LAST MISSION

By pischinny

25.2K 1.9K 90

"Gue deketin lo, bukan karena gue bener-bener pengen deketin lo." Altha. ____________________________________... More

A l a n a / A l t h a
A L A S T A R S
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
38

37

265 17 3
By pischinny

"Satu...!!!"

"Dua...!!!"

"Tig—"

"BENTAR-BENTAR!!! SUMPAH TANGAN GUE GEMETER! HADUH, GUE KAYANYA GAK BISA DEH! INI KALO GUE GAK MASUK JALUR SNM GIMANA DONG!! KALO GUE BELAJAR BUAT UTBK JUGA GAK MUNGKIN MASUK GAK SIH??? MASA MAU JALUR MANDIRI??? ITU MAHAL BANGET BUSET!! MAU KERJA DI CAFE JUGA GAK BAKAL CUKUP!!" Teriak lelaki itu sambil bergerak tidak karuan.

Ia kemudian menatap teman-teman nya yang sudah memasang wajah jengah. "DI KULIAH TUH GAK BISA NGUTANG KAN YA? KALO MISALKAN GUE PINJEM DUIT DOSEN NYA KIR—ANJING JANGAN DI PENCET BRENGSEK!!" Teriak nya di kalimat terakhir saat melihat Saka menekan layar handphone.

Lelaki itu menatap layar handphone Edgar cukup lama. Setelah itu menatap Edgar dengan pandangan kasihan.

"J-jangan bikin takut dong!! Ampe ternyata gue masuk, tonjok ya!!" Panik nya saat melihat tatapan Saka.

Ia benar-benar tidak siap menerima kabar buruk! Sungguh!

"Liat sendiri." Ucap nya sambil menyerahkan handphone itu dengan keadaan terbalik.

Semua nya menatap Edgar dengan tatapan penasaran. "Buka gar." Suruh Rafa.

"Cepetan buka."

Karena melihat lelaki itu tidak juga membalik handphone nya, Reyhan dengan kesal menarik handphone Edgar.

Lelaki itu sedikit terkejut menatap layar handphone milik Edgar, kemudian terdiam lagi. "Makannya belajar gar.."

Tangan Edgar dingin, jauh lebih dingin dari hawa kota Moskow saat pertama kali mereka datang.

"Gak bisa, gak bisa. Buka bareng aja kita semua!"

Mereka akhirnya mengangguk setuju dengan wajah serius, sambil menatap wajah teman-teman nya.

"Ampe ada yang telat atau duluan kita masukin ke tumpukan salju di depan." Ucap Gavin. "Udah gak ada salju anjir, pada cair. Orang udah 5 derajat."

"Yaudah, kita gak bolehin dia mandi pake air panas." Lanjut Gavin di balas anggukan.

Mereka langsung menaruh handphone nya di lantai bersamaan membentuk lingkaran.

"Satu..."

"Dua..."

"TIGA!!"

Deg!

Semua tampak terkejut melihat hasil nya. Banyak yang berwarna merah, hanya lima orang berwarna hijau.

"M-maksud nya kalo merah tuh di tolak ya?" Ucap Rafa gugup, tangan nya sedikit gemetar memegang handphone.

Dug!

"Bener raf, makannya jangan main mulu. Gak keterima kan." Kata Gavin sambil manaruh tangan nya ke pundak lelaki itu tiba-tiba. Rafa menoleh melihat handphone Gavin.

"Lo juga gak keterima."

"Gue sih udah duga kalo gue gak keterima." Ucap nya santai. "Goblok!" Seru Malvin mendengar perdebatan keduanya.

Lelaki itu menoleh cepat menatap ke arah depan. "Lo tuh gob—dih anjir, keterima lo?" Tanya Gavin dengan pandangan tidak suka.

"Keterima lah!" Seru Malvin.

Benar, lelaki itu di terima universitas yang ia inginkan. Selain Malvin, ada Reyhan, Aksa, Raga dan Abian yang berhasil masuk juga.

"Yang keterima cuman lima?" Bingung Altha saat melihat layar handphone teman-teman nya. "Kok bisa?"

"Ya kan SNM mah beruntung-beruntung an." Ucap Saka. "Yeh, gak keterima aja baru bilang begitu." Balas Malvin tidak suka.

"Tapi emang bener anjir, SNM suka gak ketebak. Kadang yang nilai nya gede aja gak keterima."

Abian menoleh. "Lo gak mikir strategi kali, kalo beruntung-beruntungan mah ngapain banyak orang bikin tutorial cara diterima SNM."

"Mau pamer, ngasih tau ke semua orang kalo dia diterima SNM tapi berkedok ngasih tutorial paling." Ucap Bara menyeleneh. "Ck, gak keterima kok nyalahin SNM."

"Jadi kalian bakal pulang?" Tanya Raga.

Mereka menatap bingung. "Emang lo gak mau pulang? Kan emang jadwal nya kita pulang nanti malem." Kata Abian bingung.

Lelaki itu menggeleng. "Gue bakal disini, bokap gue kan disini."

"Lah, terus kuliah lo gimana?"

"Kan masih lama, pendaftaran ulang nya juga bisa online." Jelas Raga membuat beberapa dari mereka mengangguk-angguk mengerti.

Malvin menoleh ke arah kiri nya. "Lo gimana tha?" Perempuan itu menaikan kedua pundak nya bersamaan. "Gatau, gue aja masih bingung mau kuliah di sini atau Indonesia."

"Mungkin kalo di Indonesia gue ikut UTBK." Lanjutnya. "Tapi yang pasti gue gak bakal pulang ke Indonesia dalam dekat ini."

"Kenapa?" Tanya Raga. "Ada masalah dikit, tapi harus di selesain secepetnya."

"Butuh bantuan kita?" Ucap Malvin menawarkan diri.

Perempuan itu menggelengkan kepala nya cepat. "Gak perlu, kalian fokus aja belajar buat UTBK." Jawab Altha sambil melipat kedua tangan nya di depan dada.

"Masalah apa emang?" Tanya Reyhan.

*****

"Gila kenyang banget gue.." Ucap Abian sambil menyenderkan pundak nya ke kursi. Ia kemudian mengelus-elus perut nya. "Gue kira bakal kurang, ternyata nyisah."

"Kan gue bilang, jangan maruk dulu. Asal pesen banyak aja lo, mentang-mentang di traktir." Balas Ales sambil membolak-balik an daging yang sedang di panggang nya.

Lagi.

Abian duduk tegak dengan cepat. "Lo belum kenyang juga?! Gila, perut apa ember itu?"

"Perut lah, buta lo?!"

"Eh, eh! Mana daging yang disini tadi? Perasaan gue baru madep kanan dua detik. Kok udah ilang aja?" Bingung Malvin sambil menghadap kanan dan kiri mencoba mencari daging itu.

Pandangan nya berhenti ke arah Edgar yang sedang tertawa canggung. Rasa curiga mulai menghantui hati nya.

Pasti lelaki itu.

"Jangan bilang..."

"Sorry!" Seru nya cepat sambil menaruh daging baru ke atas piring Malvin. "Itu udah gue pakein bumbu." Ucap Malvin setelah terdiam sebentar dengan pandangan kosong.

"Ini nih! Dah gue kasih bumbu! Tuh, tuh!"

Lelaki itu masih menatap nya dengan pandangan kosong. "Bukan bumbu itu, bumbu yang gue pakein ke daging yang lo makan barusan, bumbu terakhir sebelum Reyhan abisin." Ucap nya dengan wajah serius.

"Y-ya, ya sorry! Gue gak tau!" Seru nya cepat.

"Mau tau atau enggak, ngambil daging orang yang udah di bumbu in itu brengsek nama nya gar." Ucap nya dengan wajah sangat serius.

Daging dengan bumbu itu sangat berarti bagi nya. Sungguh.

"Lo bisa gak sih gak nyari ribut sehari aja?" Tanya nya membuat Edgar menatap tidak enak. "S-sorry, gue beneran gak tau. Kirain lo udah gak mau makan soal nya ngelus-ngelus perut mulu dari tadi."

Malvin menghembuskan napas nya pelan sambil tertunduk. Ia kemudian berdiri. "Ayo keluar gar, ikut gue." Ucap nya membuat semua menoleh.

"Udah apa, kaya anak kecil aja lo. Cuman daging itu, bisa dibeli lagi." Kata Altha sambil menatap Malvin.

"Gue kan udah cup bakal makan daging terakhir, sama bumbu nya juga. Kan kata mas-mas nya tadi, kita pelanggan terakhir yang dapet bumbu itu."

Saka menaruh tangan kanan nya di pundak Malvin. "Udah lah vin, bisa beli lagi kapan-kapan. Kan kita temen anjir, jangan begitu lah." Ucap nya menasihati.

"Temen si temen, tapi ngambil barang itu adap kesopanan. Kalo terus begini nama nya keterlaluan!"

"Ck, ngapa jadi panjang sih masalah nya?"

Gavin mendekati telinga Edgar. "Lo lagian ngapain sih gar, ngambil daging nya si Malvin?" Tanya nya dengan suara kecil.

Lelaki itu tidak menjawab, pandangan nya terkunci pada Malvin yang sedang menatap nya kesal. Ia sedikit takut karena Malvin tidak pernah semarah itu sebelumnya.

"Maafin gue vin, gue beneran minta maaf. Gue kira lo udah gak mau lagi, jadi nya gue abisin daging nya. Maaf.." Ucap nya sambil menunduk.

"Ribet amat si, gue bilangin ke Chef nya. Mungkin masih ada." Kata Raga sambil berjalan keluar.

"Katanya udah abis..." Ucap Edgar dengan suara kecil yang langsung di balas senggolan kencang di kanan pundak nya.

Dari Gavin.

"Gak usah bacot." Lelaki itu langsung menunduk lagi dengan cepat.

"Makannya gar, lain kali jangan begitu lagi. Izin dulu sebelum ngambil punya orang." Kata Altha menasihati lelaki itu.

"Bener, jangan asal comot aja."

Saka mengangguk. "Kalo lo begini sama anak ALASTARS doang mungkin gapapa, cuman kan ini lo kenal kita-kita juga baru beberapa bulan. Walaupun udah deket, tapi tetep gak boleh begi—"

"Gak ada lah anjir! Mau udah deket atau enggak tetep harus ijin, kan punya sopan santun. Masa lo mau begitu terus?" Potong Abian memanas-manasi.

"Ya maksud gue minimal lah."

"Bunda di panti kan juga ajarin kita gar, buat sopan sama orang lain. Kalo lo begitu nama nya nyuri, lo mau buat bunda sedih di sana?" Tanya Aksa.

Semua nya kompak menoleh. Baru kali ini lelaki itu ikut berbicara panjang. Mungkin, Aksa sudah mulai terbisa lagi.

"Iya sorry Malvin. Gue gak bakal lakuin itu lagi." Hati nya sedikit sakit saat mendengar Aksa menyebutkan tentang bunda panti asuhan nya dulu.

Ia jadi merindukan perempuan itu.

Semua terdiam untuk beberapa menit.

Sampai akhirnya..

"Bisa di udahin gak prank ini? Pegel tangan gue." Ucap lelaki dari arah belakang membuat semua nya menoleh cepat. "Raga, kan rencana nya gak gini..." Kata Altha sambil tersenyum canggung dengan suara sedikit kecil.

"Cape tangan gue!"

Semua nya menghembuskan napas kesal. Lelaki ini benar-benar tidak bisa di ajak kerja sama.

"Udah lah anjir, emang salah milih Raga bawain kue nya. Tadi mah mending gue aja." Ucap Abian sambil menjatuhkan badan nya ke kursi, dengan kasar.

Semua nya, kecuali Edgar menatap kesal ke arah lelaki itu. "Sono ga, nyanyi aja sono sendiri." Kata Reyhan.

"Sono rayain ultah Edgar sendirian!" Seru nya.

"Belum nangis dah buru-buru aja. Mana seru kalo belum nangis." Ucap Malvin kesal.

Raga menaruh kue itu di atas meja dengan kasar. "Ya lo pada pikir Edgar bakal nangis cuman gara-gara Malvin marah kalo daging nya di ambil?!" Seru lelaki itu dengan nada marah.

"Pikir coba!"

Altha terdiam. Ia kemudian manganggukan kepala nya sedikit setuju. "Bener juga, kok kita goblok sih. Siapa deh tadi yang nyaranin ide ini?" Tanya perempuan itu membuat semua nya saling tunjuk.

"Si Gavin tuh! Dia yang nyuruh!"

Lelaki itu menatap tidak terima. "Mana ada! Kan gue bilang suka-suka Edgar aja. Karna gue yakin ni orang pasti bikin masalah."

"Ya tetep aja, berarti lo yang punya ide!"

"Enggak, bukan gue! Tadi yang nyolek gue siapa coba?! Si Ales kan, katanya sekarang aja untung dia lagi buat masalah."

Semua menatap Ales membuat lelaki itu gugup seketika. "Y-ya, lo nya juga iya-iya aja. Jadi gue kira itu ide yang bener." Ucap nya membela diri sendiri. "Tapi tadi gue juga di colek, sama siapa ya tadi.."

"Oh! Sama Altha!"

Perempuan itu langsung menoleh ke arah kanan dengan cepat. "Kok jadi gue?! Kalo salah lo, ya terima dong! Kok nyalahin orang lain?!" Marah nya tidak terima.

"Enggak!" Ucap Bara membuat semua nya menatap lelaki itu. "Ini salah Reyhan." Lanjutnya.

"LAH KOK GUE?!"

"Tadi pas Ales agak ragu buat lakuin ini, lo nge yakin in kita semua buat prank sekarang aja. Padahal yang lain juga ragu kalo masalah nya cuman daging. Jadi..."

"Ini salah lo." Lanjutnya.

Lelaki itu mengerutkan kening nya. "Kapan gue nge yakin in lo semua?!"

"Tadi lo ngangguk-ngangguk, mata lo juga kaya seakan-akan bilang iya, udah sekarang aja prank nya gitu." Ucap Bara membuat Reyhan semakin bingung.

Sejak kapan Bara bisa membaca gerak-gerik mata? Mengapa ia menjadi sok tau seperti ini?

"Gak jelas lo bar!"

"Ini...." Ucap Edgar yang sedari tadi diam membuat semua nya menoleh. "Gue di prank ya?"

"Iya! Tapi gagal gara-gara Raga, jadi lo rayain aja ultah lo sendiri." Balas Nathan kesal. Ia kemudian memajukan kue itu sedikit dengan kasar. "Tuh kue nya, nyalain api nya sendiri. Kita udah gak mood."

Lelaki itu semakin bingung. Saat ini ia harus senang atau sedih. Terlebih lagi melihat rupa kue yang di bawa oleh Raga.

Edgar tersenyum ramah sambil menatap semua teman nya. "Kayanya mending gak usah ngasih kue ulang tahun deh lain kali." Ucap nya dengan nada sangat lembut.

"Kenapa emang?" Tanya Aksa. Lelaki itu menoleh masih dengan senyuman yang berada di wajah nya. "Menurut lo..?"



*****

"Kenapa lo mata nya berkaca-kaca begitu?! Ampe nangis gue iket lo disini ampe gak bisa balik ke Indonesia!" Ucap Reyhan sambil menatap Aksa marah. "Sorry.."

Lelaki itu berdecak kesal. "Sorry mulu, lo gak bosen apa ngulang kata itu setiap hari nya?"

"Enggak."

"Udah lah, gue juga udah maafin. Semua nya juga udah maafin, gatau ya tapi kalo Raga. Cuman semua anggota ALASTARS udah maafin. Asal lo jangan bego lagi, gue belum tentu ada di mood bagus buat maafin lo saat itu." Kata Reyhan menjelaskan sambil menatap lelaki di depannya yang setia menunduk.

"Udah sono, mau ketinggalan pesawat?!"

Lelaki itu mendongak. "Lo beneran gak pulang?" Tanyanya.

"Enggak, gue disini bentaran doang. Selesain masalah dikit."

"Gak butuh bantuan gue?" Tanya Aksa. "Gak deh, nanti di khianatin lagi." Balas nya yang langsung membuat lelaki itu menunduk lagi dengan cepat.

"Maaf Reyhan..!!"

"Yaelah, gue bercanda kali! Masih aja lo!" Seru Reyhan sambi mendorong pelan bahu Aksa.

Ia kemudian menatap teman-teman nya secara bergantian. "Udah sono, ketinggalan pesawat nanti nangis."

Semua nya menatap sendu.

Baru kali ini mereka berpisah, walaupun hari nya masih belum ditentukan berapa lama. Tapi rasanya aneh. Mereka tidak pernah berpisah sebelumnya.

Grep!

"Hati-hati lo bos! Kalo ada apa-apa hubungin ALASTARS! Kita bakal selalu ada buat lo." Ucap Gavin sambil memeluk Reyhan cepat.

Sedangkan lelaki yang di peluk itu terdiam sebentar. Sedikit terkejut melihat Gavin bertingkah seperti ini.

Aneh..

Sudah lama ia tidak di panggil bos oleh mereka.

"I-iya! Lo semua juga hati-hati. Gue bukan bokap kalian, tapi jangan lupa buat belajar yang bener. Jangan kebanyakan main lah, minimal sampe ujian." Ucap Reyhan memberitahu malah membuat semua nya semakin menahan tangis.

Ya kalian benar, mereka masih anggota inti ALASTARS. Walaupun sulit untuk di percaya, tetapi mereka benar-benar sedang menahan tangis.

"Ampe nangis, gue beneran iket ya lo semua disini. Biar jadi gembel baru Rusia." Ancam Reyhan.

"Gapapa, gue juga pengen cobain sekali-kali." Balas Gavin. "Ck, ada aja sih lo!"

"Tuh udah ada pengumuman, udah sono!"

Semua nya kemudian menatap Reyhan untuk terakhir kali sedikit lama. "Kita pergi bos. Jangan lama-lama lo disini." Ucap Bara sambil menggendong tas nya.

Reyhan mengangguk. "Iya."

"Yaud—" Ucapan Edgar berhenti seketika saat melihat Abian berjalan kemari dengan mata merah.

Jangan bilang...

"Lo nangis?!" Tanya Edgar dengan nada tinggi.

"A-apaansih! Enggak tuh, mata gue tadi kemasukan debu!" Ucap lelaki itu panik sambil mengusap-usap mata nya dengan cepat.

Semuanya memutar bola mata malas. Pasti alasan lagi.

"Altha sama anak ALARIC mana?" Tanya Raga yang berada di balik badan Abian.

"Gatau, tadi katanya mau pergi bentar."

"Tuh mereka!" Seru Abian dengan suara sedikit bindeng membuat semua nya menoleh dengan tatapan sinis.

Sudah tidak bisa di bantah, pasti lelaki itu sehabis menangis!

"Ngapain lo, kok gak pada langsung kesana?" Tanya Altha bingung sambil menjilat ice krim.

Begitupun dengan anak ALARIC di belakang nya.

Tunggu, mengapa mereka tampak biasa saja? Berbeda dengan anggota ALASTARS yang hampir menangis dan Abian. Ya kalian semua tau bahwa Abian bahkan menangis.

"Pasti kalian nangis, tapi langsung cuci muka! Cuci muka di mana lo semua?!" Tanya Abian tidak terima.

Mengapa hanya dirinya yang sembab?

"Dih mana ada nangis, kita mah udah biasa." Ucap Malvin yang langsung di balas anggukan semua. "Bener, Altha kan pernah ngilang. Kita di tinggalin dua tahun kalo kalian lupa."

Gavin menggelengkan kepala nya. "Udah terbiasa di ghosting ya kalian.."

"Lumayan."

"Yaudah sana, tadi udah pengumuman." Ucap Altha pada semua anggota yang akan menaiki pesawat malam ini. "Belajar buat UTBK, inget kalian semua miskin." Lanjutnya membuat semua tertohok.

"Thankyou tha." Kata Gavin sambil menunduk. Sebelum ia menegakan badan nya, lelaki itu berucap. "Atas hinaan nya."

Altha mengangguk. "Sama-sama, sorry tapi gue ngomongin fakta." Jawab nya membuat lelaki itu tersenyum kecut.

"Ini beneran nih, lo berdua gak ikut balik ke Indonesia?" Tanya Abian masih dengan suara bindeng nya.

Kedua lelaki itu menatap kesal. Mengapa Abian menjadi sangat cengeng seperti ini?

"Iya elah, nanya mulu lo!" Kesal Reyhan.

"Yaudah, sana pergi.." Ucap Abian dengan wajah lesu. "Kan lo yang mau pulang ke Indonesia." Kata Altha bingung.

"Oh iya.."

"Makannya, jangan kebanyakan nangis."

Edgar mengambil ransel nya yang berada di lantai. "Yaudah, kita pergi dulu. Baik-baik lo bertiga disini, kalo ada apa-apa bilang ke kita." Ucap nya yang dibalas anggukan ketiganya.

"Ini sebelum kita pergi gak mau ngasih tau dulu kalian ngapain disini?" Tanya Malvin.

"Ngelakuin hal yang biasanya dilakuin manusia, mau ngapain lagi emang nya?" Ucap Altha. "Ya kita juga tau kali, lo bertiga pasti ngelakuin sesuatu tapi gak mau bikin kita repot makannya di pulang in ke Indonesia." Jawab Gavin.

Ketiga nya menatap heran. "Gak usah ke geeran deh! Belajar aja buat UTBK yang bener."

"Gue udah masuk lewat snm, berarti boleh dong disini." Ucap Malvin membuat Altha menghembuskan napas dalam. "Lo mending pergi sekarang deh vin."

"Kok jahat?"

"Iya! Emang gue jahat dari dulu! Sana pergi!"

"Yaudah kita pergi nih."

Raga memutar bola mata nya malas. "Yaudah sana, dari tadi ngomong begitu mulu gak pergi-pergi."

"Ngeselin banget sih lo."

"Bye-bye! Jangan lupa aktif di grup, gue tau kalian bakal kangen sama gue!" Ucap Edgar sambil berjalan menjauh. Begitupun dengan yang lain.

Mereka benar-benar akan pergi sekarang.

"Asal sikap lo gak minta di rukiyah si gue bakal aktif di grup gar." Ucap Reyhan membuat semua nya terkekeh pelan.

"Yaudah kita pergi ya! Jangan lupa titip salam sama Nathan, bilangin jangan banyak gaya!"

Altha berdecak pelan. "Lo lebih banyak gaya padahal." Ucap perempuan itu dengan suara kecil.

"Iya." Lanjutnya dengan suara normal sambil melambaikan tangan.

Altha, Reyhan dan Raga masih terdiam beberapa menit sambil melihat teman-teman nya yang berjalan semakin menjauh.

Walaupun tidak tampak bersedih, tapi tidak bisa di pungkiri bahwa mereka akan sangat merindukan semua anggota misi.

Pasti.

"Ayo pul—" Ucapan Altha terhentikan saat tiba-tiba ada badan yang memeluk nya dari depan. "Makasih Altha, makasih banyak." Kata nya sambil menutup mata memeluk perempuan itu erat.

Aksa Pandhita, semua nya sedikit terkejut melihat Aksa berlari tiba-tiba dan memeluk Altha.

"Masih canggung?" Tanya Altha membuat lelaki itu menoleh. Mereka sekarang berada di taman belakang.

Aksa menaikan kedua pundak nya sambil menghadap kedepan lagi. "Gatau." Jawab nya. "Tapi gue ngerasa beda kalo ngobrol sama mereka."

"Gapapa, mereka juga pasti masih ada rasa janggal di hati masing-masing. Gue yakin mereka juga masih canggung sama lo." Ucap Altha.

"Tapi gak bisa gini sa, lo gak bisa hidup beriringan sama mereka tapi serasa gak ada. Lo gak bisa begini terus-menerus. Keadaan gak bakal membaik kalo lo gak bikin keadaan itu sendiri jadi baik."

"Gue juga kecewa sama lo, gue kecewa banget. Gue ngerasa di khianatin sama lo, padahal gue gak pernah ragu in anggota misi sedikit pun tapi lo malah buat gue ragu."

Aksa menunduk. "Maaf..."

"Gue udah maafin lo dari lama. Dan gue juga yakin kalo anak-anak lain udah maafin lo."

"Gelas yang terbuat dari tanah kalo udah ancur gak bisa di benerin tha." Ucap lelaki itu membuat Altha menoleh cepat. "Siapa bilang? Bisa kok."

"Tanah yang udah pecah bisa di hancurin lagi dan di buat ulang. Walaupun gak sama persis, tapi masih bisa di benerin. Itu udah konsekuensi yang mecahin nya."

"Begitupun dengan permasalahan lo Aksa."

Sekarang hanya tinggal satu langkah lagi, satu langkah untuk menyelesaikan permasalahan paling rumit ini.

*****

"Gimana penampilan gue?" Tanya Altha sambil memutar badan. Ia bertanya pada tiga lelaki di hadapan nya saat ini. "Kok diem?"

"Lo beneran pake baju ini?" Ucap Raga bertanya dengan pandangan berfokus pada perempuan itu.

Altha mengerutkan dahi nya bingung. "Ya iyalah, masa cuman coba-coba doang?"

"Bukannya masih musim dingin?" Tanya lelaki itu lagi masih dengan pandangan bingung melihat pakaian Altha yang sedikit terbuka.

Nathan mengangguk setuju.

Perempuan itu menatap kebawah melihat pakaian nya. Ia menjadi sedikit ragu. Walaupun sudah tidak turun salju, tetapi suhu
di Moscow masih cukup dingin.

Terlebih lagi, bagaimana jika ia akan mendapatkan catcalling disana? Ya ini memang acara formal, tetapi lelaki hidung belang bisa ada di manapun kan.

"Gue ganti baju aja kali ya...?" Tanya nya dengan nada ragu.

Beberapa detik kemudian Altha terkejut saat merasakan tangan nya di genggam tiba-tiba oleh Reyhan.

"Pake jas gue biar gak kedinginan, dan gak perlu takut,"

"I can fight."

_______________________________________________________

Tolong ya bantu aku untuk memperbaiki ketikan dalam menulis cerita ini, bisa di tandai di mana kesalahannya!

Terimakasih buat kalian yang sudah bantu, pasti akan aku segera ganti! 💗



- anak rebahan

Continue Reading

You'll Also Like

324K 24.5K 36
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
760K 90.4K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
1.2M 114K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.4M 82K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...