Halalin Hazna, Gus! [END]

By Dwiiixsy

724K 65.6K 778

MINIM KONFLIK • AREA BAPER‼️ Perjodohan yang berdalih kecelakaan itu tidak pernah terpikirkan oleh keduanya... More

Prolog
1. Perginya sang Pahlawan
2. Jadi bukan Agus?
3. Dua Gus idaman
4. Not alone
5. Hari patah hati Nasional
6. Kalian?!
7. Kesalahpahaman
8. Halal, dong!
9. Bermalam bersama
10. Rasanya amburadul
12. Bad day
13. La tahzan ya habibati
14. Sunnah Rasul
15. SBL (Serem banget loh)
16. Mengenai Farhan
17. Romantic
18. Kejujuran
19. Lembaran baru
20. Selembut At Taubat/9:128
21. Elusan sugus
22. Satu porsi berdua
23. Malam Jumat
24. Surat cinta
25. Seribu kata maaf
26. Konsekuensi
27. Qurratul Uyun
28. Tes hamidun
29. Publikasi
30. Arena balap liar
31. Masalah dari Langit
32. Ujian cinta
33. Hilangnya nyawa
34. Pengorbanan sejati
35. Masuk angin
36. Baby girl
Epilog + Extra Part
Extra part tambahan banget

11. Waktu yang salah

17.8K 1.7K 23
By Dwiiixsy

•••

Dari semenjak kejadian waktu itu, Gus Athar selalu menghindar bila aku mendekatinya. Sangat tidak menyangka sekali ternyata dia sudah mencintaiku begitu dalam, aish! Senangnya dalam hati...

Lihat saja, di hari terakhir aku mengajaknya untuk pergi ke kebun teh milik keluarga Vito aku dengan paksaan entah sudah berapa kalinya akhirnya Gus Athar mengalah. Segala bujukan ku akhirnya tidak sia-sia karena melihat pemandangan super indah ciptaan sang pencipta.

Aku, suamiku, Vito, dan satu anak perempuan yang umurnya masih 4 tahun itu merupakan adik kandung Vito. Namanya Jihan, pipinya begitu gemoy dengan bulu mata panjang nan lentik. Aku pun meminta Vito agar Jihan untuk aku gendong.

"Jihan udah bisa ngomong 'R' ?" tanyaku mendapat gelengan lesu darinya.

"Belum. Huluf 'L'  itu susah banget, Aunty,"  cemberut nya dan benar belum bisa.

Dengan tangan ku yang jail aku mencubit pipinya hingga Jihan menatapku musuh. Kakinya menghentak-hentakkan dalam gendonganku. Di tambah lagi wajah menahan tangis bocah 4 tahun sangat khas dalam pandangan ku.

"Tulunin Jihan! Aunty kila pipi aku loti apa?!" kesalnya dengan tangan yang kecil itu ingin menggapai tubuh suamiku.

Aku berpura-pura sedih. "Tapi memang kaya roti," ledekku memeletkan lidah ketika Jihan sudah ada di gendongan sugus.

"Huwaaa, Jihan itu manusia bukan makanan!" tangis Jihan akhirnya keluar.

Uluh uluh, aku bukannya membuat anak itu berhenti menangis tapi ingin dia lebih menangis kencang dari ini. Sebagai anak terkahir di keluarga, padahal aku selalu meminta bunda agar di berikan adik. Tapi bunda menolak, berbeda dengan ALM Ayah yang semangat ingin menuruti permintaan ku.

Kata bunda yang waktu itu melihat aku dengan selalu menjahili keponakanku, lalu bunda beralasan jika aku di berikan adik pasti akan menjadi bahan permainan ku. Bunda tidak tahu saja kalo aku memiliki sifat lembut juga penuh kasih sayang di dalam diriku yang masih tersembunyi. Dan kalian harus percaya!

Ketika merasa usapan halus di kepalanya, dia langsung saja menghentikan tangisannya. Jihan menatap Gus Athar dengan senyum malu-malu seperti kucing. "Uncle, kalo Jihan udah besal, mau ngga jadi pacal aku?"

"Aku bisa masak, bisa dandan, bisa tidul, bisa makan, ngga kaya Aunty itu yang bisanya bikin olang kesel," rayu nya seraya mengolok-olok diriku.

"Boleh," tanggap Gus Athar membuat darahku mendidih.

Apa-apaan ini?! Masa aku kalah dengan anak kecil sih, bocah itu merayu suamiku begitu mudah. Beda sekali dengan diriku jika aku sudah merayu, bukan respon seperti yang Jihan dapatkan tapi hanya tatapan datar darinya.

"...Tapi kalo istri Uncle setuju," ulasnya dengan menatap ke arahku.

Oh tidak, tatapan maut itu bisa saja aku lebih terpesona dengan ketampanannya yang tiada tara.

Bocah itu menatap curiga ke arahku. "Emang siapa istli Uncle? Jihan kalah stalt nih dali dia!" sungutnya tak terima.

"Anak kecil nggak boleh kepo," timpal ku meledek.

"Adik kamu aktif banget ya, Vito," alihku pada lelaki yang hanya melihat semua perdebatan dengan tangannya membawa kamera.

Vito berdehem tidak enak. "Emang udah dari sananya, keturunan Ibu saya lebih banyak nurun ke Jihan."

"Ih udah ah! Ngomong apa si kalian beldua, di sini panas tau. Ayo Uncle, kita cali es kelapa muda aja," ajak Jihan menunjukkan tangannya ke arah pintu keluar dari perkebunan teh.

Kami bertiga, eh bukan berempat di tambah anak itu yang masih saja menempel pada suamiku. Jihan memakan dengan hikmat es krim yang sudah di pesan, es kepala muda tidak ada akhirnya bocah itu memilih toko es krim terdekat.

Aku memakannya dengan tak selera, begitu kesal karena bocah itu lebih gatal dari Tante girang. Memutus kontak mata pada gus yang sama sekali tidak menatap ku, aku pun merespon Vito ketika meminta sesuatu.

"Nomor handphone kamu berapa?" pintanya bertanya.

"Nggak ada hp, udah di sita sama Bang Sauq!!" Aku menggebrak meja sekuat tenaga.

Untung saja es krim milik bocah itu ada di tangan gus, jadi tidak tumpah. Dan para pengunjung yang datang pun menatap ku dengan tatapan aneh, aku mengendikkan bahuku tidak perduli lalu melanjutkan memakan es krim yang tinggal sedikit itu.

"Saya nggak percaya, masa di zaman canggih begini masih ada sita-sita an hp."

"Peraturan pondok pesantren," ucap sugus akhirnya berbicara. "Selain mengganggu konsentrasi tidak stabil dalam pembelajaran, hp bagi pesantren kami adalah musuh. Banyak sekali sisi negatif dari benda itu," jelas Gus Athar sambil menutup mulut Jihan karena sudah tertidur.

Vito mengangguk kepalanya mengerti. "Saya paham, jadi kalian dari pesantren. Pasti kalian berdua nikah karena perjodohan?" tanyanya melenceng dari pembicaraan sebelumnya.

"Buk--" Masa aku harus bicara aku dengan sugus menikah karena kecelakaan itu? Bisa-bisa Vito mengira aku wanita nggak bener. "Bisa di bilang seperti itu," sambung ku menjawab.

"Sia-sia juga jika pernikahan kamu dengannya pisah, saya masih nggak bisa menikah dengan kamu," keluh Vito membuat aku menatapnya tidak mengerti.

"Karena kita beda Tuhan."

Reaksi yang tak kuduga tangan Gus Athar menggebrak lebih keras meja yang menimbulkan Jihan terbangun kaget. "Perjodohan tidak selalu menjerumus ke arah perpisahan, saya masih punya aturan dalam agama saya. Walau saya memang tidak mencintai istri saya, tapi saya akan berusaha menerimanya hingga saya benar-benar mencintainya."

"Dan saya harap kamu bisa lebih menjaga etika ketika berbicara!" pungkas Gus Athar tajam setelah itu pergi.

Jihan yang ada dalam pangkuan ku pun berusaha menenangkannya karena efek terkejut. Aku melihat bahu naik turun yang tidak stabil dari suamiku, perkataan nya tadi mampu membuat aku sepenuhnya percaya pada kalimat itu.

Vito masih berdiam diri ketika aku membawa Jihan pada dia, aku pun meninggalkannya dengan anak itu. Aku tak pernah berfikiran jika Vito ingin aku dengan sugus bercerai.

"Terimakasih banyak, Gus," ujarku lemah melihatnya dari belakang.

Aku dengannya kini berada di tepi danau, air mataku menetes kesekian kalinya atas pembelaan dia untuk rumah tangga kami. Melihat nafas yang sudah normal dari suamiku, aku pun bernafas lega.

"Hazna pasti nggak akan nyerah buat dapetin hati Gus biar bisa mencintai Hazna."

Tangan ku memeluk pinggang Gus Athar bergetar, dia tidak menolak seperti waktu di kamar. Mencoba meresapi aroma yang begitu khas dari suamiku, aku memejamkan mata untuk menikmatinya.

Tubuh tegap itu berbalik dan memundurkan aku dari jangkauan nya. Lalu tanpa reaksi dariku, aku menahan rasa bahagia di hatiku.

Ciuman lembut di kening aku dapatkan darinya, begitu lama sugus masih mencium kening ku mataku mulai memberat. Hari pun sekarang sudah sore, matahari yang akan tenggelam dengan warna jingganya memancar seperti menyoroti kami.

"Saya rasa, cinta itu mulai tumbuh," gumam Gus membawaku pada pelukannya.

Aku kembali terisak bahagia, begitu kata-kata itu terdengar dari mulut suamiku sendiri aku ingin terbang bersamanya.

"Aduh!!" ringisku memekik menahan rasa sakit.

"Saya ingin tahu, mimpi mu sepertinya begitu menyakitkan sehingga membuat air mata kamu selalu turun," ujar Gus Athar menaikkan alisnya sebelah dengan pakaian begitu rapi.

Mengapa, mengapa hanya mimpi?!

"Gus mau kemana?" tanyaku lemah.

Menghembuskan nafasnya berat, sugus pun menimpali ku. "Apa kamu lupa, jika hari terakhir di sini saya dan kamu akan pergi ke perkebunan teh milik keluarga Vito."

"O-oh iya maaf, Hazna tadi ketiduran."

•••

Message: Mimpi, semoga hal itu nyata bila menuju kebaikan.

Love, -Wii

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 149K 61
[FOLLOW SEBELUM BACA] **** Otoriter. Kaku. Kasar. Kejam. Ketus. Pemarah. Arogan. Angkuh. Bisa di bilang semua sifat buruk laki-laki melekat p...
10.3K 896 22
"aku udah tau semuanya"
563K 38.4K 48
"Jika ingin serius denganku, kakak harus datang kehadapan Ayahku dan meminta diriku padanya. Jika berhasil, aku akan meminta Mahar Surah Ar-Rahman pa...
657K 48.9K 66
[Spiritual-Romance-Religius] 'Sujud' terdengar indah bukan? Kita berbisik ke bumi tapi terdengar di langit. Sama halnya dengan Laila, di setiap sujud...