ARDEO MAHENDRA

By Coretanawang

521K 50.4K 2.9K

Ardeo Mahendra. Wajah sempurna perpaduan Rio dan Tata. Cowok murah senyum yang terkesan genit dengan sejuta p... More

Ardeo Mahendra
S a t u
D u a
T i g a
E m p a t
L i m a
E n a m
T u j u h
D e l a p a n
S e m b i l a n
S e p u l u h
S e b e l a s
D u a B e l a s
T i g a B e l a s
E m p a t B e l a s
L i m a B e l a s
E n a m B e l a s
T u j u h B e l a s
D e l a p a n B e l a s
S e m b i l a n B e l a s
D u a P u l u h
D u a S a t u
D u a D u a
D u a E m p a t
D u a L i m a
D u a E n a m
D u a T u j u h
D u a D e l a p a n
D u a S e m b i l a n
T i g a P u l u h
T i g a S a t u
T i g a D u a
T i g a T i g a
T i g a E m p a t
T i g a L i m a
T i g a E n a m
T i g a T u j u h
T i g a D e l a p a n
T i g a S e m b i l a n
E m p a t P u l u h
E m p a t S a t u
E m p a t D u a
EXTRA PART: Jesica Dian jadi ibu
Bukan update story
Vote cover
PO
Ardeo Mahendra terbit Digital dan cetak

D u a T i g a

7.6K 835 11
By Coretanawang

Gue beli ini pake duit, jangan lupa di makan! Emot love ahaha. Deo.

Jeje menghembuskan nafasnya lega setelah melihat note yang ia nyakini ditulis tangan oleh Deo. Sarapan Jeje pagi ini mewah sekali, sungguh Deo sekhawatir itu padanya. Bukan hanya itu saja, beberapa lembar uang juga ia geletakan dimeja samping ranjang. Tau saja Jeje kesini hanya membawa badan, bahkan ponselnya saja tidak dibawa.

Sementara itu, pemuda bernama lengkap Ardeo Mahendra sudah sampai di kediaman orang tuanya. Tersenyum gembira melihat pemandangan indah di depannya. Siapa lagi jika bukan sosok ibu hebatnya itu.

"Mommy kangen," ujar Deo gembira sembari mencium pipi Agla.

"Punya Ayah Lo ya, enak aja cium-cium!"

"Udah sarapan?" Tanya Agla, Deo menggelengkan kepalanya dan duduk di kursi. Bersebelahan dengan sang Ayah.

"Kentang kukus ada kan, Ma?" Tanya Deo dan Agla mengangguk. Mengambilkan menu sarapan anaknya, kentang kukus juga telur rebus.

"Papi ganteng banget hari ini," Celetuk Deo dan mata Rio menyipit heran.

"Jelas, turunan siapa lagi."

"Kakek Triadi," ujar Deo.

"Nah, itu tau." Jawab Rio dan Agla menggelengkan kepalanya melihat tingkah suaminya itu. Ada saja kelakuannya setiap hari.

"Mama cantik banget hari ini," ungkap Deo.

"Makasih. Makan yang banyak, Mama kukus kentangnya banyak loh." Ucap Agla mengusap rambut Deo lalu mencium kening anaknya.

"Makin bulet tau Mama kamu," ucap Rio berbisik pada Deo.

"Yang bikin bulet siapa hayo," jawab Deo berbisik lagi.

"Ya Ayah sih, cuma Mama kamu sekarang kek gendut aja gitu."

"Ih Ayah jahat banget sih!" Ujar Deo dan Agla mengerut heran. Pasalnya ia baru saja balik dari dapur, mengambil dua gelas susu.

"Pada ngomongin apa sih?" Tanya Agla dan saat Deo hendak menjawab, bibir anak SMA itu sudah lebih dulu dibekap Ayahnya.

"Nggak ngomongin apa-apa," jawab Rio.

"Masa kata Daddy, mommy gendut banget!" Kekeh Deo dan Rio melotot tidak percaya. Anaknya ini kurang ajar sekali.

"Dasar Cepu!"

Agla meletakkan gelas susu dihadapan Deo, sementara matanya masih menelisik Rio yang pura-pura makan, padahal ia tau sekali jika istrinya itu tengah memperhatikannya.

"Liat aja nanti," ucap Agla pelan dan Rio menatapnya.

"Liat apaan?" Tanya Rio dan Deo berusaha menahan tawanya.

"Gak di kasih jatah," ucap Deo dan Rio menendang kaki anaknya.

"Makan yang banyak sayang, karena yang sayang sama mama cuma kamu doang sekarang," ucap Agla mengecup pelipis Deo dan duduk di kursi berhadapan dengan Deo, lalu mulai memakan nasi gorengnya.

"Apaan, kok ngomongnya gitu?" Tanya Rio tidak terima.

"Lagian gendut-gendut, dikira aku hamil sama siapa coba. Kamu gak pernah loh ngomongin body aku sebelumnya," ucap Agla tetap memakan nasi gorengnya secara kasar, Deo jadi merasa bersalah disini.

Rio bangkit dari duduknya, menghampiri Agla lalu duduk di samping istri tercintanya itu. Merangkul bahu Agla dan mengecup keningnya hangat, Deo jadi iri.

"Mas minta maaf ya...,"

"Mau berapa?" Tanya Rio sembari meletakan ponselnya, Agla melihat tampilan mbangking tertampang nyata disana. Mungkin maksud Rio, Agla harus mengetikkan digit angka disana.

Seperti yang sudah-sudah. Ayolah, Rio memang type pria yang tidak bisa merayu wanitanya agar tidak marah padanya selain menyuruh Agla mengetikkan jumlah disana.

"Nolnya delapan, Mah!" Suruh Deo.

"Diem deh kamu, De. Bikin rusuh aja," ujar Rio dan Deo tetap melanjutkan makannya. Kentang kukus favoritnya.

Diam-diam Agla mengacungkan jempol pada Deo, menatap kembali mata Rio seolah bertanya. beneran? Rio mengangguk mengiyakan, lalu dengan sok jual mahal Agla mengetikkan angka disana.

Hanya angka satu dan berbuntut delapan nol dibelakangnya.

"Sering-sering ngomong gendut juga gak papa. Aku gak insecure kok, makasih."

"Yaudah, aku berangkat ya." Pamit Rio dan mengusap rambut Agla dengan sayang, beralih dengan mengusap perut istrinya yang buncit itu.

"Yakin ketemu klien tampilan begitu?" Tanya Agla.

"Kliennya temen SMA dulu, jadi gak papa. Mas berangkat ya," Pamit Rio lagi dan Agla mengangguk. Rio berjalan menjauhi meja makan dimana masih ada mereka berdua. Rio dengan ripped Jeans juga kaos putih yang dibalut jas hitam. Terlihat santai sih, tapi yaudahlah. Cape.

Hari Minggu seperti ini, Rio tetap menemui kliennya.

"Mah, kenapa Deo gak ganteng?"

Pertanyaan konyol yang baru saja keluar dari mulut Deo membuat dahi Agla mengerut, pertanyaan macam apa itu. Jelas-jelas anaknya tampan sedunia.

"Kamu ganteng kok, kata siapa gak ganteng?"

"Makasih, Mah. Sekarang ngetik jumlahnya di hape Deo!" Suruh Deo dan menggeser ponsel mahalnya ke hadapan Agla.

"Maksudnya?"

"Selamat ulang tahun mama, Deo bingung mau ngasih kado apa. Ini aja ya, kayak Daddy tadi," ucap Deo dan Agla menggelengkan kepalanya. Beranjak duduk dari tempatnya dan memeluk anak sulungnya.

Deo berdiri menyambut pelukan hangat dari perempuan hebat seperti mamanya, meski beberapa kali harus ia tegaskan, ia sayang pada wanita ini tetap tidak akan tergambarkan oleh kata.

"Makasih udah jadi Mama hebat buat Deo, I love you Mommy," ucap Deo sembari mencium sebelah pipi Agla. Agla mencium seluruh wajah Deo hingga pemuda itu tertawa geli, ternyata ia tetap jadi anak manja mamanya.

Tapi ia juga tetap tidak terima jika Ayahnya memanggilnya anak manja.

"Makasih sayang. Tapi gak perlu," ujar Agla dan Deo memberenggut.

"Kenapa?" Tanya Deo dan Agla tersenyum.

"Uang dari papa kamu udah lebih dari cukup. Uang hasil usaha kamu mending ditabung," ucap Agla dan membereskan meja makan.

"Tapi Deo pengen ngasih sama Mama, belum pernah kan."

"kalo gitu, temenin mama shopping aja. Mau?"

"Tapi Deo yang bayar oke?!" Agla menganggukkan kepalanya dan Deo tersenyum senang. Pemuda tampan itu mengepalkan tangannya kegirangan, lalu berjalan memasuki kamar.

Sementara Agla yang baru saja mencuci piringnya, mendengar bel rumah berbunyi. Lantas wanita itu melangkah untuk membuka pintu. Benar dugaannya, ART rumahnya baru saja datang.

"Bapak udah berangkat ke kantor. Saya sama Deo mau keluar. Jaga rumah ya Teh," ujar Agla pada ART rumahnya, umurnya sekitar 45 tahun. Namun, beliau masih cetakan dalam bekerja. Sebenarnya Agla tidak tega mempekerjakan orang tua semacam Teh Darmi, tapi mau bagaimana lagi. Jika mempekerjakan wanita muda ia takut.

"Iya hati-hati ya, Bu."

"Belum berangkat, baru mau ganti baju" ujar Agla dan Darmi terkekeh.

Agla masuk ke kamarnya dan mencari baju yang pas. Semenjak perutnya sudah bulat seperti sekarang, Agla jarang menggunakan celana. Bahkan di rumah ia sering menggunakan daster. Paling barter ya kaos oversize.

Akhirnya baju pilihan Agla jatuh pada tunik rayon lengan pendek, dengan belahan di sisi kanan kirinya. Memakai lipstik warna nude, juga menyisir rambut sebahunya.

Oke, ia akan kencan dengan anaknya. Jika dipikir-pikir ia memang jarang keluar berdua dengan Deo. Anaknya kan jarang sekali di rumah.

"Kunci mobil putih mana?" Tanya Deo saat Agla menuruni anak tangga. Deo yang melihat itu dengan sigap membantu mamanya berjalan.

"Kenapa gak pindah kamar aja sih, dilantai bawah apa susahnya."

"Iya, bawel deh."

"Kunci mobil putih kemana?" Tanya Deo lagi dan Agla merogoh tasnya. Sepertinya kunci itu masih disana, mengingat kemarin habis Rio pakai.

"Berangkat!"

Ibu dan anak itu meninggalkan rumah, hari Minggu pagi yang nampak begitu cerah. Sepertinya ia juga harus membelikan ponsel baru untuk Jeje mengingat tadi malam ia benar-benar membawa Jeje tanpa memberi kesempatan pada perempuan itu untuk mengambil tasnya lebih dulu.

Grand Indonesia. Jadi tempat yang Deo pilih untuk mentraktir mamanya. Kapan lagi ia membawa Agla keluar rumah tanpa Ayahnya itu.

"Mama mau kemana dulu?" Tanya Deo saat mereka berdua sudah di dalam Mall tersebut.

"Pengen yang manis-manis tau!"

"Yaudah, balik ke sajaKKopi aja kuy!"

"Kamu ini, ya bosenlah makan di cafe punya sendiri." Deo tertawa mendengarnya dan menggandeng tangan Agla saat menaiki eskalator.

"Pokoknya hari ini semua Deo yang bayar. Uang Deo, bukan tf-an dari Ayah. Titik!"

_____

aku yang notabenenya anak rantau, main ke GI speechless banget wkwk



Continue Reading

You'll Also Like

5.4K 372 50
End✔ "Cewek baik-baik kok ngajak pacaran!"
6.9M 291K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
882K 65.9K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
133K 8.3K 84
Sepenggal kisah persahabatan antara Acha dan Daren. Hubungan persahabatan yang sudah terjalin selama sebelas tahun, tanpa melibatkan perasaan? Tidak...