REWRITE [ Trash Of The Count'...

By __KIVIJ

20.5K 2.3K 1.2K

Kim Jia. Gadis yang mati karena sebuah kejadian membuat dirinya tidak menyesali tindakan dirinya. Namun, sebe... More

00
01
02
03
04
05
[No Chapter I]
06
07
08
09
10
11
[No Chapter II]
12
13
14
15
16
Special Chapter ; Aerith Mathis
17
18
19
20
[ SIDE STORY I : HOW TO FEEL COMFORT ]
21
22
23
COMEBACK [ SCROLL PALING BAWAH ]
24

[ Side Stories II : NO ONE KNOWS ABOUT IT. ]

333 23 8
By __KIVIJ

Side Stories

Warn! Spoiler! OOC! Mungkin ini bisa ku hint buat chapter depan.

Genre? Floffy! Like my heart, ehe :))

OGCale Henituse

Aerith Mathis

Choi Jung Soo

___

No one knows about it.

___

Suara sepasang kaki menjelajahi seluruh area, kedua pasang iris itu melihat-lihat apa yang dijual oleh para pedagang. Namun, dia tidak melihat gadis berusia 17 tahun di sekitar area yang ia telusuri. Pemuda yang telah mewarnai rambut alaminya dengan warna yang telah diubah ini, tak melihat pucuk rambut warna sang adik sepupu.

Aigoo...

Bukankah, Aerith berkata kalau mereka bertemu dekat salah satu kedai milik pedagang buah? Namun, dirinya tidak melihat gadis tersebut. Cale Henituse, kembali melihat-lihat untuk mencari Aerith.

"Hm?"

Iris yang telah diwarnai oleh sihir itu tidak sengaja melihat sebilah pisau kecil yang tidak jauh di posisinya, ia mendekati kedai yang menjual sebilah pisau tersebut.

Dilihat kembali, gagang pisau yang terukir snowflake yang bertaburan dengan kristal sapphire... Tidak, itu lebih sedikit pudar seperti warna manik Aerith saat ia mengatakan bahwa 'dia baik-baik saja'. Juga, sarung pisau berwarna berbalik dengan gagangnya yang memiliki guratan asing.

Itu... Naga? Tidak, itu terlihat seperti ular.

"Apa tuan ingin memberikan hadiah untuk seseorang?"

Pertanyaan meluncur dari mulut sangat pedagang, Cale langsung melihat pedagang yang mengulas senyum cerah, ia melihat sosok pemuda memiliki rambut hitam dengan manik sewarna. Namun, struktur wajah begitu asing untuk orang-orang yang Cale pernah temui.

--- terlebih, pakaian asing yang jarang digunakan oleh orang-orang di wilayah barat. Apa dia berasal dari benua lain?

"Benar, aku ingin menghadiahkan sesuatu untuk ulang tahun adik sepupuku." Jawab Cale kembali melihat orang tersebut yang mengulas senyum.

"Kalau begitu, apa yang anda lihat saat ini adalah barang yang bagus untuk adik tuan." Balas sang pedagang mengambil pisau tersebut, lalu membuka sarung pisau.

-- Memperlihatkan bilah pisau berwarna biru dengan bekas guratan merah yang Cale tidak mengerti, mengapa penempa pisau memberikan guratan aneh seperti itu.

"Kenapa ada guratan di sini?" Tanya Cale melibatkan tangan masih memandang guratan di bilah tersebut.

Sang pedagang tertawa gugup saat mendapatkan pertanyaan yang sering dirinya dengar, "Ah... sebenarnya, itu adalah tanda dari penempa."

Cale mengerutkan dahi sambil memandang pedagang tersebut dengan tatapan tidak percaya.

"Kau tidak bohong, 'kan?"

Laki-laki itu menanyakan kepada pria itu yang menggeleng kepala menandakan bahwa ia tidak berbohong, "aigoo, tuan muda. Mana mungkin saya berbohong dengan tuan? Kata sih penempa, hanya orang terpilih saja yang mengetahui apa maksud dari guratan ini." Jelasnya membuat Cale semakin mengerut dahi,

Terdengar omong kosong, namun... iris mata Cale masih meneliti garis pedang tersebut. Tanda tersebut... entah, kenapa seperti Naga dengan garis merah itu menandakan bahwa naga tersebut berwarna merah.

Penempa itu sengaja membuatkan tanda seperti ini? Ya, tidak masalah untuk dirinya.

"OPPAAA!"

Cale langsung berjengit membuat penjual kaget melihat raut wajah tuan muda yang berubah, "Tuan muda, anda tidak apa-apa?" Tanya sang penjual itu.

Cale menoleh ke arah orang tersebut, "tidak apa. Tolong bungkus itu, aku akan ke sana sebentar. " Ujarnya dengan wajah tenang kembali.

Tidak mempedulikan ocehan seorang gadis di kepalanya, Aerith. Gadis yang dari tadi Cale carikan selama ini mulai berbicara di dalam pikirannya, Cale berjalan sedikit menjauhi mencari tempat yang aman dan tenang meninggalkan sang pedagang.

Setelah Cale menjauhi pedagang tersebut, sang pedagang tadi membuka tudungnya. Ia melihat punggung Cale membelakang dirinya, kedua belah bibirnya membentuk seringai kecil.

"Sepertinya, dia telah terbiasa oleh tingkah laku Jia, ya?" Kekeh pedagang tersebut, manik hitam itu mendengar pembicaraan dari sepasang sepupu ini.

Teringat bagaimana Kim Jia bertingkah saat bersama dirinya, namun sama sekali tidak merepotkan.  Orang ini malah mengagumi setiap iris abu-abu milik gadis bergulir mengamati dan menghitung pergerakan yang akan dia lakukan.

"Terlihat berhati-hati... tidak ingin membuat kesalahan yang fatal..."

Apa tatapan itu masih tersirat dalam manik Kim Jia saat ini?

Pedagang ini -- pemuda tersebut masih melihat perubahaan wajah Tuan Muda tersebut, dirinya menyakinkan bahwa Kim Jia pasti sama seperti dulu. Itu membuat pedagang berwajah khas orang korea ingin melihat adik dari rekan partnernya.

Berbeda dengan posisi Cale dan Aerith yang sedang berbicara satu sama lain, Cale tidak paham untuk berbicara dalam hati namun adik sepupunya mengatakan dia bisa berbicara langsung dari mulut. Ya, Aerith mengatakan bahwa itu sama saja dengan berbicara dalam batinnya.

"Sekarang ada dimana kamu?" Tanya Cale sambil berbisik, ia telah mendengarkan bahwa Aerith berkunjung sebentar untuk mencari sesuatu.

Hah... sesuatu? Lebih tepatnya, sebuah informasi yang menarik untuk gadis itu jual.

Itu orang yang mengatakan ingin berlibur tanpa berkerja, namun lihat? Adik sepupunya yang satu ini kadang suka labil, ya... walau Aerith sering bilang untuk mencari sesuap nasi masa depan nanti.

Untuk apa? Cale tidak tau juga, padahal gadis itu bisa meminta apapun terhadap dirinya karena mereka adalah sepupu.

"Aku berada di Bar tak jauh tempat yang kita janjikan untuk bertemu," Jeda Aerith kembali, Cale mengangguk kepala paham namun tidak membalas karena dirinya tau adik sepupunya ini belum selesai berbicara.

Ada yang aneh...

Nada suara Aerith gemetar.

Cale mengetahui ada sesuatu terjadi kepada Aerith.

"Cale ... anggur disini sangat enak."

Aigoo... ingin sekali mencubit kedua pipi adik sepupunya sangking gemas karena membuatnya khawatir, dia menghela nafas pelan lalu kembali berjalan ke arah pedagang.

Bersyukur dia bisa bertelepati dengan Aerith karena kalung sihir milik Aine, "Baiklah, sisihkan anggur itu untukku. Aku akan ke tempatmu setelah membeli barang untuk ku bawa ke vila,"

"Okay, aku akan menyisahkannya! Oh! aku juga memasak ayam goreng untukmu!"

"Oh ya? kau meminjam dapur pemilik Bar?"

"Ya, pemiliknya mengijinkannya! Awalnya sungkan, tetapi dia memakan makananku langsung ingin merekutku ..." 

"Ya,  kenapa tidak diterima? Lumayan bukan kau bisa meminum anggur di sana sebagai bayaran."

"TIDAK! ANGGUR HENITUSE LEBIH ENAAK! WINE HERB ADALAH JUARANYA!"

Aigoo...

Cale masih mendengarkan celotehan Aerith mengeluarkan kekehan keluar dari bibir tipisnya, tidak peduli tatapan bingung dari pedagang tersebut. begitu menggemaskan,

Jade dan kedua adik tirinya setuju kadang kala Aerith bisa terlihat anak kecil yang mendapatkan mainan,  Orang-orang mengatakan bahwa Aerith sangat dewasa di umurnya yang masih muda.

Cale tidak mengelaknya, namun ia berpikir bahwa Aerith telah mengalami banyak hal. 
Bagaimana pemuda ini mengetahui tersebut?

Tentu saja, mendengar tangisan Aerith saat tertidur itu sangat menyakitkan. Bagaimana mungkin, adik sepupu yang tumbuh bersamanya merasakan mimpi yang perih seperti itu sampai sekarang.

Ingin mengutuk, tetapi siapa yang ia kutuk.

Pikirkan nanti saja, dia harus menyusul Aerith dan Jade.

"Tuan muda, ini." Pedagang itu memberikan bungkusan berisi pisau tersebut. Cale menerimanya mengucapkan terimakasih, lalu berbalik meninggalkan pedagang yang sejak dia melangkah masuk ke toko membuat Cale sedikit kurang begitu nyaman.

Seperti bertemu dengan Aine pertama kali  ...

Iris mata Cale bergulir ke belakang, lalu kembali melihat ke depan. Pedagang tersebut tidak memperhatikannya, lalu kenapa dia merasakan bahwa ia diperhatikan sejak memasuki tempat ini.

"Apa perasaanku saja?"

_____


Aigoo...

Aine menghela nafas pasrah melihat Aerith yang tertidur dengan kepala bersandar di bahu Cale yang menaruh tangan di pinggang gadis tersebut, dan kepala Jade yang tertidur di pangkuan Aerith.

Tentu saja, orang-orang akan melihat ini akan sangat gemas namun berbeda dengan Naga merah dewasa ini.

Ya, dia akan ikut gemas semisalnya ruang tamu tidak berantakan dengan aroma juice anggur dan potato chips yang dibuat oleh Iris.

Kenapa Juice anggur ada di sana? Tentu saja, karena ada Jade. Aerith dan Cale tidak bisa memberikan Jade minum sebelum umur 15 tahun, jadi mereka menahan diri.

"Ya, kata kedua orang itu yang hampir menghabiskan separuh anggur di Bar." Ujar Aine menghela nafas pasrah,  dirinya berharap Jade tidak menjadi seperti kedua orang itu.

Dia menjetikan jari mengangkat sampah dan kotoran dengan sihirnya, lalu menaruh di kantung plastik yang disiapkan oleh Iris.

"Aine-nim, apa anda perlu sesuatu?" Tanya Iris yang berada tak jauh dari mereka,

"Tidak perlu, kau istirahat saja."

Aine mengeluarkan keempat boneka milik Aerith , lalu menaruhnya di tangan gadis yang luang itu. Kemudian, melihat Iris yang mengangguk pamit, Aine membenarkan posisi ketiga orang ini agar tidak salah bantal.

Ya, dia tidak mau mendengar ketiga orang ini mengeluh kepadanya nanti.

Huh?

Aine langsung menoleh ke arah tekanan, tidak bukan daerah sini. Vila ini banyak ditanam oleh magic tool, kenapa dia merasakan seseorang dengan mudah menyusup ke area ini?

Iris biru malam Aine melirik ke arah anak perempuannya yang masih tertidur pulas, syukurlah. Aerith tidak terbangun, karena gadis ini beberapa hari mengalami mimpi buruk kembali.

-- karena apa? Jangan membahas itu untuk sekarang, dia ingin mencari siapa yang memasuki sarangnya.

Tanpa lama, Aine keluar dari Vila melayang mencari dimana orang yang berani mengganggu waktu istirahat mereka.

Tuk!

Aine mengeluarkan pedang sihir miliknya, lalu mengarah ke belakangnya. Dragon fearnya aktif untuk menahan orang yang berada di belakangnya saat ini,

"Jangan bergerak."

Aine tidak merasakan hawa mengancam, namun entah mengapa dia tidak suka hawa yang diberikan oleh orang di belakangnya saat ini.

Ini mengingatkan dirinya kepada...

-- Dragon Slayer.

Naga merah ini merasakan bahwa orang ini tidak bergerak, lalu menoleh namun pedangnya masih berada di bawah dagu orang berpakaian jubah ini.

"Aigoo... aku tidak tau, kalau Jia-ya memiliki Naga yang melindungi dirinya."

Suara yang asing terdengar di telinga Aine ... tidak, ini begitu familiar namun terasa asing mendengar secara langsung. Iris biru malam milik Naga merah ini gemetar saat melihat wajah yang asing sekaligus familiar baginya.

"Choi Jung Soo..."

"Ah, aku tidak menyangka seseorang mengenaliku. Apa aku seterkenal itu sampai ke dunia lain seperti ini?"

Aine tidak menurunkan penjaganya, ia tidak tau apa maksud dari semua ini. Bukankah orang ini mati di waktu yang hampir sama dengan Kim Jia?

"Bukankah kau sudah mati? Di hari hampir sama dengan Jia-ah." Tutur Aine membuat Choi Jung Soo hanya terkekeh, menandakan bahwa itu kenyataan.

"Well, kau juga sama 'kan. Kau seharusnya juga sudah mati ... tidak, maksudku hampir mati." komentar Choi Jung Soo kembali, namun Aine tidak menggubris provokasi dari orang di depannya.

Choi Jung Soo merasakan tekanan dari Naga merah ini, dia tidak menyangka bahwa Aine Redeu sangat sensitif terhadap kehadiran miliknya. Terlebih, iris biru itu begitu dingin namun ia yakin tatapan itu mengkalkulasi apa yang akan naga tersebut lakukan untuk dirinya.

"Aku kesini hanya ingin melihat Jia-ya," ucap Choi Jung Soo membuat Aine tidak terkejut sama sekali, itu sudah pasti.

--- Tetapi, dia tidak yakin bahwa Aerith mengetahui bahwa Choi Jung Soo berada di dunia ini.

"Tenang saja, aku hanya melihatnya dari jauh. Begitupula, nanti."

Nanti?

Penambahan perkataan Choi Jung Soo itu membuat Aine mengerutkan dahi heran, lalu dia menghela nafas pelan.

"Kau seperti stalker," ketus Aine menghilangkan pedangnya, kemudian melipatkan tangan di atas dada memandangi Choi Jung Soo yang tertawa tak bersalah.

"Terimakasih, Naga-nim. Atas pujiannya," balas pemuda tersebut membuat Aine menghela nafas samar.

... jadi, salah satu sifat Kim Jia dari bajingan ini? Darimana sifat jelek anaknya ternyata dari Choi Jung Soo, iris biru itu melihat Vila kembali.

"Jadi, apa kau memiliki perjanjian dengan Dewa kematian?"

Tanpa basa-basi kembali, Aine menceletukan sesuatu tanpa melihat Choi Jung Soo yang tidak terkejut sama sekali.

"Aku tau, kau sudah tau jawabannya 'kan."

"Ya, tetapi aku yakin bukan berarti kau memiliki ikatan perjanjian di sana untuk tidak melihat Jia-ah secara langsung."

Aline menoleh ke arah Choi Jung Soo dengan seringaian penuh, "Terlebih... Aku yakin, bajingan sepertimu pasti akan memberontak dengan ikatan itu seperti sekarang."

Hah!

Choi Jung Soo ingin bertepuk tangan saat ini, Naga merah ini paham sekali. Apa karena ingatan yang diserap oleh Aine Redeu?

"Kau benar. Semisalnya mereka berdua akan bahaya ... mungkin aku akan keluar,"

Berdua?

Aine tidak mengerti, tetapi dia tidak ingin melangkah maju untuk bertanya lebih lanjut. Asal, orang-orang sekitarnya tidak akan terganggu dan merasakan sakit.

"Terserahlah, asal kau tidak membuat anakku bangun karenamu."

"Tentu saja, tidak akan . Semisalnya dia terbangun dan melihatku, mungkin dia menangis meminta maaf apa yang dilakukan olehnya."

Choi Jung Soo bisa membayangkan, dia juga akan marah saat mengingat Kim Jia melindungi dirinya, Kim Rok Soo dan Lee Soo Hyuk.

Terlebih, bagaimana kacaunya mereka --- termasuk, Kim Rok Soo saat itu.

Tidak apa, kalian berdua akan bertemu sama lain di dunia ini. Tidak seperti dunia awal, dimana hanya Kim Jia melindungi dirinya sendiri. ' batin Choi Jung Soo mengulas senyum lembut, kemudian menghilang di depan Aine yang hanya menghela nafas samar.

Dia tidak tau, apa yang Dewa Kematian lakukan. Terlebih, dirinya yakin ada bayaran membuat dunia ini untuk kembali menjadi normal dan balance.

"Semoga bukan nyawa yang menjadi bayarannya ..."

____

Iris hitam Choi Jung Soo melihat gadis yang tertidur di atas sofa panjang dengan tangan yang memeluk keempat boneka begitu familiar di matanya , itu bentuk seperti dirinya ... Kim Rok Soo .. Dan, Lee Soo Hyuk. Juga, Cale Henituse.

Apa kau memberitahukan hal itu terhadap orang-orang sekitarmu? ... sepertinya, tidak ya. ' Batin Choi Jung Soo melihat gadis ini meringis seperti orang kesakitan, itu tidak mudah untuk disembuhkan untuk di dunia ini begitupula di dunia mereka saat itu.

"Huhu .... Oppa.... Oreaboni..."

Kedua tangan Kim Jia mengeratkan pelukan boneka itu, berusaha menenangkan diri. Ah, gadis yang terlihat kuat di matanya begitu rapuh seperti ini.

Tangan pemuda ini terulur ke arah wajah Kim Jia ... lalu, mengusap pipi itu dengan lembut. Entah, mengapa dia mengingat percakapan dirinya dengan Kim Rok Soo.

"Hoi, Kim Rok Soo. Bagaimana caranya membuat Jia-ya tenang kembali saat mimpi buruknya datang?

Kim Rok Soo memandanginya tajam, Choi Jung Soo tertawa canggung. Aigoo! Itu bukan tatapan yang bersahabat!

"Tenang, Rok Soo. Aku tidak akan apa-apa 'kan adikmu. Karena dia adikku juga!"

Choi Jung Soo berusaha menyakinkan Kim Rok Soo, manik merah bata itu kembali tenang namun ia merasakan iris itu mencerminkan bahwa dirinya tak percaya.

Helaan nafas terdengar dari bibir Kim Rok Soo, sebenarnya tidak yakin apa yang ia jawab. Namun, memang ini yang membuat Kim Jia tenang.

Ia mengulurkan tangan ke arah adik perempuannya, lalu mengusap puncak kepala adiknya dengan lembut.

"Tidak ada ... tetapi, saat dia mengalaminya. Berusahalah memanggil namanya, dan mengatakan..."

"... Jia-ya, aku disini. Oppa disini... Semuanya di sini ... Tidak ada yang perlu kau takutkan... tidak ada yang perlu Jia-ya takutkan lagi."

Perlahan-lahan, Choi Jung Soo mengusap pipi Kim Jia dengan lembut bersama bisikan.

"Tidak apa-apa... kau tidak perlu takut .. mereka tidak bisa menyakitimu lagi ... Oppa di sini..." Bisiknya kembali, tangan Kim Jia memeluk boneka ini langsung terulur mengambil telapak tangan Choi Jung Soo.

Nafas gadis berusia 16 tahun ini mulai perlahan-lahan tenang bersama hembusan nafas yang seirama, Choi Jung Soo melihat itu mengulas senyum lembut saat melihat Kim Jia yang mulai tenang.

"Rok Soo... sampai kau datang, aku akan membuat adik 'kita' tenang."

--- jadi, aku harap saat kau datang. Kim Jia tidak akan bermimpi masa lalu lagi.

___

End

___

A/n : Fluff:)))

Yakkan?
Hohoho.... Akhirnya side story, ini berakhir juga dengan penuh fluffyan.

Untuk Alberith shipper, what if. Kalau Alberu tau Aerith tersiksa gini kalau tidur? Heheh. Ada yang mau storynya? :)

Well then, aku fokus ke main story sekarang!

:)))
Oh ya.

Jangan kemana-mana.
Ada lagi. Ini flufff!

Sumpah. :)))
Jangan tutup dulu ya.

___

Omake

___

"Oppa! Jade! Aku takut dengan kadal merah ini!"


Cale tidak tau, reaksi apa yang dia berikan terhadap Aerith saat ini. Begitupula sama dengan Jade karena gurunya dikatai kadal oleh kakak perempuannya saat ini. Memang tidak salah, kalau guru mereka itu jenis reptil tetapi mengapa disamakan dengan kadal?

Ya, kedua orang ini mengetahui bahwa Aine Redeu adalah seorang Naga. Termasuk Iris, namun hanya mereka bertiga saja yang mengetahui hal tersebut.

Apa mereka terkejut? Tentu saja, namun berbeda dengan Cale yang entah mudah beradaptasi terhadap Aine.

"Memang ada apa dengan Guru, Noona?" Tanya Jade duduk tak jauh dari mereka.

"Gurumu sangat seram, dongsaeng. Dia menanyakan sesuatu yang gila seperti melihat orang yang telah meninggal atau tidak!" Seru Aerith frustasi, berbeda dengan Jade.

Guruku berarti gurumu juga, kak! ' Jade ingin mengatakan ini namun ia tahan, ujung lidahnya tidak berani untuk mengeluarkan kalimat itu karena akan membuat Aerith akan frustasi telah menemukan Naga di Hutan.

"Memang kau melihat Hantu?" Tanya Cale kembali, Aerith menggeleng kepala dengan tegas.

"Kalau aku melihat, aku akan menangkapnya dan membuat hantu itu berkerja selama-lamanya." Jawab Aerith membuat Jade tidak tau, mengapa kakaknya kadang bisa memikirkan hal absurd untuk mencari uang.

Helaan nafas panjang terdengar dari bibir Aerith, lalu menoleh ke arah Aine dengan tatapan serius. "Aku tidak melihat siapapun, selain Cale yang membangunkanku. Dan, kau yang melihatku dengan khawatir." Ujarnya secara telepati.

Aine mendengarnya hanya menghela nafas pelan, lalu mengangguk mengerti. Tentu saja! Choi Jung Soo pergi setelah melihat Aerith, tanpa mengatakan pamit kepada Aine.

"Apa kalian sudah berbicaranya?" Tanya Cale melihat kedua orang ini dengan tenang, Aerith mengerutkan dahi melihat bingkisan tersebut

Cale mengambil bingkisan lalu memberikan kepada Aerith.

"Ini??"

"Bonus hadiah ulangtahunmu, Ae-ie."

Cale mengulas senyum, saat iris biru Aerith sedikit ekspresi mengkalkulasi apa isi bingkisan tersebut.

"Uang?"

Aigooo....

Cale, Aine dan Jade hanya menepuk dahi mereka. Ya, mereka tau kalau Aerith menyukai uang. Tetapi, ini cukup ekstrim.

"Kau bisa mengetahuinya, kalau buka hadiahnya 'kan?"

Gadis ini mengangguk, lalu mengambil pisau kertas dari Iris. Ia perlahan-lahan membuka bungkus kertas, lalu membuka kotak.

"...."

Tidak ada reaksi, namun tangan Aerith gemetar. Cale dan Aine melihat dengan jelas bahwa Aerith begitu terkejut. Tidak, Aine paham betul mengapa gadis ini tidak bisa berbicara sama sekali.

"Huh.. sepertinya pisau itu tidak bisa lagi melukai monster ya,"

Suara Lee Soo Hyuk menginterupsi Kim Jia yang mengasah pisau tumpul, kekehan setuju terdengar dari gadis ini. Tidak bisa mengelak, namun kenyataan memangnya begitu.

"Ya, bagaimana lagi. Aku menyukai pisau buatan dari Jung Soo-Oppa," balas gadis itu masih mengasah pisau tersebut.

"Kau bisa meminta Jung Soo membuatkanmu yang baru, aku yakin. Dia mau membuatkannya lagi untukmu," ujar Lee Soo Hyuk berjongkok di sisi samping Kim Jia.

"Soo Hyuk-oreaboni, kau benar. Pasti dia menerimanya,"

Kim Jia mendengarnya terkekeh, lalu mengangguk setuju ucapan dari team leader miliknya. Kim Jia langsung mengatakan to the point terhadap Jung Soo, lalu disetujui dengan pemuda itu dan mengatakan membuatkannya dengan pisau yang lebih keren dan tahan lama.

Ya, sampai akhir hayatnya dan Kim Jia sendiri. Tidak mendapatkan pisau tersebut.

--- Pisau ini sangat mirip desain yang dilontarkan oleh Choi Jung Soo. Menggunakan kristal es dari ability milik Kim Jia, dengan manik ruby menyirami bilah pedang.

Terkecuali, garis merah yang disiram oleh manik Ruby itu seperti Naga bersama penutup bilah pisau berlambang ular naga merah dengan manik mata berwarna biru.

Haha, ini sebuah kebetulan bukan? Ya, mungkin saja. Toh, mana mungkin Choi Jung Soo datang ke sini dan memberikan ini kepada Cale.

Itu, membuatnya semakin berharap. Maka dari itu, aku harus mengingat bahwa hanya sebuah kebetulan saja. '

Aerith berdiri, lalu mendekati Cale kemudian memeluknya dengan senyuman cerah terpatri.

"Kakak, terimakasih banyak!"

___

End

___

Oh, di bawah ini bentukan pisaunya.

Well, then.

Byebye.

Continue Reading

You'll Also Like

455K 31.1K 46
♮Idol au ♮"I don't think I can do it." "Of course you can, I believe in you. Don't worry, okay? I'll be right here backstage fo...
1M 25.5K 24
Yn a strong girl but gets nervous in-front of his arranged husband. Jungkook feared and arrogant mafia but is stuck with a girl. Will they make it t...
472K 14.4K 98
Theresa Murphy, singer-songwriter and rising film star, best friends with Conan Gray and Olivia Rodrigo. Charles Leclerc, Formula 1 driver for Ferrar...
1.9M 86.1K 194
"Oppa", she called. "Yes, princess", seven voices replied back. It's a book about pure sibling bond. I don't own anything except the storyline.