini ia tidak melihat keberadaan calon tunangan temannya ini.

"Udah tidur. Tadi gue ke kamarnya udah ngorok."

"Gue kalo jadi Lo mungkin sama, De. Punya usaha, nikah muda."

"Gue gak nikah!" Sangkal Deo membuat Rido tertawa.

"Maksud gue meminang anak orang."

"Jeje terlalu berharga kalo gak segera gue iket, Do. Takut ada yang ngambil, jomblo kayak elo misalnya." Kekeh Deo membuat Rido mengumpat kesal.

Tidak lama kemudian perempuan dewasa menghampiri mereka yang duduk di teras, duduk diantara pilar besar rumah mewah yang di depannya terdapat taman kecil terdapat bunga warna-warni yang tidak Deo ketahui apa namanya.

"Dek, beliin pembalut dong!" Soraya menyodorkan uang lima puluh ribu ke depan Deo, perempuan dewasa yang terkadang berpakaian vulgar, tidak salah menyuruh Deo membelikannya roti Jepang.

"Jeje aja gak pernah nyuruh gua beli pembalut."

"Kenapa gak minta aja sih sama dia?" Lanjut Deo dan Soraya berjongkok, tidak sadarkah jika pahanya kemana-mana.

"Gak cocok sama gua, iritasi!"

"Apanya?" Tanya Deo sok polos, Soraya yang tidak tahan menatapnya jengkel.

"Apanya-apanya, lo tega liat Tante Lo gatel-gatel nanti?!"

Rido yang sedang meminum soda kalengan harus kaget mendengar ucapan Soraya, menyemburkan minuman yang sudah setengah tertelan dan berakhir keluar dari hidung dengan perihnya.

Untung saja ada tisu di sampingnya.

Soraya menatap Rido sembari menahan tawanya, hampir tidak sadar ada orang lain di sini. Soraya membantunya membersihkan basah di dagu cowok ganteng di hadapannya ini.

"Ekhem," Deo sengaja berdeham menyadarkan dua orang di hadapannya ini, Soraya menyodorkan uangnya lagi ke hadapan Deo.

"Lo mau gue bocor disini hah?" Ancam Soraya dan mau tidak mau akhirnya Deo menarik uang lima puluh ribu dan beranjak pergi, membawa motornya meninggalkan dua orang yang masih duduk di teras.

"Udah gak papa?" Tanya Soraya yang masih melihat Rido menekan-nekan hidung bangirnya.

"Perih sih hidung gue," jawab Rido dan Soraya mengambil duduk dimana tadi Deo duduk disitu, Soraya menatap Rido tidak enak karena sepertinya Rido kaget karenanya.

"Soraya. Kamu?" Soraya menyodorkan tangan kanannya pada Rido, seolah paham akhirnya Rido menjabat tangan mulus kakak-kakak di depannya ini.

"Rido. Rido Andreas," Soraya hanya mengangguk dan sesekali mengusap bahu telanjangnya. Sesekali melihat ke arah gerbang, menunggu kedatangan Deo yang lama sekali.

"Kamu sodaranya Jeje apa gimana?"

"Temen Deo," jawab Rido singkat.

"Oh jadi kalian bertiga satu SMA?" Tanya Soraya dan Rido mengangguk, mengeluarkan lilitan rokoknya yang bungkusannya tergeletak di lantai.

"Kak Aya sendiri, udah nikah?" Soraya terkekeh miris mendengar pertanyaan yang umum ia dengar, ia segera menggelengkan kepalanya menatap Rido jail.

"Lo mau nikah sama gue?"

Rido nampak kaget meski ia berusaha menutupinya dengan tawa canggung, cewek di sampingnya ini sepertinya sudah tidak waras.

"Kak Aya kan cantik, gak mungkin gak ada pacar." Ujar Rido jujur. Soraya memang sungguh cantik, anak kecil seperti Rinjani juga pasti tau.

"Lo mau jadi pacar gue?"

Dih gila!

Rido menyesap rokoknya kembali, menghembuskan asapnya ke atas membuat Soraya yang menepis asap rokok yang menghampirinya dengan tangan.

"Lo kuliah apa gimana?"

"Kuliah, kerja."

"Wow, great for a guy your age!"

"Gak ah biasa aja."

"Oh ya, kerja dimana?" Tanya Soraya antusias, jarang-jarang ia melihat cowok seusia Rido mau bekerja. Apalagi sambil kuliah sepertinya.

"Pabrik otomotif gitu, tapi dua Minggu lagi abis kontrak." Duh Rido jadi curhat begini, Soraya mengangguk paham seolah tau apa yang Rido rasakan.

"Kalo kak Aya? Pasti kerja kantoran," tebak Rido dan Soraya hanya tersenyum kecil, memang tidak salah sih hanya ia enggan mengakuinya.

Dilihat dari tampangnya Soraya adalah wanita dewasa yang tercover dengan rapi, kulitnya bersih dan terlihat licin apalagi saat ini perempuan itu tengah memakai gaun terusan dengan tali tipis di kedua bahunya, menampakan setengah dada juga punggungnya yang mengkilat bersih.

Cup.

Soraya menahan senyumnya kala berhasil mengecup sebelah pipi Rido, pria yang umurnya jauh dibawahnya ini nampak kaget dengan gerakan yang tiba-tiba. Rido mengusap sebelah pipinya dan menatap Soraya. Baru saja akan membuka mulutnya, Deo datang dengan kantong plastik menggantung di stang motor.

"Makasih," ucap Soraya dan menerima plastik putih yang isinya pembalut itu, lalu mencubit pipi Deo dengan gemas. Sang mpu meringis kesakitan, lalu Soraya beralih pada Rido melambaikan tangannya lalu masuk ke dalam rumah.

"Udah malem banget, gue kayaknya balik, De."

"Lah, kenapa gak nginep aja?" Tanya Deo heran, besok memang hari Minggu. Acara pertunangannya tidak mengganggu Rido sama sekali, hanya saja ia segan untuk menginap.

"Lo gak di apa-apain sama Tante satu tadi kan?" Tanya Deo lagi, Rido mengedikkan bahunya.

"Nggak. Emang kenapa?" Jelas saja Rido berbohong, padahal sebelah pipinya jadi korban kena sentuhan bibir lembut perempuan bernama Soraya itu.

"Dia kan aneh."

"Tapi cantik," puji Rido. Deo memicingkan matanya curiga, jangan sampai Rido bilang menyukai tantenya yang cantik tapi gila yang ia temui tadi.

"Yaudah gue balik deh. Tunggu gue besok ya," Rido memutar motor Nmax hitamnya, Deo tentu saja hanya bisa mengangguk. Karena teman terdekatnya, hanya Rido yang bisa datang. Dery di Bandung, Toha apalagi. Ia di pulau Sumatera.

"Jangan lupa kasih tau nyokap Lo, De. Gue gak mau nganggur setelah abis kontrak," Rido menyalakan mesin motor.

"Iya bawel lu ah! Nanti gue bilangin, janji!"

"Yaudah makasih. Dah!" Lalu Rido pergi meninggalkan pekarangan rumah, melesat di jalan bergabung dengan sunyinya malam. Deo berhasil menyelipkan dua bungkus rokok di dashboard motor Rido, anggap saja karena Rido datang kesini tanpa memperdulikan ia cape pulang kerja. Jika Deo memberikannya secara langsung, Rido jelas tidak akan menerimanya.

Deo hendak masuk rumah dan menutup pintu utama, namun ia harus terkaget karena ada Soraya berdiri sembari tersenyum di belakangnya.

"Kak Aya ngapain?!" Deo memegang dadanya yang berdegup kencang, sialan punya Tante gak ada akhlak dan ia harus menahan agar tidak marah pada tantenya ini.

"Apa?" Tanya Deo saat Soraya menyodorkan ponselnya.

"Minta nomor Rido dong!"

"Dih buat apaan?" Soraya memang jomblo, tapi kenapa tiba-tiba meminta nomor temannya seperti ini. Hmm patut dicurigai.

"Cepetan!"

"Nggak!"

"Ih pelit Lo!" Marah Soraya.

"Biarin." Deo berjalan menuju lift yang menghubungkannya ke lantai dua, Soraya ikut bergabung ke sana membuat Deo greget setengah mati.

"Ayolah dek!" Rayu Soraya.

"Nggak mau."

"Jangan-jangan lo selingkuh lagi sama Rido di belakang Jeje," Soraya memicingkan matanya membuat Deo meliriknya tajam, enak saja Soraya berpikiran seperti itu. Ia geli sendiri.

"Sialan Lo kak! Mana ada," sangkal Deo tidak terima.

"Yaudah bagi nomornya!"

Akhirnya Deo menyerah juga dan membuka ponselnya yang ia kantongi di saku jeans yang ia pakai, menyalin nomor Rido ke ponsel mahal Soraya. Disambut tawa girang wanita dewasa itu dan Deo keluar dari lift, sementara Soraya kembali ke lantai bawah dan melemparkan kiss jauh pada sodaranya itu. Deo mual dan akting muntah.

"Beneran gila!" Deo memutar tubuhnya dan hendak berjalan menuju kamar dimana ada Jeje disana, namun ia harus kaget melihat Jeje berdiri di belakangnya, mengucek matanya sembari mendengus melihat Deo.

"Kamu darimana aja sih?" Jeje menghampiri Deo dan memeluknya, menyandarkan kepalanya di dada hangat Deo yang berbalut kaos putih polos.

"Dari luar, Rido baru aja pulang!" Deo mengangkat Jeje ke gendongan koalanya, lalu berjalan masuk ke kamar.

"Kamu jangan kemana-mana lagi," pinta Jeje dan Deo mengangguk merebahkan tubuh Jeje di kasur empuk kamar bernuansa galaxy ini. Mengusap rambut Jeje dengan sayang.

"Iya nggak."






___


Salam dari istri Zayn Malik.



Continue Reading

You'll Also Like

6.9M 291K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
133K 8.3K 84
Sepenggal kisah persahabatan antara Acha dan Daren. Hubungan persahabatan yang sudah terjalin selama sebelas tahun, tanpa melibatkan perasaan? Tidak...
552K 21K 34
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
881K 12.3K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+